#10 Pretend

179 26 3
                                    

Semerbak aroma tubuh Rio terbawa angin dan tercium sangat harum mengisi ruang tamu ketika lelaki itu baru saja duduk. "Akan aku panggilkan Ayah." Rose masuk ke dalam dan terdengar suaranya yang memanggil-manggil Ayahnya. Tatapan Rio menyapu ke seisi ruangan, dilihatnya beberapa foto yang terpajang di dinding dan yang berada di sebuah meja hias. Figur Roseanne kecil yang berfoto bersama kakak dan adiknya pun ada disana, senyuman manis terukir di sudut bibir Rio.

"Dia memang sudah cantik dari kecil." begitulah pikirnya.

"Eh ada tamu, mau minum apa?" Yena yang baru saja turun dari kamarnya di lantai atas melihat Rio yang hanya pelanga pelongo tanpa di suguhi apapun.

"Hmm? Oh tidak perlu repot-repot." senyum Rio sambil menganggukan kepala.

"Tidak apa-apa, minuman dingin atau panas? Susu, teh, kopi? Soda?" tawar Yena sambil berjalan ke arah dapur yang masih bisa di lihat oleh Rio.

"Susu cokelat hangat saja." Yena menjawabnya dengan anggukan dan mulai membuatkan Rio segelas susu cokelat hangat sesuai dengan permintaannya.

Dua orang lelaki masuk ke dalam rumah bersamaan, mereka menggunakan pakaian rapi dengan setelan jas sedangkan satunya lagi menggunakan pakaian klasik, hoodie dan celana jeans. Tatapan Rio saling bertemu dengan June dan Chanyeol sampai akhirnya teralihkan oleh Yena yang baru saja meletakan segelas susu di depan Rio. "Silahkan.." ucap Yena.

"Terima kasih." Rio balas tersenyum.

Tunggu punya tunggu, akhirnya Tuan Park datang menghampiri Rio diikuti oleh Rose dari belakang. "Maaf lama menunggu, ada beberapa hal yang harus aku selesaikan tadi." Rio berdiri menjabat tangan Tuan Park dan memakluminya. "Bagaimana kabarmu?"

"Baik Om, Om sendiri?"

"Oh baik, tentu saja baik." mereka berdua duduk berhadapan di ruang tamu, Rio cukup khawatir dengan apa yang akan di bicarakan oleh Tuan Park.

Yena, June dan Chanyeol berdiri di dekat tangga, memperhatikan sang Ayah yang terlihat mengintrogasi Rio.

"Aku bertaruh jika itu adalah kekasih Roseanne." ucap June sambil mengeluarkan uang pecahan 50.

"Tidak mungkin, tipe lelaki idamannya bukan yang seperti berandalan begitu." Chanyeol membantah namun masih ikut mengeluarkan uang dengan pecahan yang sama.

"Kau tidak tau apa kalau lelaki itu adalah seorang CEO perusahaan yang bekerja sama dengan Ayah." Yena mencari selembar uang dari selipan boxernya.

"CEO?" tanya June dan Chanyeol tidak percaya.

"Ayolah Chan, kau bekerja di perusahaan Ayah dan kau tidak mengenalnya?" June mendorong bahu sang kakak.

Mereka bertiga masih beragumen bahkan tanpa mereka sadari jika Jennie baru saja naik ke lantai atas dan memperhatikan tingkah mereka. "Apa yang kalian bicarakan?" hardiknya kasar.

"Apa yang kau tau tentang lelaki itu?" tunjuk June pada Rio.

"Dia CEO, katanya." kembali terdengar debat argumen di antara mereka. "Kalau kalian bertaruh tentang dia kekasih Roseanne atau bukan, jawabannya bukan." sinis Jennie yang segera masuk ke dalam kamar.

"Yaahhh.." mereka bertiga kembali mengambil uang mereka masing-masing.

"Bukan ternyata.."

"Gagal aku punya kakak ipar tampan.." sesal Yena.

***

Sepertinya ungkapan tentang, jangan mencampurkan satu urusan dengan urusan lain itu benar adanya. Karena Rio sudah merasa tidak nyaman ketika dirinya harus berada dalam dua situasi yang berbeda sekaligus. Rio berusaha sekuat tenaga untuk tidak gugup dan tetap profesional di hadapan Tuan Park yang terlingat sangat sumringah mengetahui kalau Rose sudah memiliki seorang kekasih. Tidak akan ada lagi perdebatan di meja makan mengenai hal itu, Rose hanya berharap kalau Rio bisa bertahan setidaknya satu jam dari sekarang di hadapan sang Ayah.

"Jadi sejak kapan kalian memiliki hubungan sampai sejauh ini?" sudut mata Rose menangkap raut wajah Rio yang terlihat cukup tenang saat ia menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar hubungan mereka berdua. 

"Belum lama Om, karena kebetulan aku memiliki unit yang bersebelahan dengannya di apartemen yang sama dan ini terjadi seperti sebuah kebetulan." senyumya ringan, "Dan aku sangat beruntung karena yang aku temui adalah Roseanne." tangannya segera menggenggam tangan kanan Rose, mengelusnya dengan lembut dan memberikan kesan kalau hubungan mereka sangatlah romantis.

Jamuan makan malam seperti yang sudah Rose ceritakan memang terjadi, semua anggota keluarga Park berkumpul di satu meja makan yang sama, Rio di apit oleh dua orang gadis, yaitu Yena dan Rose. Sang adik tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan bisa duduk dengan calon kakak ipar yang gagal ia miliki itu. Di depannya ada Chanyeol, Jennie dan June yang duduk di samping Nyonya Park. Masakan Nyonya Park mengingatkan Rio akan masakan sang Ibu di Thailand. Ada memori yang terkenang di setiap suapan makanannya. "Masakan Tante sangat enak, aku jadi teringat akan Ibuku." senyum Rio senang, akhirnya ia bisa sedikit melepas rindu tentang Ibunya.

"Oh ya? Tante senang kalau memang kamu suka dengan masakannya." 

"Ini Chanyeol, anak pertama Om, dia yang sekarang memegang posisi sebagai direktur di perusahaan kami. Karena kerja sama kita yang baru saja terjalin beberapa hari lalu, Om harap Rio nanti bisa lebih dekat mengenal Chanyeol nanti untuk urusan bisnis kita." tidak ada yang bisa Rio lakukan selain saling melempar senyum, keringat dingin sudah membasahi punggungnya, ia kehabisan topik untuk di bahas bersama Tuan Park.

Makan malam yang bisa di bilang sangat menyenangkan dan juga mendebarkan, Rio tidak bisa berbohong kalau ia sangat-sangat gugup, sudah lama semenjak terakhir kali ia melakukan jamuan makan malam bersama sebuah keluarga besar, Rio sedang berusaha untuk bisa kembali beradaptasi dengan kehidupan percintaan yang melibatkan keluarga besar.

"Ya sudah Yah, kita mau pulang dulu, besok aku harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada rapat penting." Rose bergegas berpamitan dengan Ayah dan Ibunya kemudian menggandeng tangan Rio dengan mesra sambil sesekali tersenyum agar kedua orang tuanya cukup percaya bahwa mereka berdua memang memiliki hubungan yang lebih dari sekedar teman.

Hanya suara deru mesin dan klakson beberapa mobil saja yang terdengar di antara mereka, sesudah meninggalkan rumah Roseanne mereka berdua tidak saling berbicara atau bertatap-tatapan, Rio fokus menyetir dan Roseanne hanya duduk mematung dengan tubuh tegap, enggan untuk menempelkan sesenti kulitnya pada tubuh Rio.

"Ini terlihat sangat konyol bukan.." suara lembut Rose akhirnya memecah keheningan di antara mereka. Rio masih fokus untuk menyetir dan tidak merespon ucapan Rio. "Aku tau kau sangat tidak nyaman dengan situasi ini, aku minta maaf." Masih sama tidak ada respon, Rose hanya bisa terdiam sampai Rio memarkirkan motornya di basement apartemen. Kemudian lelaki itu mengantarkan Rose ke depan unitnya dan tersenyum singkat tanpa mengucapkan sepatah kata pun sebelum ia melangkah pergi ke unitnya sendiri.

Tidak ada yang bisa Rio ucapkan selain bingung, gelisah, takut, ini adalah situasi yang asing baginya. Berpura-pura menjadi kekasih seseorang dan bertemu dengan keluarga besar kekasih pura-puranya, ada rasa sakit yang membuat dada Rio menjadi sesak. Rio berusaha menenangkan dirinya dan menjauhkan perasaan-perasaan masa lalu yang perlahan-lahan teringat kembali.

***

Side to SideWhere stories live. Discover now