• 12∆ : Married Life •

560 223 294
                                    

Hana kira dia hanya pilek biasa. Tetapi dua hari kemudian setelah malam acara festifal jazz, dia benar-benar drop. Mungkin karena merasa kaget dengan semua kegiatan barunya selama sebulan lebih ini.

Mengerjakan tugas kuliah, memasak makan pagi dan malam, membereskan rumah, semua di lakukannya sendiri. Apalagi rumah Doyoung yang... Bisa dibayangkan sendiri, membuat dia kewalahan sebenarnya.

"Hana, kemeja aku pada kemana?"

Hana menoleh dengan mata lelah dan hidung merahnya, "Kemeja kamu udah abis, ya?" Tanya Hana balik.

Doyoung melirik pada wajan di atas kompor, "Iya. Kamu gak nyuci semuanya?"

Hana mengernyit, "Nyuci kok." Tangannya lanjut mengaduk bumbu halus di atas wajan. "Cuma kayaknya aku lupa nyetrika."

"Kok kayaknya?" Nada suara Doyoung tampak tidak suka. "Kamu yang bener dong, Na. Aku kan juga perlu kemeja buat kerja."

"Ya udah sih, kamu juga biasanya pake baju biasa." Jawab Hana santai dengan suara seraknya.

"Gak bisa. Aku belakangan ini harus banyak ketemu orang penting. Mana mungkin pake baju biasa?!"

Hana langsung mematikan kompornya lalu memijat kepala, berbalik menghadap Doyoung. "Ya udah, ya udah... Nanti aku setrika." Jawabnya pelan.

"Aku butuhnya sekarang."

"Doy?" Hana bersandar pada pintu kulkas, "Aku lagi masak buat sarapan, kamu gak mau sabar sebentar?"

Doyoung menggeleng, "Gak bisa, Hana."

"Lagian kamu masak apa sih? Paling juga nasi goreng atau lauk instan kan?"

Hana berdiri tegak sambil mengepalkan tangannya, "Ya terus kamu maunya apa!? Kamu mau di masakin apa?!"

"Waktu itu aja kamu bilang bakal makan apapun yang aku masak. Terus kenapa sekarang protes?!"

Doyoung menghela nafasnya, "Bosen, Na. Kamu gak bisa belajar menu lain selain beberapa masakan yang biasa kamu masak?"

"Doyoung, kamu pikir aku sesenggang apa?" Matanya mengerjap merasakan pusing yang semakin menyiksa kepalanya.

"Kamu bisa belajar sepulang kuliah atau pas libur tuh."

"Aku pulang kuliah itu nugas, Doy. Dan hari libur sibuk beberes rumah."

Doyoung mendengus, "Beberes apanya? Setiap hari aja kamu gak pernah siapin pakaian untuk aku?"

"Aku harus banget lakuin itu?" Tanyanya pelan, "Kamu mau aku lakuin itu?" Hana kemudian mengangguk lemah saat Doyoung hanya diam sambil menatapnya datar.

Perempuan itu bertopang pada kulkas di sebelahnya lalu menunduk memijat kepala, air matanya tiba-tiba sangat ingin keluar dari asalnya. Sedikit sesak mendengar ucapan Doyoung.

"Aku mau nyetrika baju kamu dulu." Tangannya dengan segera mengusap kedua matanya lalu berdiri tegak, berjalan melewati Doyoung.

Berusaha sebaik mungkin agar Doyoung tidak melihat ekspresinya saat ini. Begitu juga dengan Doyoung yang memilih mengalihkan pandangannya ke arah lain saat Hana berjaan melewatinya.

Sebenarnya masalah pakaian adalah unek-unek Doyoung sejak tinggal bersama Hana. Doyoung pikir, Hana sebarusnya menyiapkan pakaian untuk dia berangkat kerja setiap pagi. Tapi, beberapa kali Doyoung memergoki kalau pakaiannya masih lecek atau bahkan masih ada yang menumpuk di mesin cuci.

Entah apa yang mendorongnya hingga berani mengeluarkan semua keluh kesahnya di hadapan Hana pagi ini. Bahkan dengan mengeluarkan suara keras yang lebih mirip bentakan.

TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang