9 : Insanity

1.9K 136 7
                                    

Siapa yang tahu jika janji yang Alex katakan lusa kemarin akan benar-benar ia tepati. Dan siapa yang tahu jika cara Alex menepati janjinya terhadap Niken adalah dengan mencumbu anak buahnya tepat di lobby kantor pemasaran yang memang bangunannya tidak jauh dari tempat proyek dan yang selama ini pegawai pakai untuk menggarap proyek mereka.

Apa sih yang bedebah satu itu pikirkan?

Jelas-jelas gaya serampangan metropolitan yang ada pada diri Alex benar-benar sulit untuk diterima beberapa teman mereka yang memang perusahaan ambil dari warga Solo.

Kabar ini benar-benar membuat Niken terkejut di tempatnya. Beberapa orang memandangnya kasihan, namun tak lama perhatian mereka segera tertuju pada Gita, cewek bagian pemasaran yang entah menurut dia musibah atau malah rezeki karena mendapat bom tepat pada bibirnya dari laki-laki yang selama ini dia kagumi.

Kabar itu berhembus begitu cepat. Kemarin, Niken menghubungi Hana bahwa ia akan baik-baik saja. Bahwa Hana tidak perlu khawatir. Dan Niken memenuhi perkataannya itu dengan mengambil pekerjaan sesuai porsi yang memang seharusnya ia ambil.

Senin ini Niken akan memulai hari normalnya. Dia memulainya dengan menjadi seorang interior designer yang sedang memantau pekerja-pekerja yang bertugas. Belum genap sehari ia mengerjakan pekerjaan normalnya, kabar itu sudah terhembus dari beberapa pegawai perempuan yang saat itu berpapasan dengannya.

Dan rasanya entah kenapa sangat tidak menyenangkan bagi Niken. Dia tidak merasa sakit hati. Tapi entah mengapa rasanya tidak menyenangkan yang sulit digambarkan ketika mendengar kabar burung yang kemungkinan besarnya nyata itu.

Sisa hari Senin itu Niken habiskan dengan bekerja lagi. Ia bahkan melanggar perkataannya sendiri dalam kurun waktu sehari. Mungkin memang ini baiknya untuk Niken. Pilihannya hanya dua. Sibuk memikirkan kehidupan pribadinya yang tentu akan membuang waktu atau mengalihkannya pada kegiatan yang tentu bermanfaat. Dan pastinya Niken lebih memilih opsional yang kedua.

Ponsel Niken berdering. Ketika ia melihat layar ponselnya, ada pesan masuk dari Alex.

Gue udah nepatin omongan gue. Hari-hari lo bakal kembali tenang. Tapi kalo lo gak tepatin omongan lo dan kalo sampe gue liat lo masih gila kerja, gue pastiin kalo cewek yang gue cium di lobby ini adalah elo.

Dasar si bedebah ini! sebenarnya dia niat tidak sih dalam membereskan masalah yang dia buat sendiri?

Niken langsung menyambar tasnya kemudian keluar dari proyek untuk mencegat taksi. Di jok belakang, Niken meminta kepada supir taksi itu untuk mengantarnya ke mall paling dekat. Dia perlu pengalih yang lain untuk sekarang ini.

Siang itu adalah pertama kalinya Niken bolos dari kantor. Niken tidak pernah berpikir bahwa harinya akan seberat ini karena keberadaan Alex. Lah, sudahlah, si bedebah itu tidak perlu dipikirkan lagi. Masih banyak hal yang layak ia pikirkan dari pada memikirkan cowok satu itu.

Dua kantung karton telah Niken pegang dan ia masih berharap untuk membeli lebih banyak barang lagi. Dari satu toko ke toko lainnya, Niken masih belum juga merasa terpuaskan. Biar sajalah jika keesokan harinya ia aan menyesali betapa tidak pentingnya barang-barang yang telah ia beli itu. Juga biar sajalah jika akhir bulan ini Niken meraung menangis mengetahui tagihan kreditnya membengkak. Apa pedulinya untuk saat ini?

Dan parahnya, ketika Niken memutuskan untuk pulang karena memang pusat perbelanjaan itu hendak tutup, di perjalanannya ia malah menyesal dengan apa yang telah ia lakukan. Sebenarnya dia ini kenapa? Stress karena apa sehingga ia kembali menekuni hobi lama ini padahal sudah bertahun-tahun Niken menjauhi diri dari rasa haus akan belanja yang memang karena lapar mata.

InsanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang