[Meet him at the festival]
•°•°•°•
Memang tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi keesokan hari. Bahkan kita tidak mengetahui apa yang terjadi pada diri kita, saudara, atau teman-teman dalam satu menit ke depan.
Semuanya sudah di rencanakan.
Oleh siapa?
Tentunya oleh sang pencipta.
"Hana, kenapa diem aja sih?"
Hana mengerjap, "Emang tadi kamu ngomong apa?"
Jaehyun berdecak sebal lalu kembali tersenyum berusaha memaklumi. "Tinggal hitungan minggu aku bakalan sidang, Han!" Serunya senang.
Hana tersentak menegakkan tubuhnya, "Oh iya. Ya ampun, aku lupa!" Perempuan itu menepuk jidatnya dan memasang wajah bersalah.
"Ya gak papa lah, tapi kamu bisa kan hadir di sidang aku?" Jaehyun meraih kedua tangan Hana lalu menggenggamnya. "Aku pengen keberhasilan aku di sidang nanti diketahui sama kamu duluan."
"I...iya.... Bisa kok, Jae." Kedua tangan Hana berusaha ia lepaskan dari genggaman Jaehyun. Dia tidak ingin Jaehyun menggenggamnya.
Jaehyun mengernyitkan dahinya saat kedua tangan Hana sudah terbebas dari genggamannya. Kepalanya dimiringkan sambil menatap Hana yang menolehkan wajah ke arah lain.
"Kamu kenapa sih?"
"Gak apa-apa."
"Tapi kamu beda belakangan ini, Han." Wajah Jaehyun mendekat dan melakukan penekanan pada kalimatnya.
Hana beralih menatap Jaehyun, "Aku biasa aja, Jaehyun. Gak ada yang berubah dari aku."
Lelaki itu menggeleng lalu menjauhkan wajahnya, "Enggak, Hana."
"Kamu pasti udah berpaling dari aku."
Yang di ajak bicara hanya mengerjap bingung. Kosa kata di dalam otaknya terasa buyar, suaranya yang ingin ia keluarkan untuk membantah terasa kelu.
"Kamu gak bisa seenaknya ninggalin aku, Hana." Tatapannya menajam.
Dalam kantin di dekat meja yang sering mereka gunakan. Suasana yang tidak terlu ramai dan damai. Jantung Hana berdegung kencang. Tubuhnya tiba-tiba saja merasa panas dan membuat produksi keringatnya berlebihan. Ini bukan hal yang baik. Ini bukan degupan bahagia karena jatuh cinta.
Ini karena, Hana takut kepada Jaehyun yang ada di hadapannya.
"Engga, Jae. Engga." Hana menggeleng. "Kamu gak bisa kayak gini."
"Apa?!" Suaranya mulai meninggi.
"Jaehyun, gak semua yang kamu inginkan bisa terus menerus ada untuk kamu." Perlahan perempuan itu mengusap punggung tangan Jaehyun yang sudah mengepal di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIANGLE
General FictionJika menyayangi seseorang, kita tidak harus memilikinya. Jika mencintai seseorang, maka biarkan dia jika ingin bahagia dengan yang lain. Dan jika memang takdir sudah berkata lain, yang perlu dilakukan oleh semua orang hanyalah sabar dan mengikhlaska...