loved (2)

1.6K 211 13
                                    

Author : monawritess / bubblybubbubs.tumblr.com

Intisari : lanjutan dari loved, dari prespektif Draco

.

"Dimana dia mungkin berada," Draco berkata sambil menyisir rambutnya dengan jemari dan dia berjalan bersama Pansy menuju Aula Besar.

"Aku tidak tahu, kita sudah mencarinya kemanapun. Mungkin orangtuanya menjemputnya," Draco terhenti.

"Aku harus menemukan dia, Pansy, dia harus baik-baik saja," Draco mulai menangis.

"Kita akan menemukannya," jawab Pansy.

Blaise, Daphne dan Theo berdiri di tengah Aula Besar dikelilingi mayat dan teman serta keluarga yang berduka.

Draco menolehkan pandangannya pada mereka, dia tidak ingin memikirkan yang terburuk.

"Ada kabar?" tanya Pansy.

"Tidak," Daphne menghela nafas.

Draco mencoba memutar otaknya untuk mengira-ngira dimana sekiranya Y/N berada, tapi dia sudah mencarinya hampir di sebagian kastil.

"Kau tidak pikir -" Blaise mulai berbicara pada Theo.

"Stop. Dia baik-baik saja, kita akan menemukannya," Blaise hanya mengangguk.

Wajah Pansy berubah terkejut saat dia memandang lantai.

"Draco," suaranya hampir tidak terdengar.

Draco membalikkan badan.

Ginny dan Neville membawa seseorang diatas pelbet. Wajah keduanya dibanjiri air mata dan mereka menghindar menatap Draco.

Itu bisa jadi siapa saja, Draco mencoba berkata pada dirinya sendiri tapi rambut yang teruntai jatuh dari pelbet serta tongkat sihir yang ada di tangan si gadis tidak lagi bisa di bedakan.

Draco mulai berlarian pada keduanya, jantungnya berdetak keras hampir keluar dari dadanya.

"Draco I'm so sorry." Ginny akhirnya berkata pada pemuda dihadapannya yang sudah memandang si gadis yang terbujur kaku.

Pemandangan di Aula Besar sangat menggentarkan, ada sekitar lima puluh tubuh yang tercecer di ruangan yang masih terlihat begitu polos, beberapa diantaranya adalah anak-anak.

Draco tidak memandang Ginny, atau pada mayat Lavender Brown yang terbaring di samping Y/N. Mata Draco terfokus pada gadis yang diselimuti kain tipis.

Draco berlutut disampingnya dan dengan tangan bergetar menyibak kain untuk melihat wajahnya.

Draco terisak begitu melihat wajahnya. Dia terlihat begitu tenang seakan dia tengah tertidur.

Draco tidak merasakan orang-orang yang mulai berkerumun disekitarnya, dia hanya memeluk mayat dingin Y/N dan menutup matanya rapat, mencoba untuk bangun dari apapun mimpi buruk yang sedang terjadi.

Draco tidak ingin hidup di dunia dimana Y/N tidak hidup didalamnya.

"Apa yang terjadi?" Blaise bertanya tercekat.

Wajah Ginny berubah dari sedih jadi penuh amarahan.

Dia mengeluarkan secarik kertas yang terhias darah.

Tulisannya hampir tidak terbaca tapi akan menghantui Draco sampai kuburnya.

Aku menolongmu - Auntie Bella

Draco tidak sempat mendengar pembicaraan disekitarnya karena kemarahan yang mengguncangnya.

Ini adalah salahnya, dia seharusnya menjaga jarak atau berusaha untuk menyembunyikan perihal hubungan mereka.

Draco Malfoy One Shots Collection [bahasa]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu