#4 Would You?

271 50 2
                                    

Sorot matanya tertuju pada satu arah, ia bahkan menatap wanita itu dengan sangat tajam seakan ia memang mengenal wanita itu. "Aku tau kau pasti akan melamunkan seseorang saat banyak wanita yang sangat cantik dan kau bingung harus memilih wanita mana yang akan kau kencani sekarang kan?" lelaki yang menelponnya sebelum ia dagang ke pesta ini mendorong siku Rio pelan.

"Aku sudah benar-benar berubah Kim Jisoo, sungguh.."

"Ayolah, bahkan image lelaki polos padamu sangat tidak cocok, kau masih memikirkan tentang masa lalumu itu? Lupakan." tatapan Rio masih tertuju pada wanita yang sedang berbincang dengan teman-temannya sambil memegang gelas berisi minuman soju. Jisoo yang merasa tidak di anggap pun menatap Rio dengan aneh dan mengikuti arah tatapan temannya itu. "Astaga kau bahkan tidak mendengarkan aku sedari tadi? Aku sudah bicara panjang lebar dan kau..? Aisshhh.."

"Hah? Apa? Aku salah apa?"

"Kau tidak mendengarkanku kan sedari tadi? Kau sedang memperhatikan siapa? Kenapa jadi aku yang emosi? Astaga.. Jen!!" Panggil Jisoo tiba-tiba dan seketika wanita yang Rio perhatikan sedari tadi pun menoleh dan memberikan senyum manisnya. "Apa dia yang sedang kau perhatikan?"

"Lah?? Kau kenal dengannya?" wajah Rio memerah, takut jika apa yang dilakukannya tadi diberitahukan oleh Jisoo pada wanita itu.

Wanita itu sangat cantik, entah apa kata yang cocok untuk menggambarkan dirinya, cantik saja masih kurang. Jennie menyelipkan salah satu anak rambutnya ke belakang telinga dan menatap Jisoo dengan tatapan terbaiknya.

"Aku pikir kau tidak akan datang kemari." Jisoo mulai membuka topik pembicaraan.

"Haha, aku hanya ingin bersenang-senang aja.." senyum Jennie. "Dan bertemu denganmu tentunya.." bisiknya dalam hati.

"Ngomong-ngomong kenalkan ini adalah temanku, Rio." Rio menjabat tangan Jennie dengan mantap dan Jennie pun hanya memberikan senyum hambarnya seolah tidak tertarik dengan sapaannya.

"Jennifer Park." Rio mengangguk paham dan mundur kembali ke posisinya.

"Jen, kau datang kemari sendirian? Tidak ada yang mengantarmu atau kau datang dengan orang lain?" tanya Jisoo ingin tau dan memastikan jika kekasih dari wanita di depannya ini tidak ada.

"Oh ya, aku datang dengan adikku." Jennie mencari sosok sang adik dan melambaikan tangannya pertanda mengajak adiknya untuk mendekat.

Rose datang dengan menggunakan gaun putih sebatas lutut, rambutnya yang berwarna cokelat tergerai panjang sangat indah, ia tak kalah cantik seperti sang kakak. "Ini adikku."

Rose dan Rio saling berpandangan tapi tak ada satu kata pun yang mereka ucapkan. "Ini temanku Rio, Rio ini Roseanne adiknya Jennie." jelas Jisoo. Rio dan Rose bersikap seakan mereka belum pernah bertemu dan berkenalan dan tentu saja senyum canggung pun terpancar dari mereka berdua.

"Aku balik lagi kesana ya.." ucap Rose sambil memegang sebuah gelas berisi minuman.

"Ah iya, tunggu aku disana nanti aku kesana lagi." Rose mengangguk dan pergi dari mereka bertiga.

Ada jeda beberapa detik sampai akhirnya Rio memutuskan satu hal. "Aku akan menyapa tamu yang lain, kalian lanjut ngobrol lagi saja."

"Ya.. Beritahu aku jika kau mau pulang nanti."

"Oke."

Rio berlari kecil, pandangannya menyapu seluruh tempat ini dan mencari keberadaan wanita tadi, siapa lagi kalau bukan Roseanne. Tapi Rio ragu karena mereka baru bertemu beberapa kali, pet shop, apartemen wanita itu dan saat ini. Bahkan Rose saja terlihat seperti wanita yang tidak suka di dekati oleh lelaki mantan cap playboy seperti Rio.

Dari kejauhan lelaki itu melihat Rose sedang berdiri di dekat meja makan sambil mencicipi berbagai macam makanan ringan. "Datangi jangan ya.." Ia pun melangkahkan kakinya dan berdiri di samping Rose namun wanita itu hanya menatap Rio dengan tatapan datar dan mulut yang masih mengunyah.

"Sebentar.." Rio berbalik badan dan mengambil sebuah tisu, ia membersihkan sisa krim kue yang ada di sudut bibir Rose, sedikit sekali nodanya hanya saja Rio mendramatisirnya.

"Terima kasih, kau tidak perlu repot-repot." Rose mengambil tisu tadi dari tangan Rio dan membuang sampahnya ke tempat sampah.

"Akhirnya kita bertemu lagi, aku tidak tau kalau kau adalah adiknya Jennie." jawab Rio sok kenal.

"Akhirnya kau tau juga."

Keduanya kembali terdiam, Rose mulai sibuk dengan ponselnya dan Rio hanya berdiri di sampingnya tak ada yang ia lakukan. "Kau sedang sibuk?"

"Yang kau lihat aku sedang apa?"

"Oh iya sudah." Lelaki itu kembali terdiam ia melihat ke arah sekeliling mereka, suasana sangat ramai sampai-sampai ia bingung harus berbuat apa di tengah keramaian seperti ini.

"Aku mau pulang, aku bosan." Rose berbalik mencari sang kakak dan meninggalkan Rio.

"Hey hey tunggu.. Tunggu dulu.." ia berhenti dan berbalik. "Aku akan antar kau pulang, bagaimana?"

"Tidak, aku bisa pulang sendiri."

"Aku juga bosan disini, jadi mungkin kita bisa pergi ke tempat lain?" Rio berusaha sedikit memaksa.

"Ini sudah malam, aku harus pulang." elak Rose, Rio pun terdiam dan membiarkan Rose pergi.

***

Jennie berkali-kali mematikan ponselnya dari telpon seseorang, saking kesalnya ia pun benar-benar mematikannya dan menyimpannya ke dalam tas tangan. "Telpon dari Taehyung?" tebak Jisoo.

"Hmm."

"Kenapa tidak di angkat?"

"Hmm."

"Dia mau kemari?"

"Hmm."

Jisoo mencubit pipi Jennie dengan gemas sampai wanita itu memasang wajah kesalnya yang lucu pada Jisoo. "Diam!! Aku sedang kesal." gerutunya.

"Ya kau kesal saja lucu begitu, aku tanya baik-baik jawabnya cuma hamm heemm hamm hemm, gimana sih?"

"Aku sudah muak dengan sikapnya, dia egois, dia selalu bilang jika dirinya sibuk, sibuk, sibuk tapi aku tidak di biarkannya pergi kemana pun dan dengan siapapun, aku heran bisa-bisanya aku punya kekasih seperti dia." Jennie mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Hey hey sudahlah.. Nanti kalau kau tidak mau dia yang jemput, biar aku saja yang mengantarmu pulang ya?" tawar Jisoo sambil memegang tangan Jennie dan melunakkan kepalan tangannya.

"Kekekeke.. Ternyata alasan itu berhasil juga." Jennie tersenyum diam-diam sambil mengangguk setuju.

Rose menunggu bus yang mengarah ke arah rumahnya tapi tidak ada satu pun yang lewat begitu juga dengan taksi. Ia melihat jam tangannya, sudah cukup malam untuk bepergian menggunakan kendaraan umum.

"Seharusnya aku terima saja tawaran laki-laki tadi.." pikir Rose lagi. "Tapi aku kan tidak kenal dia siapa, dia baik bukan berarti aku harus percaya padanya begitu saja kan?"

"Sudah ku bilang, biar aku saja yang mengantarkanmu pulang." celoteh suara seseorang dari arah belakang. "Tidak baik wanita cantik pulang sendirian malam-malam.." Rio memasukan kedua tangannya ke dalam saku dan berjalan mendekati Rose.

"Jadi maumu apa hah? Diam disini menemaniku sampai busnya datang?"

"Mau ya aku antar pulang?" tanya Rio belum menyerah.

Tak ada pilihan lain, jangan sia-siakan kesempatan yang ada lagi pula wanita itu sudah kedinginan karena udara malam.

"Ya sudah." Rio segera berlari ke arah mobilnya seperti anak kecil yang kegirangan.

***

Side to SideWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu