19; Playing Around

7.3K 1.1K 356
                                    

"Hyora ingin bermain dengan Paman Koo. Boleh, Ma?"

Sewaktu berjalan keluar dari halaman sekolah, jemari gadis kecil itu mengayun-ayunkan lengan Hyoji, tengah berharap keinginannya terkabul.

"Paman Koo sedang sibuk, sayang." Tetapi yang ia dapati adalah penolakan yang tak bisa ia tawar. Sebab Hyora sudah berjanji tidak akan nakal dan menurut pada mamanya.

"Baiklah," katanya lesu lalu merengut sendu. "Kenapa semua orang sibuk ya, Ma? Ayah apalagi. Tetapi Paman Koo betulan sibuk, tidak?"

Hyoji berdiri di samping kantor pos, ia tersenyum singkat pada Pak Satpam yang tengah duduk seraya menyeruput kopinya penuh khidmat.

"Karena Ayah harus bekerja mencari uang untuk menuruti segala keinginan Hyora."

"Ah, benarkah? Tetapi tidak semua yang Hyora inginkan terkabulkan dengan mudah ya, Ma?" Hyora mendongak menatap Hyoji dengan hati-hati. "Semua keinginan harus didapat menggunakan uang tidak sih, Ma? Kalau iya, berapa won yang harus Hyora bayar untuk bermain dengan Paman Koo?" Gadis kecil itu buru-buru menutup mulutnya begitu Hyoji menatapnya terkejut. "Maaf, Mama. Hyora salah bicara, ya?"

"T-tidak, kok. Hyora bisa bermain dengan Paman Koo tanpa membayar." Kalau begini, Hyoji merasa jadi Mama yang kejam.

Lalu ia terseyum semringah, "Jadi hari ini boleh, Ma?"

Hyoji paham sekali kalau anak kecil itu tengah berupaya dengan sangat hati-hati. Bola matanya berbinar nyaris luluhkan sisi sensitifnya tak tega buat menolak. Tetapi pada akhirnya Hyoji mengaku kalah dan mengirimi pesan pada Jungkook. Dan sebelum semenit berakhir, lelaki itu segera meneleponnya.

"Aku sedang di lift. Tunggu sepuluh menit," katanya datar.

"Kalau begitu-"

"Yang ingin bermain denganku Hyora atau dirimu?"

"Jung!" tekannya tertahan.

"Kau ketagihan bermain denganku? Kalau begitu nanti malam."

Kalau saja kini Jungkook berada di hadapannya, ingin sekali ia menjitak kepala lelaki itu karena membuat pipinya memerah semu. Apalagi ketika ia tak sengaja mendapati Pak Satpam tengah menatapnya dengan muka jenaka. "Perona pipi Bu Dokter ajaib. Bisa tiba-tiba muncul begitu," katanya kemudian terkekeh.

Hyoji cuma membalas dengan senyum kikuk. Ajaib. Benar. Jungkook itu ajaib. Sebab tak lama menunggu, sebuah mobil hitam berhenti di depan kantor pos. Hyora melonjak girang waktu temukan kepala Jungkook muncul dari bagian samping pintu mobil. Jungkook sekilas menatap Hyoji yang segera membuang arah pandangnya. Perkataan Jungkook tadi masih meneror seisi kepala.

Sedang Pak Satpam segera keluar dan membunguk ringan memberi hormat. Jungkook menunduk dan tersenyum membalas. Ia jelas ingat dengan kejadian waktu itu. "Tuh, kan, Bu Dokter. Hyora memang mirip dengan ayahnya."


****

Sejak dari lobi utama, Hyora terus berceracau soal; gurunya yang galak, temannya yang jahil, jajanan kantin yang tidak enak, juga pelajaran yang membosankan. Jungkook dan Hyoji terkadang tertawa dan menjawab seadanya.

"Kalau Hyora dapat peringkat pertama, Hyora boleh berinap di rumah Paman, tidak? Eum, atau Hyora perlu membayarnya, ya? Nanti, deh, Hyora coba bilang pada Ayah," celetuknya begitu mereka masuk ke dalam lift dan Hyora berdiri membelakangi mereka.

"Membayar untuk apa?" tanya Jungkook.

Permukaan dada Hyoji seperti terdapat kembang api yang meletup-letup kecil sewaktu sela jemarinya dirangkum oleh jemari Jungkook. Hyoji tak kuasa membalas tatapannya. Ia mengulum bibir dan menatap ke lain arah guna menetralisir degupan yang membuat permukaan tubuhnya dijalari kehangatan.

𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕Where stories live. Discover now