6. Akhirnya malamnya berakhir ?

7.9K 260 4
                                    


Khun hampir tidak sempat menyiapkan diri saat Bam mulai memasukkan penisnya dengan kasar.

Setelah itu yang bisa terpikirkan oleh Khun hanyalah sensasi penis Bam yang menusuknya. Otaknya mengalami korslet. Dia menyadari Bam membisikkan sesuatu di telinganya, tapi dia sama sekali tidak bisa fokus pada apa yang pria itu katakan.

"AH....AH...AH, BAM !"

Khun sadar saat ini dia mengeluarkan suara desahan seperti orang idiot, tetapi dia benar-benar tidak bisa menahannya.

"Terus sebut namaku, Khun" Bam berkata sembari terus melakukan penetrasinya ke anal khun dan menggesekannya dengan kasar ke prostat pria biru itu.

"BAM......AH...BAM !" Khun merasa seperti sedang melayang. Sesak di dalam perutnya bertamban seperti akan meledak, dan sensasi orgasme membanjiri seluruh inderanya. Ketika dia berhasil mendapatkan kembali kesadaran dirinya, dia sudah berada di pangkuan Bam yang sedang memeluknya kuat-kuat, dan alphanya itu sedang mengelus perutnya dengan lembut.

"Bisakah kau mendengarku, Sayang?" Tanya Bam.

"Ya," gumam Khun. Tenggorokannya terasa sakit karena berteriak sebelumnya.

"Kamu melakukan pekerjaan yang sangat bagus," seru Bam, "kamu menerimaku dengan sangat baik."

"Terima kasih, tapi kurasa kamu yang melakukan semuanya," jawab Khun. Dirinya sekarang merasa lemas sekali.

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Bam.

"Baik," jawab Khun, "Tadi itu... intens."

Bam bersenandung lembut. "Aku khawatir aku akan menyakitimu."

"Tidak," jawab Khun, "Aku menikmatinya."

"Ya?"

"Ya."

"Bagus," gumam Bam, "bagus." Jari-jarinya dengan lembut menyentuh kulit Khun.

Khun menegakkan kepalanya ke belakang dan menyandarkannya ke bahu Bam.

"Kamu sangat cantik," kata Bam lembut, "kamu terlihat sangat cantik saat orgasme."

Khun mendengus geli. "Apakah aku masih cantik sekarang?" Dia bertanya.

"Ya," jawab Bam. Salah satu tangannya menelusuri perut Khun, mengusap penisnya dengan lembut dan menuju lubang di antara kedua kakinya.

Khun tidak bisa menahan lenguhan kecil yang keluar darinya ketika Bam mulai mempenetrasi lubangnya dengan jarinya.

"Kamu menutup mata begitu saja tadi," lanjut Bam, "mulutmu menganga, dan kamu mengerang dengan sangat manis."

Sensasi jari Bam pada lubang Khun yang masih sensitif membuatnya kehilangan akal sehat.

"Bam, Bam-" Khun terkesiap.

"Merasa enak, Sayang?" Tanya Bam. Suaranya, meski sangat seksi, tetapi terdengar sombong sekali.

"Ya," Khun terengah-engah, "ya."

"Kamu terlihat sangat cantik seperti ini," Bam berseru, "omega-ku yang cantik."

Khun bersenandung senang dan mencengkeram lengan Bam saat pria itu memasukkan jarinya lebih dalam.

"Kamu sangat manis," lanjut Bam, "biarkan aku menyenangkanmu."

Khun tidak bisa menahan erangan yang lolos darinya. Dia mulai gemetar, dan dia merasakan kakinya bergeser sendiri kearah Bam.

"Bisakah kamu melakukan sesuatu untukku, Sayang?" Bam bertanya lembut.

"Apa- ha, apa?" Khun bertanya dengan terngah-engah.

"Bisakah kau memijat kemaluanmu untukku?" Tanya Bam.

"O-Oke?" Khun menurunkan tangannya ke ereksinya dan mulai memijat penisnya sendiri dengan kuat.

"Ya, sempurna, begitu saja, Sayang," puji Bam. Dia mengangkat tangannya yang lain dan dengan lembut mencubit puting Khun.

Ada begitu banyak sensasi yang membuat pikiran Khun hampir kosong saat ini. Sesak di perutnya kembali lagi.

"Merasa enak?" Bam bertanya. Napasnya terasa hangat di telinga Khun.

Orgasme menyapu diri Khun sebelum dia bisa menjawab, membuatnya terengah-engah.

"Aku anggap itu ya," Bam terkekeh.

"Ya," jawab Khun. Semuanya terasa kabur untuknyar. Tetapi dia tahu Bam pasti akan senang jika Khun memberitahunya apa perasaanya.

"Hei," gumam Khun.

"Iya sayang?"

"Aku baik-baik saja, tapi semuanya sedikit..." Khun melambaikan tangannya dengan malas untuk menyampaikan maksudnya.

"Ah, butuh waktu untuk istirahat?" Bam bertanya lembut.

"Ya."

"Terima kasih sudah memberitahuku," kata Bam, "bagaimana kalau kuambilkan air?"

"Boleh." Kedengarannya bagus.

Bam bergeser dengan hati-hati, tapi Khun masih mengerang sedikit karena gerakannya.

"Ini, Sayang," kata Bam sambil memberikan sebotol air.

"Terima kasih."

Khun meneguk airnya dengan hati-hati. Matanya terasa berat, dan kehangatan Bam di punggungnya sama sekali tidak membantu.

"Ngantuk?" Bam bertanya lembut.

"Mm."

"Istirahatlah," jawab Bam, "Aku akan tetap di sini, Sayang."

Khun menguap dan mengangguk. Dia membiarkan matanya tertutup rapat, dan pikirannya melayang menuju alam mimpi.


TBC or not ?

Silahkan divote jika ingin dilanjut

Saya izin promosi ff BamKhun reinkarnasi milik saya dibawah

Saya izin promosi ff BamKhun reinkarnasi milik saya dibawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku milikmu, Bam (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang