• 24∆ : Affection •

396 103 118
                                    

WARNING! 16+

It contains a lot of harsh words and will be so sad.

•°•°•

Aku tersentak kala merasakan sesuatu menghantam punggung ku. Mata ku mengerjap perlahan lalu mendongak, terheran melihat beberapa siswa berkerumun di depan pintu serta beberapa melongok ke dalam melalui jendela yang terbuka.

"Apaan sih?" aku bergumam pelan, benar-benar tidak tahu-menahu mengapa mereka tetap berbisik-bisik sambil menatap ke arah ku.

"Kalian semua kenapa?"

"Lo tuh yang kenapa!" sorak salah seorang siswi, yang ada di pojok kelas, "dasar jable!"

"Hah?"

Seorang lelaki dengan gaya hair up serta seragam yang dikeluarkan menghampiri diriku, aku tidak kenal siapa. Tapi dari bedge yang dikenakannya aku bisa tahu kalau dia adalah salah seorang siswa yang sering keluar-masuk BK.

"Han, biaya sewa berapa?" tanyanya sambil mencolek dagu ku sembarangan. Alisku menukik tajam, balik menatapnya tidak suka.

"Apaan sih! Songong banget lo nyolek-nyolek!"

"Dih?" lelaki itu membulatkan matanya lalu melirik ke kumpulan siswa yang terlihat di jendela, "apa katanya? Mau bercanda kali ya dia? Padahal dicolek segitu doang bukan apa-apa lagi harusnya."

Suara tawa tiba-tiba saling sahut menyahut, gumpalan kertas kembali terlempar ke arah ku, "Maksud lo semua apa sih?!" pekik ku merasa kesal.

"Maunya elo lah, cantik," tubuhku tersentak saat sebuah tangan tiba-tiba mengalung di pundak ku sambil memilin rambut yang sengaja aku gerai, "nanti malem yuk, ke kos gue."

"Apaan sih?!" aku berusaha melepaskan diri, "lo kenapa sih Le?"

Bule, sebutan untuk teman ku yang berwajah khas campuran orang luar itu, dia memberikan seringainya. Bule menarik paksa tubuhku untuk mendekat lalu berbisik, "Sama gue dijamin puas deh, tapi kalo hamil gue ga mau tanggung jawab. Kita have fun aja, gimana?"

Mata ku melotot terkejut dan refleks untuk menampar wajahnya. Bule meringis perih lalu tertawa remeh, "Lo udah kotor gitu gak usah sok suci lah!" remehnya.

Aku berdiri, menjauh dari lelaki itu, "Kalian semua pada ngapain? Gue salah apa sama lo semua?!"

"Masih gak nyadar juga si lonte?" bentak seorang siswi yang mengintip dari jendela.

"Mulut lo jaga ya!" aku menunjuk wajah perempuan itu sambil mendekat ke arah jendela. Dia hanya tertawa lalu meludah ke sembarang arah.

"Lah? Ngelucu banget nih orang?" siswi itu kembali berkata yang di ikuti sorakan seluruh siswa yang sepertinya memang benar-benar tertuju ke arah ku.

"Itu bokapnya ketauan gak yang mana?"

"Lah emang bapaknya ada berapa?"

"Ya mana gue tau, kali aja dia gonta-ganti mulu, 'kan tiap malem."

Suara tawa menyusul setelahnya, kuping ku terasa panas dan tubuhku tiba-tiba saja gemetar takut. Tatapan mereka semua meremehkan ku, ucapan-ucapan yang tidak ku mengerti apa maksudnya itu terus terujar tanpa henti. Aku memundurkan langkah sambil mengusap perut ku yang mulai terasa membuncit.

Aku berteriak perih saat merasakan rambut ku yang ditarik kasar dari belakang. Kepalaku mendongak melihat langit-langit kelas sambil meringis.

"Lo gak pantes sekolah di sini lagi, harusnya ibu hamil tuh di rumah aja," kata siswi yang tadi pada awalnya duduk di pojok kelas, Indi namanya.

TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang