Malaikat Maut Pt.1

Start from the beginning
                                    

"Oh iya? Respondennya siapa, mayat hidup?" balas Reka.

"Halah komentar mulu setan. Lagian, gue kan sarajananya jurusan–" Omongan Baron terhenti, begitupula dengan dirinya yang berhenti menuruni tangga di tengah jalan.
"Apa-apaan ini...." Ujarnya, sembari memandangi pintu kaca yang menghalangi balkon.

"Eh? Ada apaan?" Tanya Reka setelah menoleh ke Baron.
Baron berjalan menuju balkon, kami pun mengikutinya.

(Suara mesin mobil dan motor)
Otakku berusaha menebak apa yang sedang terjadi, sementara kaki melangkah mendekati kemungkinan bahaya.

Baron membuka pintu Balkon, lalu berdiri di Balkon dan memandangi jalan di depan rumah. Saat aku menyusul di sebelahnya, aku pun terkejut dengan apa yang kusaksikan. Empat mobil serta beberapa motor gede berbagai jenis, berhenti dan berkumpul tepat di hadapan kami. Salah satu mobil merupakan mobil off-road dengan bak terbuka di belakangnya, yang memanggul beberapa orang bersenjata api.

"Who the hell are they..." (Siapa mereka...) ucap Reka.

Aku dan Baron saling menatap, sepertinya kami tahu siapa mereka. Kami pun melihat ke bawah, semua orang kecuali Fitri dan Sely tampak sedang menyaksikan kelompok itu dari balik pagar.

"Ngapain sih mereka... Nontonin doang lagi," ujar Baron.

"Ayo turun lah kita, bawain senjata buat mereka juga. Badai bener-bener bakal dateng," balasku.

"Eh, ada apa?" Tanya Sely saat kami melewati kamar tidurnya. Fitri pun tampak di belakangnya, mereka sepertinya baru saja bangun tidur.

"Masalah." Balasku dengan singkat, sementara Baron dan Reka lebih dulu turun.
"Kalian cepet cuci muka! Atau apapun deh yang bisa bikin mata melek, karena kalian bakal butuh itu. Kalau udah, turun dan bawa senjata ke depan. Go!" Perintahku pada Sely dan Fitri.
Aku lalu menyusul Baron dan Reka ke bawah.

"Are these even enough to vend them off?" (Apa ini cukup buat usir mereka?) kata Reka.

"Usir? Mungkin... Tapi palingan mereka dateng lagi bawa bala bantuan, dan di serangan kedua kita gak bakal punya amunisi lagi buat usir mereka." Ujar Baron, sembari memasangi magasin ke senjata-senjata yang kami miliki.

"Emang mereka siapa?" tanya Reka.

"Best guess, mereka kelompok yang sama dengan kelompok yang kemarin bokap gue colong motor dan birnya," (Tebakan terbaik,) balasku.

"Dan kita bikin dua orang jatoh dari motor, plus tembakin satu mobil mereka," imbuh Baron.

"Yeah, that...." (Iya, itu....) Ucapku, sembari membantu mengisi dan mengokang senjata.

"Ugh for god sake, and now they're coming for us," (Demi tuhan, dan sekarang mereka jadi ngejar kita,) keluh Reka.

"Tunggu, kita gak bunuh satupun dari mereka... Bukan?" Tanya Baron padaku.

"Gak tau... Semoga aja gak ada yang mati, atau ini bakalan jadi rumit," jawabku.

"Morning sunshine!" (Selamat pagi!) Ujar Reka, melihat Sely dan Fitri menuruni tangga.

"Ambil senjata kalian nih, udah kita siapin. Terus bantuin bawa senjata buat yang lain ke depan." Perintahku pada Sely dan Fitri. "Ayo, langsung!"
Kami bersama-sama melangkah ke luar rumah, menggendong masing-masing dua senjata.

"Hey!" Seru Baron, sesaat kami memijakkan kaki di halaman depan rumah.
"Siap-siap ini, ambil senjatanya! Jangan liatin mereka doang," ujar Baron.
Wisnu dan Ayah paling dulu mengambil senapan mereka dari aku dan Baron, sementara yang lain tampak ragu-ragu.

Era Yang MatiWhere stories live. Discover now