2. Fakta Mengejutkan

5.6K 530 23
                                    

'Sebab apa pun yang membuatmu tak nyaman akan ku singkirkan karena aku sahabatmu."

9 Bulan Untuk Naura

~Thierigiara

***

"Lo cari pacar ngapa Ga," suruh Misha.

"Udah dibilang ribet, males banget gue," ujar Arga masih setia memencet-mencet tombol yang ada di stik PS.

Padahal Martin dan Mario tak kunjung pulang, namun tetap saja Arga betah berada di sana, di rumah Misha, padahal di rumahnya sendiripun ada PS. Katanya tidak seru main sendirian.

"Nggak ribet, cewek tuh Cuma mau dingertiin aja sih, kalau lo emang lagi main game ya bilang main game, nggak usah bohong," terang Misha, selama ini dia juga begitu dengan Evan makanya hubungannya masih sehat.

"Mau dingertiin tapi nggak pernah mau ngejelasin sebenarnya apa yang dimau, lah dipikir cowok dukun?" tanya Arga masih setia fokus dengan permainannya.

"Ya nggak gitu, cowok mah semua sama aja!"

"Dih ngapa lo? Gue nggak buaya kayak Evan," kata Arga tak terima, tentu saja dia berbeda dengan laki-laki lain, sekarang Arga masih merasa belum pantas untuk memulai hubungan apa pun karena dia masih suka nongkrong, dia masih egois, dia sangat jarang berpenampilan rapi, dia juga terlalu malas keluar di malam minggu.

"Dih lah lo ngapa? Nyalah-nyalahin pacar gue lo," kata Misha tak terima.

"Gue kasih tau sama lo, Evan itu nggak baik, di tongkrongan dia sering jadi omongan Mis, gue Cuma nggak mau lo kenapa-napa!" peringatkan Arga, ini bukan yang pertama kalinya, namun untuk yang kesekian kalinya Misha juga tak mau mendengarkan.

"Lah emangnya gue kanapa? Gue baik-baik aja! Kita udah mau satu tahun Ga, ngapa lo masih nggak mau percaya sih?" tanya Misha.

"Bukan nggak mau percaya, tapi takut kalau semuanya terlambat," kata Arga mengedikkan bahu, tentu saja dia menyayangi sahabatnya itu namun Arga bukan Tuhan, dia juga bukan orang tua Misha, tugasnya hanya memberitahu sisanya Misha-lah yang menentukan yang terbaik untuknya.

Arga menoleh dan tepat di kanannya ada kaca, dia menatap tubuh Misha dari kaca.

"Lo marah nggak?" tanya Arga.

"Marah kenapa?" tanya Misha heran, kenapa dia harus marah?

"Gue mau bilang sesuatu."

"Apaan?" tanya Misha penasaran.

"Lo gendutan," ujar Arga.

Misha langsung ikut menatap ke kaca, dari samping dia memang tampak sangat besar.

"Ish nyebelin banget sih lo!" Misha melempar bantal ke wajah Arga.

"Serius tau!" Arga sampai menoleh ke Misha.

"Makan apa lo?" tanya Arga.

"Makan manusia! Bentar lagi lo yang gue makan!" Marah Misha.

Gadis itu lantas bangkit dari posisi tidurnya berjalan berdiri di depan kaca, meski Arga meewngatainya tapi Misha masih yakin kalau dia kurus.

"Nggak gendut banget ya," kata Misha.

"Gendut, gajah!"

"Pantesan lo jomblo! Lo jaga ya omongan lo kalau nggak mau jomblo seumur hidup!" tegas Misha, dia lantas keluar dari kamar Martin pergi ke kamarnya sendiri, Arga hanya mengedikkan bahu. Rumah itu sudah seperti rumahnya sendiri jadi tak masalah meski dia hanya sendirian di kamar.

***

Arga yang menjemput Misha ke rumahnya, meski mereka bertetangga tetap saja Misha maunya dijemput, padahal Arga juga menjemputnya dengan berjalan kaki, mereka berdua lantas kembali ke rumah Arga dan pergi ke sekolah naik motor.

"Baju lo masukin napas." Arga menyuruh Misha.

"Enggak ah, gini aja biar longgar," kata Misha.

Arga sedikit mengerutkan alisnya namun dia kembali membuat ekspresi yang biasa saja, Arga menyerahkan helm kemudian melaju meninggalkan rumahnya.

Sampai di sekolah, Misha malah meminta Arga mengantarnya ke kelas.

"Cowok lo mana?" tanya Arga.

"Nggak tau, aku chat nggak dibales," jawab Misha.

"Kalian ada masalah?" tanya Arga memastikan.

Misha menggeleng lemah.

"Bohong banget," kata Arga, setiap Misha ada masalah dengan pacarnya maka Arga yang menjadi pelariannya, kalau dia sudah menempel-nempel seperti ini dengan Arga artinya memang ada masalah dalam hubungannya dan Evan.

"Ya udah sih anterin aja gue." Misha menggandeng tangan Arga membawanya ke kelasnya.

Arga hanya pasrah, dia mengantar Misha sampai di kelas gadis itu, selanjutnya dia melanjutkan langkah menuju ke kelasnya sendiri, sekitar 5 meter sampai ke kelasnya Arga berpapasan dengan Evan.

Arga langsung mencekal lengan Evan. "Lo ada masalah apa sama Misha?" tanya Arga.

"Bukan urusan lo lah," kata Evan, sekarang baru bilang bukan urusan, padahal selama ini selalu melibatkan Arga untuk menjaga Misha.

Arga tertawa mencemooh. "Gila lo, gue sahabat cewek lo!" ingatkan Arga. "Gue udah bilang sama lo dari awal kalau nggak sanggup ngejaga nggak usah dipacari!!"

Evan menghempas tangan Arga kemudian pergi begitu saja meninggalkan Arga. Arga menarik sudut bibirnya, sekarang terbukti, ketidaksukaannya sejak awal dengan manusia arogan itu akhirnya terbukti, terbukti bahwa memang Evan tidak baik untuk Misha.

Arga kemdian membersihkan tangannya lalu berjalan dengan tangan kiri masuk ke saku, entahlah ada masalah apa dengan dua orang itu, yang pasti Arga selalu mendeklarasikan bahwa masalah Misha adalah masalahnya juga.

***

Misha mengirimi Arga pesan meminta Arga untuk menunggunya di taman belakang, Arga menyulut rokoknya kemudian merokok di sana. Dia bukan anak nakal, tapi dibilang anak baik juga tidak. Intinya Arga diajak ke club masuk, di ajak ke kajian juga hayuk.

Arga menggoyangkan kakinya sembari bermain ponsel, dia sendiri tak tahu kenapa Misha malah memintanya untuk menunggu. Bukannya tak suka pulang bersama, namun kelakuan Misha kadang sulit ditebak, tahu-tahu nanti dia malah pulang bersama Evan dan meninggalkannya begitu saja.

Arga mengangkat kepalanya saat menyadari seseorang berjalan mendekatinya. Di depannya Misha berdiri menundukkan kepala.

"Diapain lo sama Evan?" tanya Arga langsung suudzan.

Misha masih diam, Misha tampak meremas-remas tali tas yang ada di dua sisi tubuhnya.

"Ga gue hamil."

Bagaimana perasaanmu ketika sahabat yang selama ini kamu jaga mengungkapkan sebuah fakta seperti ini? Arga rasanya ingin marah, bahkan mengamuk sekarang juga. Namun di satu sisi di saat seperti ini dia harus tetap waras.

"Anaknya Evan?" tanya Arga setelah dengan susah payah mendinginkan kepalanya. Arga memegang kedua bahu Misha. Gadis itu mengangguk dengan mata yang sudah berkaca-kaca siap untuk menangis.

Arga memejamkan matanya. "Gue bakal bantu lo minta tanggung jawab sama dia!!!"

"Dia nggak mau Ga," adu Misha.

Arga mencengkram bahu Misha. "Kita coba!"

***

Wah yang hamilin siapa yang pusing siapa wkwkwk


9 Bulan Untuk NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang