33. The Dinner

418 40 1
                                    

"Kalo seandainya kamu gak usah ke Australia gimana?" sehari sebelum keberangkatan Niken, Arsen pernah bertanya seperti itu.

Di meja kantornya sendiri entah kenapa dari sekian kilas balik kejadian hanya hal itu yang tiba-tiba terpatri di otak Niken. Dan berefek pada Niken sendiri yang akhirnya menanyakan hal tersebut kepada dirinya. Bagaimana jika seandainya ia tidak pergi ke Australia?

Hidupnya akan indah kah saat ini? Akankah dia seperti Hana yang sudah memiliki Kyra? Atau malah semuanya tetap akan terjadi meski ia tidak pergi ke Australia?

Sanubarinya datang dengan berpendirian kuat. Lo gak usah banyak nanya, dengan perginya lo ke Australia, seharusnya Arsen gak pernah macem-macem kalo dia orang bener. Dengan lo tetep pergi, tindakan Arsen tetap gak bisa dibenarkan.

Niken bukannya belum move on, dia hanya merasa masa lalu terus mengikutinya kemanapun dia pergi. Rasanya seperti seseorang merebut kepercayaan diri Niken. Rasanya seperti dilingkupi ketidakberdayaan. Rasanya seperti semua orang kini jadi sulit bisa ia percaya. Terlebih dengan bagaimana pribadi Niken yang dikenal orang lain. Orang-orang yang mengelilinginya palsu, hanya beberapa saja yang memang betul ada untuk Niken dan bisa dihitung jari.

Ponsel Niken bergetar saat ia menerima pesan masuk.

From: Hana

Aunt Niken kapan nginep dirumah Kyra lagi?

Niken terkekeh. Kini ia dipanggil Aunt Niken oleh Hana jika ia roleplay menjadi Kyra. Dan merubah kata kepemilikan dari beberapa hal seperti 'rumah gue' menjadi 'rumah Kyra' terkadang Niken berasa Hana sedang bercanda tiap kali dia merubah bahasanya seperti itu.

To: Hana

Nanti gue nginep lagi, gatau kapan. See u dearest mom and daughter.

Tapi kemudian Niken menerima panggilan tidak lain tidak bukan dari Hana sendiri.

"Kenapa Mom?" tanya Niken tanpa basa-basi. Ia tidak mau dilihat sedang leyeh-leyeh saat jam kerja.

"Nginep sekarang deh?"

"Kagak. Gue sibuk."

"Ya udah gue minta Dave buat cariin kerjaan yang lebih luang buat lo."

"Jadiin gue aspri lo aja, khusus bagian nemenin rumpi."

"Mau lo? Tapi lo nanti ceritanya sambil urusin keuangan rumah tangga gue, ya? Udah itu doang kerjaan lo. Beneran mau, ya?"

"Mulai stress lo mom?"

"Kok gue?"

"Kalo bokap nyokap gue tahu gue jadi aspri lo, gue udah langsung ditarik ngurus urusan keluarga gue. Yakali gue jadi aspri lo, ya ampun gue kan sengaja milih interior biar gak ditarik bokap nyokap."

"Oh iya gue lupa. Jadi kapan mau nengok Kyra, nih, Aunt Nik?"

Niken terkekeh lagi. "Ntar yaa.. gue kerja dulu. Biar gue kaya raya dulu."

"Aduh Aunt, kalo lo mau kaya raya hasil sendiri mah Kyra udah keburu ABG. Lagian lo udah kaya orang susah aja. Lo gak kerja juga tetep bisa belanja saban hari." Ucap Hana.

Persis apa yang Niken bilang kepada Hana lima tahun lalu saat mereka sedang berjalan menuju The Harvest sehabis makan siang. Ia ingat betul saat Hana berpikir keras perkara akan jadi apa dia dimasa depan. Lalu tanpa jeda dan pertimbangan, Niken menanggap, "Lo udah kaya orang susah aja, deh, Han. Lo gak kerja juga tetep bisa belanja saban hari."

"Enggak, lah. Menimbang-nimbang kepribadian gue, paling pas Kyra masuk kuliah."

"Sableng lo! Udah ah buruan kesini. By the way, lusa mau ada dinner dirumah. Temen-temen kuliah Dave mau pada nengok Kyra. Lo dateng, lah. Sekalian cuci mata. Ok? See you dirumah gue ya! Inget pulang kantor jam 5 langsung go!" lalu Hana menutup sambungan secara sepihak.

Ya memang gampang mulut ibu satu anak itu. Mungkin kini hidupnya mulai terbiasa dengan membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin karena dia kini sudah menjadi seorang ibu.

Kalau memang niatnya hanya agar ikut serta pada dinner itu, tentu Niken mau. Dapat makanan gratis, kan lumayan. Tapi... Niken sudah paham betul dimana duduk permasalahannya hingga Hana perlu memaksa Niken agar ikut serta. Ya, apalagi kalau bukan untuk matchmaking, walau Hana memakai kata 'sekalian' seolah hal tersebut adalah keuntungan.

Niken menutup pintu mobilnya lalu memastikan bahwa kepercayaan dirinya telah terkumpul. Khusus untuk makan malam hari ini, Niken memakai little black dress dengan potongan super rendah dan rambut sleek yang diikat tepat diatas leher. Siapa tahu setelah ini Hana akan berpikir ribuan kali untuk mengundangnya makan malam lagi.

"Good evening, Mr. and Mrs. Gitara. Maaf gue telat, tadi ada urusan kerjaan yang gak bisa gue tinggal." Senyum Niken merekah sambil mengangsurkan kepada asisten rumah tangga sebotol minuman sparkling tanpa alcohol khusus untuk Hana berhubung ia tidak bisa minum alcohol dulu. Senyumnya merekah begitu besar karena hal pertama dalam daftarnya telah terjadi. Datang tepat saat makanan penutup disediakan.

Mungkin sesudah ini Niken harus bersiap untuk rentetan kalimat dari Dave. Tapi entah juga sih, dia kan orangnya cuek.

Niken berinisiatif duduk di kursi makan yang masih kosong. Membuka serbet lalu menyimpannya diatas lututnya sambil mengangguk ketika asisten rumah tangga menawarkan dessert. Dari ekor matanya, Niken bisa melihat kalimat-kalimat yang sedang Hana persiapkan untuk memborbardir dirinya setelah makan malam usai. Tapi Niken tetap tersenyum tenang. Ia senang rencana demi rencananya berjalan lancar.

Tapi tunggu, Niken tahu semenjak kehadirannya disadari semua orang, semua pasang mata masih menatapnya kecuali milik Dave. Ia tidak berniat untuk merespon Tindakan apapun setelah ini sehingga ia tidak membalas tatapan seorangpun. Tapi ia yakin betul, meski dari ekor matanya, ia bisa melihat kehadiran seseorang yang tidak ingin dia lihat.

Katanya teman-teman kuliah Dave. Tapi kenapa cecunguk itu duduk dalam ruangan yang sama dengannya? Niken lupa apa dia juga teman kuliah Dave atau memang nimbrung saja dalam acara seperti biasa. Satu hal yang tidak Niken pertimbangkan dan berisiko merusak semua hal yang telah dia rencanakan.

"Niken.. can you please temenin Kyra dulu? Thank you."

Lagi, Hana memerintah seenaknya seolah perintah untuk mengikuti dinner hari ini tidaklah cukup untuk Niken.

Dengan mental penuh kesiapan, Niken mengambil tas tangannya dari kursi kemudian berlangsung menuju kamar Kyra. Niken tahu jika barusan hanya akal-akalan Hana agar Niken tidak bisa pulang dulu sehingga ia tidak kaget saat di kamar Kyra ternyata ada suster yang sedang stand by.

"Kak, kata Ibu, kakak ke kamar kakak aja. Nanti Ibu nyusul kesana."

Niken menahan diri untuk tidak memutar bola matanya di hadapan susternya Kyra karena ia kesal kepada perintah beruntut Hana. Tapi pada akhirnya Niken memilih menurut juga sehingga badannya kini sudah setengah rebahan diatas kasur.

Seperdetik begitu ia menyadari ada sepasang mata yang mengawasinya dari dalam kamar mandi, ia langsung waspada dan terduduk di tempatnya.

InsanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang