30. Day 185

654 46 0
                                    

Pengancaman yang dilakukan Alex benar-benar berjanalan mulus. Niken sepenuhnya tunduk tanpa perlawanan karena begitu Niken mengambil langkah bodoh, ia akan berakhir menjadi bahan gossip terbaru. Harga dirinya terlalu berharga untuk menjadi bahan alasan Arsen untuk bisa menertawainya kini. Perempuan dengan dignity? Bah, nihil. Satu-satunya hal yang menjadi penguat Niken untuk tetap terkendali dalam situasi ini adalah mengingat waktu yang tersisa tinggal 1,5 bulan. Hanya 45 hari.

Dan pemikiran itu juga rupanya terpatri dalam kepala Alex karena dia memanfaatkan waktu demi waktu dengan penuh semangat untuk memeras Niken. Dimanapun dan kapanpun, Alex akan mengajak Niken untuk bermain dengannya. Atau terkadang Alex akan tetap mengancam Niken kalau-kalau cewek itu terasa seperti menghindari Alex, misalnya Alex akan mendramatisir untuk minta ditemani nonton tv, minta ditemani main video games, minta ditemani saat Alex mengerjakan pekerjaannya bahkan minta ditemani hanya untuk membaca buku. Apapun itu, Alex akan mencari masalah saat ia merasa Niken menghindarinya seperti waktu lalu.

Kini juga Alex lebih berani untuk berkontak fisik dengan Niken di tempat umum seperti menyentuh lengan, punggung atau tangannya atau juga merangkul dan memeluknya. Lalu mencuri ciuman ketika Niken sedang bicara kepadanya. Pernah juga Alex terang-terangan menggoda cewek itu ketika ada Dave disekitar mereka. Niken tahu semua itu hanya akal-akalan Alex untuk membuatnya kesal. Tapi disisi lain ia suka ketika Alex memberinya atensi atau menggodanya.

Satu hal yang mulai berimprovisasi adalah kini mereka tidur bersama berbagi ranjang setiap harinya. Rutinitas seperti itu tidak ada dalam rencana tapi kini mereka mulai terbiasa. Seringnya tidak berbuat lebih daripada itu dan hal tersebut menjadi pemikiran bagi Niken. Lagi. Apakah dirinya yang terlalu overthinking? Tidak. Siapapun akan was-was jika dalam hubungan tidak-pernah-normal menjadi terlihat sedikit normal. Hanya ada dua kemungkinan, masa tenang sebelum perang atau hidup tenang beriringan yang mana hal mustahil yang terjadi dalam kasus mereka berdua.

Alex merangkul Niken yang ada dalam pangkuannya. "Kurang dari dua minggu lagi we're over." Hidung Alex menghirup aroma rambut Niken. "Kalo lo butuh gue, lo tau kemana, kan? Gue selalu welcome."

"Setelah itu, gue bisa minta semua bukti mengenai antara lo dan gue, kan?"

"Buat apa?" Alex bertanya betulan, bukan retorik.

"Gue gak mau ada risiko. Bisa dihari lain lo meres gue lagi." Jawaban yang sebetulnya Niken rasa tidak perlu dia jelaskan.

"Ok. Ken, sorry gue mengenai waktu lalu, gue lagi gak stabil. Tapi gue gak akan minta maaf buat apa yang udah gue ucapkan dan lakukan. Semuanya udah dalam pertimbangan gue kecuali waktu kita berantem itu."

"Pertimbangan lo?"

Kepala Alex mundur sedikit karena keheranan, "Lo pikir gue berbuat semaunya tanpa mikirin hal lain?"

"Whoa, mungkin ini satu-satunya hal yang Boss suka dari lo. Akhirnya gue ngerti kenapa dia betah temenan sama lo."

Alex tertawa. "Bisa dibilang begitu."

"Gue gak akan datangin lo lagi. Let's enjoy everything when it least."

"Terserah lo. Gue selalu welcome. Dan gue minta lo lakukan sesuatu terkait Arsen? Gue janji itu hal terakhir yang gue lakukan mengenai Arsen sama lo."

"Stop, Lex. Lo tau gue gak akan mau. Gue akan atasi semuanya sendiri. Satu tahun, dua tahun, lima tahun? Siapa perduli selama apa gue butuh waktu buat sembuh."

"Gue bukan minta izin. Gue hanya infoin lo dulu. Dan lo tau gue akan ngapain supaya lo mau kan?"

"Screw you, Alex. Gue gak akan mau."

"Gue pikir gue bisa mulai dengan ngajuin tawaran ke lo; mau lo ikutin gue sekarang dan gue gak akan pernah interupsi lo atau lo boleh gak ikutin gue dan lo akan hidup dengan ulah gue? Tapi gue pikir itu terlalu lembut buat lo. Jadi mari kita pake cara efektif, gue akan langsung kirim bukti ke ponsel Alex by the time lo mempersulit gue."

"Lo mau gue biar apa?"

"Gue minta separuh barang dari Arsen kita musnahkan."

"Lo mulai berulah, Lex. Gue gak akan bisa."

"Lebih bagus kalo lo buang semua. Gue bakal bantuin. Gue udah berbaik hati buat minta lo buang separuh. So, lo udah tau maksud gue. Gue kasih lo waktu buat milih yang mana. Memilih yang gak ada di pilihan maka akan gue bikin lo buat setuju pilihan gue whatever it is."

"Kapan gue harus buang?"

"Lebih cepat lebih baik."

"Gue pegang kata-kata lo, ya? Kalo sampe lo ingkar, jangan harap orang-orang disekitar lo tau lo dimana."

Niken langsung mengajak Alex ke rumahnya keesokan hari setelah percakapan itu. Tanpa repot-repot mengajak Alex ikut masuk ke rumah, Niken hanya berpesan agar Alex menunggu di mobil saja. Lima belas menit dari situ, Niken Kembali ke mobil Alex dengan asisten rumah tangganya yang bergotong royong membawa empat container plastik yang ukurannya seperti koper besar lalu menyimpannya di bagasi belakang.

"Ok, nanti gue sortir buat dikasih ke Yayasan kalo ada yang bagus. Atau gue minta orang preloved-in terus uangnya gue kasih ke Yayasan. Gak apa-apa kan?"

"Ok lo atur deh."

Sisa waktu mereka dalam hubungan aneh bernama friends with benefit akan berakhir kurang dari 2 minggu atau Sembilan hari lagi tepatnya. Niken masih diperbolehkan untuk tinggal di tempat Alex pun masih diperbolehkan untuk melakukan apapun dengannya. Tapi Niken tidak gila, pikirannya masih sangat amat waras untuk segera jauh-jauh dari Alex. Laki-laki itu berbahaya, dapat membuat banyak wanita nyaman terhadapnya cepat atau lambat. Sehingga yang ada di pikiran Niken adalah bagaimana ia akan terbiasa tanpa Alex nanti.

Karena selanjutnya akan berjalan seperti sedia kala. Dia akan menangis sendiri, marah sendiri, berada dalam titik rendahnya tanpa ada orang disampingnya, apakah ia mampu bisa sekuat dulu? Karena dirinya bisa sekuat itu setelah terbiasa sendiri, tapi kini dia memiliki kebiasaan baru dengan ada orang disampingnya yang telah memergokinya berada di titik rendah hingga akhirnya terbiasa ada seseorang disampingnya setiap kali ia berada di titik tersebut.

Ketika hari-hari kesepakatan friends with benefit itu usai, mereka sepakat untuk membuat hari terakhir mereka dalam hubungan tersebut benar-benar dilkukan untuk terakhir kalinya. Mereka tidak keluar kondominium pada hari itu yang kebetulan akhir pekan. Keduanya benar-benar mendalami satu sama lain seperti mereka baru merasakannya, seperti mereka tidak memiliki kesempatan lagi hari esok, seperti itu adalah benar-benar kesempatan terakhir mereka karena besok harus berpisah.

Itu pandangan Niken, Alex sama sekali tidak ada ide bahwa itu akan menjadi terakhir kalinya karena hanya Niken ingin tidak ada kesempatan berikutnya untuk mereka. Menurut Niken, Alex bagai chemotherapy, dia mampu membantu sembuh namun efek sampingnya juga dapat menyiksa disaat yang bersamaan.

InsanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang