#8 Leo

237 45 3
                                    

Limario Manoban menyanggupi dirinya akan membantu Roseanne Park untuk memperbaiki filter air milik ikan kesayangan wanita itu, Rio mengantarkan Rose ke apartemennya yang ia sudah tau sama dengan tempat tinggalnya. Mereka sama-sama tinggal di lantai yang sama dan hanya terpaut 2 unit saja.

"Aku mau ganti pakaian dulu, kau mau mampir ke unitku?" tawar Rio. Rose kemudian mengangguk dan mengikuti Rio menuju unitnya, ia tidak pernah berani menerima tawaran dari orang asing, apalagi sampai memasuki kamarnya yang sudah termasuk ke dalam bagian privasi orang tersebut. Rose melihat penampakan unit seorang CEO meskipun ia tidak tau pekerjaan Rio apa namun yang ia lihat adalah bagaimana seorang lelaki tinggal sendirian disini dan semuanya masih tertata rapi, tidak seperti novel-novel yang ia baca jika seorang laki-laki di tinggalkan rumahnya akan berbentuk seperti kapal pecah.

Seekor kucing berjenis scottish fold berwarna abu putih memperhatikan kedatangan Rio bersama seseorang yang belum pernah kucing itu temui sebelumnya. Ia berdiri di tengah ruangan dan tidak melepaskan tatapannya dari Rose.

"Astaga, dia lucu sekali.." Rose yang memang pada dasarnya sangat menyukai binatang segera memeluk kucing bernama lengkap Leo Manoban itu dengan gemas. Rio tidak percaya jika Leo akan diam di dalam pelukan orang asing.

"Biasanya dia akan memberontak.." ucapnya aneh sambil membuka hoodienya dan menggantungnya di lemari. "Sepertinya dia menyukaimu."

"Masa aku kalah sama kucing sendiri sih?" pikir Rio.

"Aku juga menyukainya, dia gemuk." Rose mulai menciumi kepala Leo.

"Kalau aku menyukaimu juga?" tanya Rio hati-hati.

"Aku hanya akan menyukai peliharaanmu saja." jawab Rose acuh. Rio tersenyum hambar dan pergi mengambil minuman dingin dari kulkas.

"Kalau kau butuh sesuatu ambil saja, ada banyak makanan.." Rose segera menatapnya dan tak bergeming ketika mendengar kata makanan. "Ada minuman juga di kulkas, kemarikan kunci unitmu aku akan membetulkan filter airnya." Wanita itu memberikan apa yang Rio minta dan kembali bermain bersama Leo.

Tidak ada hal aneh di antara mereka, ini adalah hari kencan pertama mereka dan semuanya berjalan normal, Rose senang bisa mengunjungi unit apartemen lelaki itu dan Rio juga senang karena setelah sekian lama ia tidak menjalin hubungan sebaik ini dengan wanita, kali ini ia bisa melakukannya lagi.

Rio mencium harum manis dan buah-buahan dari unit Rose, benar-benar tercium seperti kamar seorang perempuan. Ruangannya di dominasi oleh warna cokelat dan putih namun di sisi lain Rose menambahkan beberapa perlengkapan berwarna biru sebagai bentuk dari warna kesukaannya. Akurium milik wanita itu tidak jauh dari kamar mandi jadi Rio tidak perlu bekerja ekstra untuk menguras airnya.

Terdengar langkah kaki seseorang yang kemudian mengetuk pintu unit milik Rose, Rio membukakannya dan mendapati wanita itu sedang berdiri sambil membawa Leo. "Apa kau sudah selesai?"

"Belum, aku baru saja mau mulai, ikannya harus di pindahkan dulu." Rose menyimpan Leo ke lantai dan menaruh kunci unit Rio di atas meja. Leo berjalan mendekati akuarium yang berukuran lebih kecil tempat dimana ikan berwarna jingga itu di simpan. "Jangan macam-macam dengan ikannya Leo." ucap Rio memperingati, namun Leo tak peduli ia tetap mendekati ikan itu dan terus menatapnya seakan-akan ia ingin menerkamnya.

"Apakah Leo akan memakannya?" tubuh wanita itu sedikit gemetar, takut jika hal itu benar terjadi.

"Semoga saja tidak."

Plakk..

Pukulan keras mendarat di lengan Rio. "Kenapa kau memukulku?"

"Berarti kau tau kalau Leo akan memakan ikannya kan?"

"Kan belum tentu hal itu terjadi." Lelaki itu segera mengerjakan apa yang sejak awal harus ia kerjakan, Rose hanya melihatnya dari belakang, kenapa ia tidak bisa bersikap sedikit halus pada seseorang yang mau membantunya seperti ini?

90 menit berlalu, Rio baru saja selesai memindahkan ikan itu kembali ke tempatnya dan pekerjaannya selesai. Ia duduk di lantai kemudian berbaring disana, rasanya sangat sejuk untuk tubuhnya yang kelelahan. "Aku akan membuatkanmu sesuatu kalau kau mau."

"Tidak apa-apa, aku sedang tidak ingin apa-apa juga." Rio menatap ke arah langit-langit sejenak sebelum ia mendengar teriakan Rose.

"Aaaaaahhh..."

"Kenapa?!" Rose tersandung oleh kaki Rio dan tubuhnya ambruk seketika.

Deg.. Deg.. Deg..

Pipi kanan Rio terasa panas ketika tubuh Rose tidak sengaja menindihnya dan satu tangan Rose menamparnya dengan keras. Tidak.. Bukan masalah ini yang harus ia khawatirkan, tapi posisi tubuh Rose yang kini sudah terbangun dan duduk di atas sesuatu yang tidak seharusnya wanita itu duduki.

Rio menutup rapat kedua matanya karena selain rasa panas, rasa sakit juga masih ternyata berdenyut di pipinya. "Aku minta maaf, Rio." akhirnya lelaki itu mendengar Rose menyebut namanya. "Aku minta maaf, aku tidak sengaja."

Lelaki itu masih mengernyitkan dahinya dan membuka kedua matanya perlahan, Rose tertunduk sambil menunggu Rio menjawab permintaan maafnya. Ia menyisipkan satu sisi rambutnya ke telinga dan menatap Rio dengan wajah memelas.

"Tidak apa-apa, ada yang sakit?" Tanya Rio sambil mencoba untuk terduduk dan menahan rasa malu karena posisi Rose tetap disana. Rose menggeleng lemah dan Rio mengangguk mengerti. "Ya sudah, tadi kau mau apa?"

"Tidak jadi."

"Hmm?"

"Tidak jadi, Rio." Limario Manoban dengan jelas melihat bagaimana pipi Rose perlahan-lahan berubah memerah sesaat sebelum wanita itu berdiri dan meninggalkannya. Seringai tipis pun terukir di sudut bibir Rio.

***

Hubungan Rose dan Rio memang berjalan semakin dekat namun keduanya belum menunjukan rasa tertarik selain masih menjaga jarak saat mereka berkomunikasi atau pun bertemu.

Pernah teringat sekilas ketika Jisoo bercerita padanya, malam dimana Jennie dan Jisoo tidur di kamar yang sama saat mereka bertengkar dengan Taehyung. Jennie mengatakan jika Ayahnya selalu menanyakan perihal hubungan percintaan Rose, namun sang adik tidak ingin membahasnya. Sosok Rio mungkin bisa menjadi orang yang tepat untuk mengetuk pintu hati sang adik, Rio yang mendengarkan cerita itu hanya terdiam sambil menatap Jisoo dengan malas pada saat itu.

Sikap dingin dan acuh Rose padanya menjadi daya tarik tersendiri, tidak seperti masa lalunya yang sangat mudah di taklukan, Rio mulai tertantang untuk bisa mengejar si wanita es tersebut. Tapi manakah yang harus ia katakan pada Rose terlebih dahulu?

Mengungkapkan rasa atau berkomitmen untuk saling memiliki?

"Kenapa masalah percintaan itu begitu rumit, Leo?" kucing gemuk kesayangannya hanya menatap Rio dengan sendu. "Kenapa aku harus menyukai orang yang ternyata lebih menyukaimu?"

"Meonggg.." Leo mulai bersuara namun langkahnya menjauh dari Rio.

"Kau sudah lelah mendengarkan semua ceritaku hah?" Leo berjalan ke arah pintu dan terduduk disana. "Ada apa?" Tak ada suara, Leo hanya menatap sebuah pintu.

Ceklekk..

"Ada siap..? Eh..?" Rose yang baru saja mau mengetuk pintu unitnya seketika terdiam begitu pun Rio. "Aku kira siapa.."

"Hehe, hai.." senyum Rose.

***

Side to SideWhere stories live. Discover now