20. Sickness

741 42 0
                                    

Tiga hari pasca gossip Niken mulai menyebar, nyatanya semakin banyak yang mengenal Niken. Kesehatan Niken semakin menurun karena ia menjadi tidak nafsu makan juga banyak pikiran yang membebaninya.

Kemarin Arsen telah menelepon Niken via telepon Kantor karena Arsen susah menghubungi ponsel Niken. Tentu tujuan Arsen adalah untuk meminta maaf telah membuat Niken tidak nyaman. Juga ingin mendampingi Niken kalau-kalau ia butuh. Tapi itu sama saja bunuh diri. Yang ada Niken akan semakin dihujat karena akhirnya ia mau dengan Arsen lagi setelah mencampakkan cowok itu.

Niken merespon dengan penolakan tanpa intro. Dan mengharapkan Arsen akan memberinya ruang hingga semua gossip mereda. Yang menggossip tentu hanya warga biasa, tapi para warga biasa itu memiliki network hampir satu Jakarta.

Jadi disinilah Hana, memakai masker sedang memasak sup di kediaman Alex karena Niken tidak mau dibawa ke rumah sakit dan untuk pulang ke rumah agar dirawat Bibipun ia sudah tidak ada tenaga. Hari ini Niken dipaksa mengambil cuti oleh Hana setelah beradu argument setengah jam via telepon.

Kalau kata Alex, Niken sudah tidak enak badan dari kemarin, tapi dia memaksa diri untuk bekerja dengan alasan supaya lupa dengan sakit dan cepat sembuhnya. Tapi nyatanya Niken semakin tumbang sepulang kerja.

"Gue gak nyangka lo bakal tepar gara-gara diomongin. Perasaan lu dulu sengaja banget cari masalah biar jadi bahan omongan." Kata Hana.

Niken tidak bisa menyembunyikan kekehannya. Dengan badan dililit selimut diatas sofa ruang tengah, sambil melirik Hana yang sedang masak, Niken membalas, "Iya, ya? Time flies, gue sekarang malah kayak orang tua banget."

"Kalo Arsen tau lo sampe sakit, kira-kira bakal ngapain dia sekarang?" Hana penasaran.

"Lari kemari, gendong gue ke rumah sakit. Pasti deh gue jamin."

"Kenapa gak bilang, dong? Lo tuh gimana sih sebenernya sama dia? Masih mau apa gak?"

"Aduh drama abis ah. Gue hanya ingin ketenangan sekarang. Bukan Arsen."

"Lumayan lo bakal menang banyak. Ditungguin, disuapin, diperhatiin. Rugi lo diem-diem gini."

"Rugi.. rugi deh gue. Gue aneh banget dari kemarin perasaan gue udah jalan sama Arsen. Kok gosipnya baru beredar sekarang? Terus siapa juga gue sampe-sampe dapet kehormatan untuk digossipin sama masyarakat satu Jakarta? Sampe masuk angin gini gue mikirinnya."

Hana mematikan kompor lalu menuang sup ke mangkuk sambil terkekeh menanggapi ucapan Niken.

"Gak enak nih, gue menggigil banget padahal gerah juga." komplain Niken.

Membawa mangkuk dan segelas air mineral, Hana kemudian duduk di sofa. "Bangun lo, makan tuh biar enakan."

"Ogah ah, gue tidur aja. Sia-sia gue cuti kalo gak tiduran."

"Perlu nih sup gue blender terus suapin lo pake selang? Gaya lo udah kayak sepuh aja. Buruan."

Niken akhirnya menurut juga. Perlahan ia memakan sup sayur buatan Hana. Gerahnya makin bertambah, tapi setidaknya rasa menggigilnya hilang. Ia memaksakan dirinya mengahabisi sup itu secepat mungkin demi menghindari omelan Hana yang makin bikin kepalanya sakit. Begitu yang tersisa hanya mangkuk dan sendok, Niken meneguk air mineral lalu berjalan ke kamarnya sambil berteriak. "Thanks, Han. Gue udah enakkan nih."

Hana hanya menggelengkan kepala lalu membawa mangkuk kotor ke wastafel cuci piring dan mencucinya beserta peralatan dapur lain yang barusan ia pakai. Alex memang memiliki orang yang akan membersihkan rumahnya setiap dua hari sekali, dibiarkan begitu saja alat masak kotor itupun Alex tidak akan ngomel.

Tapi memang Hana tidak ada kegiatan lain sambil menunggu Alex pulang, maka ia memutuskan untuk mencuci semua bekas alat masak. Hana tidak tenang jika harus meninggalkan Niken tanpa ada orang yang menemaninya karena Hana tahu, jauh dalam diri Niken, pasti ia butuh orang untuk membantunya.

***

Niken terbangun dengan kepala pening di pagi buta dengan menemukan cowok disampingnya. Memeluknya dengan erat namun dibatasi selimut yang hanya melilit tubuh Niken. Ingatannya kembali ke malam tadi. Ia mengigau menangis karena rasanya dingin sekali. Tubuhnya menggigil hebat. Disaat itu pintu kamarnya terbuka dan Alex mendatangi Niken untuk memeriksa suhu tubuhnya.

Setelah memberikan obat penurun demam, Alex menemani Niken sambil menenangkan Niken. Tapi cewek itu semakin menggigil hingga Alex memutuskan memeluk Niken yang telah ia bungkus dengan selimut.

Dan entah berapa kali Niken terbangun hanya untuk mengigau lagi. Tapi pada saat Niken terbangun, Alex hanya akan mempererat pelukannya tanpa protes jika tidurnya sangat terganggu oleh igauan Niken.

Begitu siang hari, Niken tersadar dan mendapati di kasurnya sudah ada Hana yang berbaring sambil membaca buku. "Han?" Niken memastikan.

Dengan sigap Hana menutup bukunya lalu menyimpannya diatas nakas.

"Kenapa? Lo mau ke rumah sakit? Alex bilang lo gak tidur semaleman. Lo makin ngerasa gak enak?"

"Ngapain lo disini?" tanya Niken.

"Shopping aja sih gue." Kata Hana sarkastik.

"Gue pengen pipis."

Mendengar itu, Hana berdiri lalu membantu Niken pergi menuju toilet. Menunggunya hingga beres buang air kecil untuk membantu Niken kembali ke tempat tidur lagi.

"Gue bawain lu cream sup ayam."

"Yailah makanan mulu yang lo kasih."

"Lo mau apaan dong?"

"Duit."

"Lo gak usah mentang-mentang lagi sakit sampe bikin gue nahan emosi, ya, Ken. Bentar gue angetin dulu."

Kesadaran Niken ada, namun disaat yang bersamaan ia merasa jika sekarang adalah mimpi. Setelah sehari rupanya Niken masih belum merasa membaik juga. Ia lelah jika harus merasa menggigil, gerah, pening, dan lemas disaat yang bersamaan.

Setelah Hana kembali ke kamar dengan semangkuk cream sup, Hana menyuapi Niken hingga setengah cream sup itu habis dan Niken sudah tidak sanggup memaksakan dirinya untuk makan.

"Lo mau tidur lagi apa gimana? Lo serius gak mau ke rumah sakit?"

"Kagak. Gue disini aja."

"Semalem kenapa lo gak bisa tidur?"

"Gue tidur kok. Tapi kayak kesadar gitu terus tidur, terus sadar lagi. Tapi gue ngigo."

"Lo tau tadi pagi gue liat Alex udah kayak panda. Katanya gak bisa tidur. Terus dia pesen jangan bangunin lo karena semaleman lo gak tidur."

"Iya, gue ngigo mewek. Dingin banget sampe gue ngelilitin diri dalem selimutpun rasanya kayak masih di gunung."

Hari itu Niken merasa banyak hutang kepada Hana dan Alex. Ditangah kesibukannya, Alex bahkan membuktikan perkataannya bahwa ia bisa diandalkan. Untuk aslasan bercandapun, Alex bahkan tidak ada niat untuk sedikit mengomel kepada Niken. Juga Hana yang sebentar lagi menginjak trimester akhir, ia rela capek-capek mendatangi dan menunggui Niken.

Memang jika kita ingin melihat kesetiaan kawan kita, maka lihatlah saat kita berada diposisi terendah. Mereka benar-benar ada buat Niken bahkan disaat Niken tertidur.

Kalau untuk Hana, Niken benar-benar tidak ada ide untuk membalas Hana dengan cara apa selain selalu ada untuknya. Tapi kalau Alex, Niken bahkan sudah berjanji kepada dirinya sendiri bahwa setelah ia sembuh, ia akan sedikit balas budi kepada cowok itu.

InsanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang