7. Unexpected

2.2K 133 6
                                    

Paginya, Niken memilih untuk tetap tidur ketika Hana menawarkan sarapan dengan bubur. Kejadian kemarin benar-benar membuat Niken setengah gila. Untunglah hari ini sudah diatur untuk libur sehingga ia tidak harus kerepotan mengatur reaksi jika tiba-tiba ia harus berpapasan dengan Alex.

Bukannya apa-apa, tapi melihat Alex membuat diri Niken sudah seperti mesin otomatis yang akan mengulang ingatan tentang kejadian kemarin malam. Itu sangat mengganggu bagi Niken. Padahal itu hanya ciuman. Dan yang terpenting mereka melakukannya karena permainan bodoh itu.

Alex benar-benar menepati janjinya untuk memberikan seluruh pendapatan dari permainan itu. Namun Niken menolaknya karena ia tidak ingin ketika ia membelanjakan uang itu dengan suatu barang, ia malah akan mengingat permainan ini setiap ia melihat barang hasil pendapatan dari permainan bodoh itu.

Ponsel Niken berbunyi. Siapapun yang menelepon, sungguh Niken ingin mencincang mereka karena telah mengganggu waktu tidurnya yang baru ia dapat ketika jam dinding menunjukkan angka setengah empat pagi. Tanpa melihat identitas penelepon, Niken lantas menggeser ikon gagang hijau kemudian menempelkannya di kuping.

"Hana ada sama kamu?" ucap seseorang dari sana.

"Iya, ada. Udah ya, gue sibuk." Lantas Niken menutup sambungan dengan sepihak.

Niken menyimpan asal ponselnya kemudian melanjutkan lagi tidurnya. Rasa-rasanya memang ada yang aneh. Tapi entah itu apa. Sudahlah, barangkali hanya perasaan saja. Niken memperbaiki posisi tidurnya sehingga lebih nyaman. Namun baru sebentar ia berada di posisi itu, Niken langsung tiba-tiba terduduk.

Memang ada yang aneh! Orang yang barusan di teleponnya itu menyebut Niken dengan 'kamu'. Hanya orang tuanya, orang tua Hana, Arsen dan Dave yang memanggilnya begitu. Aduh, jangan bilang kalo yang tadi menelepon adalah Dave!

Dengan gerak cepat Niken mencari ponsel yang tadi ia taruh sembarangan. Ia membuka daftar panggilan masuk untuk melihat siapa yang baru saja meneleponnya. Dan ketika ia membacanya, rasanya darah dalam tubuhnya berhenti mengalir ke kepalanya.

Dijatuhkannya ponsel yang ia pegang dengan begitu saja. Ia menutup wajah dengan kedua tangannya sendiri kemudian menurunkan tangannya dengan cara paling dramatis. "Aduh, abis gue!" kata Niken putus asa terhadap dirinya sendiri.

Apa kata Hana nanti?

Ketika Hana sampai di kostan dengan membawa bubur, Niken hanya bisa menatap Hana tanpa ekspresi yang jelas. Ia merasa bersalah dan merasa takut juga terhadap Hana.

"Lo mau?" Hana menawarkan sesendok bubur ke hadapan mulut Niken.

Niken menggeleng.

Melihat tanggapan Niken, Hana menarik kembali sendok itu kemudian dilahapnya bubur itu. "Terus kenapa liatin gue gitu? Oh iya, lo balik jam berapa?"

"Tiga." Jawab Niken tanpa semangat.

"Mabok?"

Niken menggeleng.

Hana tertawa, "Kenapa?"

"Gak papa. Gue cuma teler dikit banget. Gue gak mau repotin Alex."

"Ah masa?" Hana bertanya usil.

"Iyaaa. Eh gue tinggal gak papa, ya? Gue beneran ada perlu banget." Niken berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.

"Mau kemana? Kan elo libur hari ini."

"Iya, gue lupa harus diskusiin sesuatu sama temen gue."

"Emang gak bisa di telepon? Gue kesepian nih."

InsanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang