64. sogok an

4.8K 358 146
                                    

Happy reading!

"Jadi gitu ceritanya" diam, semua sibuk dengan fikiran mereka masing-masing dan mencoba untuk mengingat kejadian 10 tahun yang lalu walau hanya mengingat sekilas dan tidak terlalu jelas

"Terus kalau lo bisa ketemu sama kembar kenapa lo gak bisa ketemu sama sahabat-sahabat cantik lo ini hah!?"

"Kalau kalian lupa, mulut kalian itu ember bocor. Mana bisa simpan rahasia" kelima orang yang berstatus sahabat sejak remaja itu terkekeh kecil mengingat mereka yang jarang bisa menjaga rahasia

"Udahh yeee, gue sogok aja lu pada ntar malam maen-maen ke mansion nya Reldi untuk pesta raya in kepulangan gue" mereka bersorak kegirangan, bukan karena akan adanya pesta tapi kegirangan karena mereka akan merasakan kembali kebersamaan mereka seperti dulu

"Mom, mom. Masa Zio nggak ngasih Zia pamerin harta Zia mom, padahalkan mom yang suruh Zia kalau ada yang mau jahatin Zia kasih tau aja kalau daddy, opa Reska grandpa Hera itu gak berani sama Zia dan kata mommy juga kan Zia gapapa bilang kalau Zia itu kaya pake banget ke orang-orang yang berani ama Zia"

Ara mengangguk membenarkan perkataam Zia, "heem, teruss?"

"Ya itu mom! Zio selalu marahain Zia kalau-kalau---"

"TUNGGU! Maksudnya? Jadi selama ini Zia pamer sana sini, atas perintah lo dek?" Tanya Varo yang baru mengerti bahwa sifat Zia yang sangat pamer itu atas perintah adeknya sendiri

"WOIYA JELAS DONG! Mommy nya kan kaya pake banget, angka 0 nya tiap hari bertambah di ATM nya terus kenapa anaknya nggak bisa pamer in kalau ada yang mau jahatin dia?" Tanya Ara sedikit nyolot dan sombong, kompak semuanya mendengus kesal mendengar kesombongan Ara terlebih lagi melihat Zia yang juga memasang wajah sombongnya, sedangkan Zio dan Reldi yang melihat kelakuan keduanya hanya pasrah

"Memang yah pepatah yang mengatakan 'buah jatuh tidak jauh dari pohon nya' itu memang benar, Reldi di harapkan untuk menyelematkan Zio dari sifat-sifat aneh Ara" Ara hanya mengangkat bahu tak peduli dengan sindiran dari Riski dan lebih memilih memfokuskan dirinya pada Zia yang sedang cemberut karena sindiran dari Riski

"Gausah didengarin, om Riski nya iri sama Zia karena Zia udah kaya dari lahir. Oh iya! Kemarin Zia minta black card di daddy kan? Nih mommy aja yang ngasih, punya mommy nih baru mommy buatin karena Zia waktu itu ngambek kan sama abang jadinya minta black card?" Dengan cepat Zia mengambil kartu yang katanya bernama black card itu, ini adalah pertama kalinya dia melihat black card

"Mom" panggil Zia

"Napa sayang?"

"Impresif, mom jadi Zia bisa belanja apa aja dong pake ini" Zia membolak-balik an kartu yang dia pegang, rasanya masih tidak menyangka di usianya yang masih sangat kecil sudah memiliki black card sendiri

"Iyaa, apa aja bisaa. Terserah Zia mau belanja apa, yang penting jangan berlebihan. Mommy gak suka kalau sudah ada mommy Zia masih berlebihan, perjanjian kita kan kalau Mommy dah balik Zia jadi anak penurut dan gak nakal lagi"

Zia mengangguk semangat "SIAP IBU NEGARA!"

"Oh iya! Yaudah yuk Zia teraktir kita ke Mall nya mommy aja, eh salah mall nya zia. Eh tapi mom, zia mau nanya nih yekan. Itu Mall juga Mall nya Zia, tapi kenapa Zia harus bayar kalau belanja?" Pertanyaan itu terus saja berputar di otaknya

"Brand yang Zia beli punyanya Zia?" Zia menggelengkan kepalanya

"Yaudeng berarti Zia harus bayar, kecuali brand itu punyanya Zia yaudah Zia gausah bayar. Kan Mall nya doang yang punyanya Zia, isinya bukan" jawab Ara yang memberikan pengertian untuk Zia

"Yaudah kalau gitu Zia beli brand nya bisa nggak? Biar Zia nggak bayar kalau belanja" semuanya kompak menepuk jidat mereka, mereka tau Zia kaya tapi, tapi bisa tidak yang dia ingin beli lebih masuk akal

I'M FAKE NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang