15; Change

8.9K 1.3K 223
                                    

Lewat celah jendela yang tirainya sudah disingkap lima belas menit lalu oleh wanitanya, pendar samsyu menelusup gelitiki kelopak mata. Seolah masih ada lem perekat atau barangkali rasa kantuk masih tertambat erat. Jungkook terpaksa singkap netra tatkala dengar suara air mengucur di lingkup kamar mandi. Ia menarik tubuh dan sandarkan punggung di kepala ranjang. Termangu tatap langit-langit kamar guna mengumpulkan ruh yang masih bermain di alam bawah sadar.

Kepala Jungkook bergerak menoleh saat gentar di atas meja-yang berlokasi di samping ranjang-merecoki delusi hampa. Satu sudut labiumnya terangkat naik waktu pandangi ponsel wanitanya terus-menerus menyala karena tak kunjung dapat respons. Kim Taehyung is calling...

"Pagi-pagi sudah mengusik istri orang, Kim?" kemamnya.

Tidak perlu buru-buru berlaku tidak sopan menyahut panggilan untuk istrinya dengan berlagak sok menjadi suami posesif. Jungkook akan membiarkan dan amati sejauh mana lelaki itu berusaha melewati batas.

Beberapa sekon layarnya meredup lalu berganti notifikasi pesan baru. Jungkook melongok lagi untuk mencuri baca sebagian pesan dari tampilan pop-up.

Kim Taehyung : Selamat pagi, cinta. Hari ini aku akan berkunjung ke makam istriku, Hyo. Semalam Hyora menangis merindukan bundanya.

Oh, istrinya sudah mati. Dan apa itu tadi ... cinta? Hei! Jungkook terkekeh dalam benak.

Suara derik pintu kamar mandi membuatnya sontak angkat kedua tangan dan meluruskan segala persendian dengan mata terpejam melenguh. Kalau saja itu ibunya, pasti beliau sudah berkomentar reaksi yang kuno! Mata kirinya terbuka sekelumit, mengintip, lantas jiwanya labil menemukan wanitanya cuma dililit handuk kecil sebatas paha. Masih berada tak jauh dari pintu kamar mandi, ia menatap lelakinya sambil keringkan rambut yang basah menggunakan handuk.

"Baru bangun?" tanyanya. Sementara jakun Jungkook naik turun sewaktu mata buas menemukan objek setetes air mengaliri paha mulus istrinya.

"Jung?" Hyoji mengernyit tak dapat reaksi. Ia berjalan mendekat setelah sadari Jungkook menatapnya sarat.

"Ah. Iya. Nyawaku belum terkumpul, maaf," sahutnya kalang kabut. Meski begitu matanya terus memindai bagian keelokan tubuh Hyoji yang lain. Hasratnya mendadak gelisah, mengingat semalam ia juga menahan mati-matian supaya tak menjamahi wanitanya berlebihan.

"Ada yang salah denganku?" tanyanya basa-basi kendati sudah paham kemana orientasi pikiran lelaki itu. Jungkook cuma menggeleng lemah sebagai jawaban. "Atau ada sesuatu yang kau inginkan?" Satu alisnya terangkat guna menggoda.

Jungkook berdecak, menggeser pandangan lalu mengusap tengkuknya sebab merasa pikirannya sudah tertangkap basah. Hyoji tersenyum simpul sambil lajukan tungkai menuju lemari pakaian.

"Ibumu dirawat di ruang apa, Jung? Biar aku mendampinginya saat selesai bertugas."

"Ruang Lyre nomor 07."

Hyoji mengangguk sebagai respons sederhana. Lantas kini berbalik dengan setelan pakaian yang sudah bergelayut di lengan. "Kau mau menggunakan kamar mandi? Eum maksudku-aku akan memakai bajuku di sana," tuturnya pelan.

"Kenapa tidak di sini?"

"Huh?" responsnya agak terkejut.

Kening Jungkook mengkerut, ia tatap gelagat canggung di rupa wanita itu. Yah, meski mereka pernah melakukan beberapa kali, eh, tidak, cuma dua kali (di bawah perasaan dendam dan kebencian) tetapi berbeda kalau ia harus melihat tubuh bugil itu setelah semalam tangisan Hyoji melelehkan sikap dinginnya, mengubah Jungkook jadi mendadak sedikit manis apalagi waktu Hyoji merintih membutuhkannya di dalam dekapan. Sial! Jungkook menahan senyum kemenangan.

𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang