10 : Jackpot

2.8K 138 16
                                    

"NIKEEEEEEN!!!"

Yang dipanggil langsung menoleh ketika merasa ia sangat mendengar suara yang sangat familiar itu. Dan benar saja. Dia orangnya. Hana.

Dahi Niken mengernyit. "Lo ngapain?" tanyanya begitu mereka sudah berhadapan.

"Jemput lo."

"Ngapain?" Tanya Niken lagi karena dia memang benar-benar tidak punya ide mengenai kenapa Hana bisa berdiri di terminal kedatangan.

"Nagih janji."

"Janji apaan?" sialan! Perempuan ini bertele-tele sekali!

"Bawel dasar!" Hana menaplek lengan Niken. "Pak, tolong bawain koper Niken, ya?" Hana beralih ke seorang pria paruh baya di belakangnya.

Di belakang pria paruh baya yang berjalan mendahului itu, Hana menggandeng Niken untuk segera mengikutinya. "Lo kan udah janji sama gue mau cerita."

Mendapati perkataan Hana, Niken langsung ingat. Tapi sebetulnya memang Niken tidak menjanjikan apapun. "Perasaan, gue gak janji ah."

Hana mengibaskan tangannya. "Bodo amat."

"Tapi lo bisa nunggu di rumah. Lo gak usah jemput gue."

"Kalo lo mau bilang keadaan gue yang lagi hamil, gue tabok juga mulut lo."

"Bukaaaaan, gue ngantuk banget. Gue pengen tidur. Dari kemaren gue gak bisa tidur."

"Yaudah tidur di rumah gue."

"Lo lupa kalo lo udah gak melajang?"

"Masih ada kamar di rumah gue."

"Bukan gitu, apa si Dave gak keberatan gue numpang di rumah lo? Udah deh, Hana, mending gue balik aja. Ntar malem apa besok gue ke rumah elo."

"Gak masalah, semuanya udah diatur." Jawab Hana yang menganggap semuanya enteng.

Kalimat itu sudah menggambarkan betapa yakinnya Hana dengan keputusannya sendiri. Mungkin Dave sudah Hana buat sama menyerahnya seperti apa yang Hana lakukan terhadap Niken. Dan mungkinnya lagi Hana akan menyuruh Dave tidur di kamar tamu jika ia tidak menuruti perkataan Hana. Dasar.

Mobil yang mereka tumpangi semakin menjauhi bandara. Niken tidak percaya jika Hana akan seniat ini. mungkin kesabarannya sudah menipis mengingat selama ini dia hanya duduk diam mengamati Niken yang makin hari makin berbeda jauh dari Niken yang biasanya.

"Lo tidur aja dulu. Kamarnya udah gue siapin. Kalo makan siang udah mau siap, gue bangunin elo." Hana mempersilahkan Niken menempati kamar tamu yang sudah disiapkan.

"Makan malem aja gimana? Kayaknya gue butuh tidur banyak. Dua hari gue gak tidur."

Mata Hana membelalak, "Ngapain lo? Masih nukang?"

"Bukan. Gue kan harus beresin barang-barang gue."

"Barang seuprit aja, lo sok banget."

Niken hanya terkekeh kemudian langsung masuk ke kamar tamu yang biasa ia tempati. Tadi malam adalah salah satu malam yang paling panjang menurut Niken. Setelah turun dari mobil Alex, Niken hanya bisa melamun dan merutuki kebodohannya yang terlalu agresif. Rasa-rasanya dia menyesal telah bertindak sejauh itu. Bukan karena ciumannya. Tapi karena sikapnya yang terlalu terburu-buru.

Setelah semua yang Alex lakukan kepada Niken, nyatanya cowok itu bertindak hanya karena dimintai tolong oleh Hana. Ditambah rasa bersalahnya, mungkin. Hal itu tentu mengganggu pikiran NIken. Waktu tidurnya benar-benar terganggu.

InsanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang