52; Disease

2.9K 488 128
                                    

Malam yang terlewati jauh lebih kejam dari prasangkanya. Setiap enyahan napas terasa seperti ia tengah melepas nyawa dengan perlahan. Namun Reymon Kim datang, melepas bom dengan apik yang terikat di pintu dan merangkul Jeon Jungkook untuk segera pergi dari sana. Kendati ia pikir telah berakhir, Sherry justru menyusulnya dan mengabarkan jika Yoongi berhasil menjinakkan bom. Sementara Damian mengonfirmasi jika ada lebih dari dua bom yang tertanam di dalam.

Dengan keadaan yang serba lemah, Jungkook sempat menyerah. "Menuju atap dan terjunkan diri kita!" begitu Sherry bilang malam itu. Oh, well, Jungkook tahu semangat Sherry tampak mengabur dan tersisa kepasrahan yang kentara. Maksudku, begini, bagaimana mungkin mereka dapat melewati lima lantai dalam waktu tiga menit?

Tetapi di sana, Min Yoongi tak bereaksi apapun. Ia membantu memapah Jungkook untuk sampai ke atap dengan gesit. "Waktu lima belas detik untuk melompat ke bawah dan menewaskan diri?" Jungkook menanggapi lelucon yang sama sekali tak lucu. Sherry nyaris menghantam kepala Jungkook saat mengatakan bahwa: ini adalah upaya terakhir, setidaknya kita tidak diam saja menunggu kematian dengan mengenaskan. Jungkook tertawa ketika Sherry memberinya sebuah tali dan mengaitkannya pada apapun untuk upaya mereka turun dari sana.

"Ya, upaya terakhir untuk pulang kepada Tuhan." Ini tidak semudah itu. Kita tidak akan berhasil.

Dalam detik yang hampir selesai, dua helikopter mendarat di atap dan menarik mereka dengan gesit. Kalau tidak salah hitung, bom terdengar meledak sebanyak empat kali, memekakkan telinga, melumat mansion, serta mengguncang helikopter yang nyaris hilang keseimbangan. Dalam beberapa detik, dunia terasa begitu kelam dan pekat. Terasa panas dan menyengat ketika pendar merah murka beserta asap hitam yang mengepul besar membuatnya tersadar bahwa: inilah perjuangan.

Setelah memakan sebelas jam perjalanan dan tiba di Seoul, sinyal Hyoji kembali berbunyi, kalung berfungsi dengan baik. Dalam earphone yang kembali ia pasang, ia mendengar suara Hyoji memanggil namanya. Begitu pedih dan menyayat hati. Lantas ketika kamera ia nyalakan, detik itu, ia benar-benar merasakan jantungnya telah kehilangan fungsi.

Hidupnya terasa layak mendapat lebih banyak omong kosong. Bukan hanya Jeon Jungkook, mungkin juga bagi semua yang ada pada momentum ini. Hentikan saja delusi yang masih menggelayut di ambang kepala tentang perjuangan serta pengorbanan yang bakal dibayar dengan kebahagiaan yang mengalir deras. Percayalah, jangan terlalu tinggi mengepakkan sayap. Tak ada bahagia yang abadi. Kendati telah menyiapkan kepasrahan bila nadi berhenti berfungsi di ujung peperangan, rasa bahagia tak hadir begitu saja.

Masih banyak yang perlu dilalui sebanyak luka para manusia yang tertumpuk di lembah kelemahan.

Sebab lagi, di dunia ini bukan cuma aku dan kau yang ditikam pedih. Biar ini kisahmu, semua orang masih memiliki banyak perasaan yang tak dijabarkan dengan murah. Meraka juga merasa kehilangan. Merasa ketakutan. Merasa diambil separuh hatinya.

Jeon Jungkook mengendarai mobil secepat kilat mengikuti ambulans-setelah ia merebut pistol di saku Yoongi dan melecutkan peluru pada kemaluan Seungmo tatkala pria bengis itu hendak bangkit lagi setelah menerjunkan diri dari jendela. Kendati setelah itu pun, Jungkook menghampiri Seungmo dan menginjak dadanya.

Yoongi dengar dengan jelas ketika Jungkook berkata, "Aku tidak akan membiarkanmu mati. Tidak begitu saja. Aku harus memastikan kau menderita dan merasakan bagaimana setiap inchi tubuhmu kesakitan, perih, ngilu, sampai kau tidak bisa menahannya lagi. Akan kubiarkan harimau kelaparan menyayati tubuhmu atau memakan bola matamu. Jika mereka bisa, ingin sekali aku melihat rambut kepala serta kuku-kukumu dicabuti terlebih dahulu." Jungkook berujar sarat amarah tanpa mempedulikan lawannya yang telah sekarat di sana. Jungkook menekan dada lelaki itu dengan hak pantofelnya yang terasa berat dan kukuh. "Aku harus menyaksikan bagaimana dirimu lenyap dari bumi dengan cara paling mengenaskan."

𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang