BAB LVI: Demon Blood 4

Mulai dari awal
                                    

"Luna?" Erza seketika mendongak lalu tersenyum kikuk.

"Apa yang anda lakukan dibelakang sana? Tempat itu kotor" gadis itu bangkit dari jongkoknya dan keluar dari selipan guci tadi, menatap dua orang pria dihadapannya sambil memikirkan apa alasannya dapat mengelabuhi mereka.

"Aku tidak bisa tidur, jadi aku berjalan jalan sebentar. Tadi lorong ini sepi dan suara langkah kaki kalian membuatku panik" ucap Erza mengatakan alasannya.

Kedua warrior itu terlihat mengangguk angguk mendengarnya, memaklumi Erza yang memang masih belum lekat dengan tempat ini juga dunia mereka. "Luna, setiap hari selalu ada warrior yang berpatroli. Bukan hanya dilantai ini, ada banyak warrior lain juga sedang berpatroli di lantai lain" jelas warrior itu dengan sopan.

Erza terdiam mendengarnya, mendengar fakta jikalau ada banyak orang yang berpatroli di tempat ini. Hal itu sangat beresiko untuk dirinya, terlebih lagi dia tak memiliki senjata apapun untuk melakukan penyerangan.

"Jika Luna ingin jalan jalan dimalam hari seperti ini, tolong jangan sendirian. Ajak omega anda atau minta salah seorang warrior untuk menemani" tegur warrior satunya.

Mendengar semua itu membuat Erza harus memutar otaknya sekali lagi, dan lagi dia sadar kalau memang tak pernah meninggalkan ruangannya. Ia seharian disana bersama Celin dan Celina, mengajak si kembar itu bermain ataupun sibuk membuatkan mereka baju.

Erza benar benar tidak tau apapun tentang tempat ini sedikit saja, seharusnya dia sadar hal itu sedari awal. Alex memberikan Celin dan Celina kepadanya agar dia lupa dengan tujuannya. Lupa kalau dia harus pulang.

"Lalu bagaimana kalian bisa tau aku ada dibelakang sini?" tanya Erza, dia benar benar penasaran akan hal itu. Guci ini teramat besar, dan saat dirinya jongkok dibelakangnya, dia pikir tidak akan ada seorang pun yang melihatnya.

Dua warrior itu diam, wajah mereka terlihat ragu saat ingin mengatakan jawaban yang diminta Erza. "Kami mencium aroma anda, Luna" ucap warrior itu sangat hati hati.

Menautkan alisnya, Erza mencium tubuhnya sendiri kebingungan. "Apa aku bau?" tanya gadis itu dengan wajah linglung. Sejujurnya dia memang tidak mandi sore hari tadi, dia sibuk mengikuti omega lain mengobati luka Celin juga Celina.

Sontak kedua pria itu menggeleng. "Tidak Luna, maksud saya aroma anda sangat manis"

"Benar Luna. Dan lagi penciuman kami tajam, tentu kami bisa menciumnya" ucap warrior itu panik. Mereka takut jika salah mengucapkan sesuatu setelah melihat betapa tangguhnya gadis dihadapan mereka ini.

"Sungguh?"

"Tentu saja Luna, kami tidak akan membohongi anda" ucap mereka menyakinkan Erza bahwa dirinya tidak bau seperti yang gadis itu kira. Mereka jujur akan hal itu, aroma Erza benar benar manis. Bahkan mereka tidak bisa membayangkan semanis apa aroma gadis itu dipenciuman sang Alpha.

Dan akan sangat disayangkan jikalau Alex tetap memilih Selina daripada matenya sendiri. Karena saat Alex benar benar melepasnya, akan ada banyak Alpha lain yang tidak memiliki mate datang kepada gadis itu nantinya.

"Kalau boleh saya tau, Luna ingin jalan jalan kemana?" tanya salah satu warrior itu memecahkan kecanggungan diantara mereka.

"Aku hanya ingin berkeliling, aku ingin tau tempat ini" jawab Erza tanpa ragu.

Tersenyum, kedua warrior itupun menawarkan. "Mau ikut patroli bersama kami Luna?"

"Kami akan mengantarkan anda kembali setelah itu" lanjutnya.

Mendapatkan sebuah ide yang bagus, Erza pun menyetujuinya. Gadis itu ikut berpatroli bersama mereka. Sambil bertanya tanya, Erza menggali informasi dari mereka.

Sniper Mate: Demon BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang