3. Taruhan ?

9K 326 4
                                    


Note : Ini lanjutan langsung dari chapter kemarin. Belum ganti hari

=================

"Aku belum puas" rengek Bam.

Perkataan itu membuat Khun geli. "Itu salahmu, kamu orgasme begitu cepat," gumamnya.

"Itu karena kamu sangat seksi," jawab Bam, "Aku tidak bisa mengendalikan diri."

"Pfft, dasar gombal," Khun tertawa.

"Haha," Bam tertawa sambil meremas pantat Khun, "tapi itu benar."

Khun mendesah pelan.

"Ingin melakukannya lagi?" Tanya Bam sambil menggerakkan salah satu tangannya ke paha bagian dalam Khun untuk mengelus kulit lembut di sana.

"Ya." Wajah Khun menjadi memerah sekali lagi. "Aku kira kau ingin orgasme lagi, kan?"

Bam tidak langsung melakukannya. "Apakah itu tidak apa apa?" Dia bertanya. "Aku bisa menahan diri jika kamu butuh istirahat."

"Tidak," Khun bergumam, "Aku baik-baik saja."

"Baiklah," Bam mencium Khun dengan lembut. "Aku penasaran," katanya sambil menarik kembali, "seberapa sensitif kau saat ini?"

Khun berkedip padanya. "Um... cukup sensitif?"

Jari Bam membelai paha Khun dengan lembut dan menekan ibu jarinya ke lubang milik Khun.

"Bam-!" Khun tersentak, tubuhnya mengerat di sekitar kemaluan Bam.

"Terlalu keras?" Bam bertanya, menekan jarinya lebih perlahan.

"Tidak, ah... tidak," Khun terengah-engah.

"Karena aku sedang berpikir," kata Bam, "akan menyenangkan melihat berapa kali aku bisa membuatmu orgasme sebelum rut-ku selesai." Dia mencondongkan tubuh ke depan untuk menghisap rahang Khun dan menggerakkan tangan lainnya untuk membelai ereksi Khun yang sedang bangkit. "Bagaimana menurutmu?"

"A-ah... oke," Khun terkesiap, menggeliat di genggaman Bam, "mau bertaruh?"

"Oh? Tentu," jawab Bam, dengan lembut mencium di bawah telinga Khun, "apa yang ada dalam pikiranmu, Sayang?"

"Um... aku tidak tahu," gumam Khun, bergeser dalam genggaman Bam, "A-tunggu dulu," dia meraih tangan Bam, "Aku tidak bisa berpikir saat kau menyentuhku."

Bagi Bam, Khun sangat menggemaskan saat ini dengan wajah cemberutnya.

"Begitu?" Bam bertanya dengan sabar.

"Aku yakin kau tidak bisa membuatku orgasme tiga kali," kata Khun.

"Dan jika aku bisa?" Bam menjawab, menyeringai pada Khun. Kata-katanya telah memicu sisi kompetitif Bam.

"Aku akan melakukan apapun yang kamu inginkan," jawab Khun, "dan hal yang sama berlaku untukmu jika kamu kalah."

"Oh," tanya Bam, "apa saja? Bagaimana jika aku ingin meletakkanmu di pangkuanku dan memberitahumu betapa cantiknya dirimu saat kamu menyentuh dirimu sendiri?"

"Ya," jawab Khun, wajahnya merah padam, "ya. Jika kamu menang, aku akan melakukannya."

"Dan bagaimana jika kamu menang?" Bam bertanya. "Apa yang akan aku lakukan?"

"Aku ..." Khun berhenti berpikir. "kamu tidak bisa menyentuhku, kamu hanya boleh berbaring di sana dan menikmati sentuhanku."

"Setuju," jawab Bam, bergerak maju untuk mencium Khun. Dia kembali membelai ereksi milik Khun.

Khun mendesah dalam ciuman mereka.

"Aku akan membuatmu merasa sangat baik," kata Bam saat mereka berpisah, "seperti yang kamu lakukan padaku."

"Ya?" Khun bertanya.

"Ya," jawab Bam, merunduk untuk menghisap selangkangan Khun. "Kamu tidak tahu betapa indah suaramu saat kamu mendesah."

Khun membuat sedikit desahan dan menggelengkan kepalanya.

"Kenapa menggeleng?" Bam bertanya, memindahkan tangannya dari kemaluan Khun ke punggungnya. Dia mengangkat dada Khun ke atas sehingga dia bisa menjilat puting Khun.

"Kamu ber-berbohong," Khun terkesiap.

"Mengapa aku berbohong?" Bam menderu, menghisap puting Khun "hm? Kenapa aku harus mengatakan hal-hal yang tidak aku maksud?"

"Aku tidak, ah- aku tidak tahu," jawab Khun.

Bam bersenandung dan terus membelai ereksinya. "Kau luar biasa," kata Bam, tangannya yang lain menjepit rambut Khun agar dia bisa menarik kepalanya ke belakang dan mencium lehernya. "Sangat-sangat cantik." Dia menekan ibu jarinya ke celah selangkangan Khun. "Betapa aku memujamu."

Khun menjerit, gemetar dan orgasme dalam genggaman Bam.

"Satu orgasme sudah selesai," seru Bam.

Khun berkedip padanya dengan bingung.

"Bersiap kalah, sayang?" Bam bertanya dengan puas. Dia sudah tidak sabar. Semua desahan Khun membuat penisnya sakit ingin segera keluar.

Dia pasti akan menang. 


TBC or not ?

Aku milikmu, Bam (18+)Where stories live. Discover now