#7 Ice

323 51 2
                                    

Jisoo berusaha memperhatikan gerak gerik Rio dan Rose yang terlihat agak canggung, mereka berempat duduk bersama di meja makan dan memakan sarapan yang sudah di buat oleh Jennie dan dirinya.

"Kalian.." Rose mendongak ke arah Jisoo menunggu lelaki itu meneruskan ucapannya. "Tidak ada hal aneh yang terjadi di antara kalian kan?"

"Tidak, kami tidak mungkin melakukan hal seperti itu." Rose mengendikan bahunya acuh dan Rio segera bangkit berdiri untuk menyimpan piring kotornya di tempat cuci piring.

"Untuk apa kami berbuat yang aneh-aneh, dekat saja tidak, memangnya kau dan Jennie hah?" Jennie segera melancarkan tatapan tajamnya pada Rio dan berhasil membungkam mulutnya.

***

Pernah sekali waktu lelaki itu menyerah pada keadaan, ia sudah tidak ingin lagi mengenal seseorang yang terlihat baik namun busuk di dalamnya, ia sudah belajar dari pengalamannya semua itu hanya akan berujung pada bar dan minuman keras. Tidak ada yang bisa ia rubah sekeras apapun ia berusaha.

Sudah ada tanggung jawab besar yang sedang ia emban sekarang, tidak perlu lagi membebani dirinya sendiri dengan masalah yang ia buat-buat, masalah percintaan misalnya. Pertemuannya dengan Rose memang berakhir tidak jelas, mereka hampir melakukan sesuatu yang bahkan tidak etis di lakukan oleh orang asing yang baru saja bertemu, tidur satu kamar dan satu ranjang? Jika bukan karena sahabatnya ia tidak ingin melakukan hal sebodoh itu. Tapi karenanya juga hubungan Jennie dan Jisoo bisa semakin dekat, baru saja kemarin ia mendengar Jisoo kembali berceloteh ria tentang hubungan mereka.

"Kau tidak bertemu dengan Rose lagi?" Rio menggeleng, ia masih asyik berkutat dengan ponselnya. "Kalian tidak bertukar nomor telpon?" Ia memberikan jawaban yang sama. "Kenapa?" masih sama. "Bisa kah kau memberikan jawaban lain atau bunyikan lah suaramu sedikit."

"Karena kenyataannya memang tidak, lalu aku harus bagaimana?"

"Wanita itu masih membayang di benakmu?"

"Siapa?"

"Perlu aku sebut namanya?"

"Tidak perlu, kau bilang saja jadi mau mu apa datang kemari?" Jisoo pergi jauh-jauh ke kantor dimana Rio bekerja hanya untuk menceritakan curahan hatinya dan tetap berakhir dengan dirinya yang selalu meminta Rio untuk berubah, ia merasa kasihan, lelaki sesibuk Rio tidak ada yang mengurusnya tentu saja ia pasti membutuhkan perhatian lebih dari seseorang.

"Nanti aku hubungi kau lagi." Jisoo bergegas pergi dari sana dan berhenti membahas semua masa lalu Rio.

Tringg..

Unknown:
Kau mencariku?

"Siapa lagi yang sedang cari orang, ini siapa lagi?"

Unknown:
Jisoo bilang jika kau mencariku, ada apa?

"Jisoo? Si bodoh itu melakukan apa lagi? Astaga.."

Manoban's:
Ini siapa?

Unknown:
Roseanne Park

"Whutt?"

Rio menyimpan ponselnya di meja kemudian berjalan ke arah dispenser sambil mengambil segelas air. Jantung berdegup kencang, sudah lama ia merasakan hal ini dan baru kali ini ia merasakannya kembali.

"Tidak mungkin, yang benar saja, mana mungkin aku bisa menyukai wanita sepertinya, tidak tidak.." gelengnya cepat sambil mengacak-acak rambutnya.

Di tempat lain, tepatnya di apartemennya, Rose menatap ke arah ponselnya dengan aneh. Jisoo menghubunginya jika Rio ingin membicarakan sesuatu dan ia pun memberikan nomor Rio padanya. "Sudah aku hubungi tapi malah semakin menyebalkan saja sikapnya itu."

Side to SideKde žijí příběhy. Začni objevovat