my world

3.5K 311 41
                                    

Author : afeb [tumblr]

Intisari : - )

.

"Kita sudah selesai dengan pembicaraan ini." sembur Draco keras seraya membuka pintu masuk.

"Tidak, belum." aku menjawab baIik, menutup pintu di belakangku.

Draco melepas jaket dan memutar matanya. "Aku sudah bilang tidak."

"Lalu kita juga tidak akan mendiskusikannya?" tanyaku mengikuti langkahnya ke dapur.

"Tidak," Draco membuka pintu belakang untuk membiarkan udara segar khas pantai masuk. "Kita tidak mendiskusikannya."

"Kenapa?" aku melipat lengan.

Draco memutar badan. "Karena aku tidak mau punya bayi!"

"Kita sudah menikah selama dua tahun Draco, ini adalah saat yang tepat untuk keluar dari fase honeymoon dan menghadapi kenyataan! Aku tidak mau ini akan jadi hanya ada kau dan aku selamanya."

"Tidak penting apa yang kau mau karena kau tidak akan punya bayi tanpa aku." serunya. "Jadi pembicaraan ini sudah selesai."

Mulutku jatuh terbuka sementara kami berdua memandang satu sama lain penuh kemarahan. "Merlin, kau masih sama, Draco yang egois yang aku kenal di sekolah, bukan?" sebelum dia sempat menjawab aku keluar rumah tepian laut.

Draco mengikuti langkahku tidak jauh di belakangku. "Jangan begitu denganku, aku cuma tidak mau punya anak!"

"Dan ini semua selalu tentangmu, kan?" semprotku. "Aku mengorbankan kehidupku untukmu! Aku keluar dari pekerjaanku di kementerian, pindah ke antah berantah, menunda pernikahan sampai kau merasa siap! Dan sekarang aku juga harus menunda keinginan punya anak karena kau juga."

"Kau sendiri yang setuju untuk melakukan semua hal itu untukku." dia menunjukkan jarinya kepadaku.

Aku mendengus. "Mari berhenti bicara bodoh, kita berdua tahu alasan sebenarnya kau tidak mau punya anak denganku."

Draco tertawa dibuat buat. "Tolong, beritahu aku." dia membuka lengannya lebar.

"Karena bagimu, meskipun setelah bertahun tahun, Aku masih seorang darah lumpur najis." angin berhembus di sekitar kami sementara dia hanya menatapku, bahunya jatuh.

"Kamu..." dia bergumam setelah beberapa saat. "Kau fikir aku masih begitu?"

Kakiku membuat kiasan bulat di atas pasir. "Kamu cuma tidak mau mengakuinya." gumamku.

Draco hendak membalas tajam, tapi menghentikan dirinya sendiri. "Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk meyakinkan kamu kalau kau adalah duniaku." sindirnya sebelum kembali masuk ke dalam rumah.

Aku memilih menjauh darinya selama beberapa waktu, berjalan berkeliling pantai. Setelah satu atau dua jam, perlahan aku berjalan pulang ke rumah. Draco duduk menunggu di meja, dua cangkir di sampingnya.

Matanya tertuju padaku dengan gugup. "Aku pikir kamu akan pulang lebih cepat, aku menyeduhkan teh untukmu...sekarang sudah dingin."

Aku tersenyum tipis. "Terimakasih."

Aku duduk di hadapannya. "Aku tidak mau punya anak bukan karena kau darah- keturunan muggle." ujarnya. "Itu karena...bagaimana kalau aku seperti dia?"

Aku mengerutkan dahi. "Siapa?"

"Ayahku."

Hatiku terjatuh. "Oh Draco...kenapa kau tidak bilang?"

Draco mengedikkan bahu dan menyandar ke sandaran kursinya. "Itu bodoh aku tahu, aku cuma...pemikiran itu, menghantuiku."

Aku menghela nafas. "Tidak apa, aku akan menunggu."

"Tidak tidak," dia terburu meraih tanganku di atas meja. "Aku tidak mau kau kembali melakukan itu. I love you, sungguh, dan aku ingin punya anak denganmu. Tapi bagaimana kalau aku berubah jadi sepertinya, membuat diriku yang lain."

Aku tersenyum dan menggenggam tangannya. "Itulah kenapa aku mau punya anak anak darimu, supaya aku Draco kecil berkeliaran di seluruh rumah."

Draco tersenyum lagi. "Aku cuma takut."

"Aku juga." bisikku. "Gentar."

"Benarkah?"

"Tentu saja iya!" aku tertawa. "Tidakkah kau pikir aku takut akan mengacaukan anak malang kita. Tapi bagaimanapun juga kita akan mengacaukannya. Tidak mungkin tidak membuat kesalahan."

"Bagaimana cara agar aku tidak terlalu banyak mengacaukan sebanyak ayahku?" tanyanya, tangannya memegang tanda kegelapan di lengan kirinya, setelah bertahun tahun, masih terpatri disana.

"Karena kau lebih baik, lebih manis dan lebih lembut dibanding dia." aku memastikan. "Kau adalah segalanya yang Ayahmu tidak pernah mampu bisa jadi."

Draco berfikir sekejap, menatap mataku sebelum kembali memberiku senyuman kecil. "Okay."

"Apa?"

Draco berdiri dan menarikku dari kursi, bibirnya mengecup pipi dan leherku. "Ayo bikin bayi."

"Serius?" aku terkesiap saat giginya menggigit kecil leherku.

"Hmm." suaranya teredam sementara tangannya menarik bajuku.

Aku tertawa keras. "Disini?"

"Dimanapun."

.

November 28th, 2020

Draco Malfoy One Shots Collection [bahasa]Where stories live. Discover now