BAB LV: Demon Blood 3

Start from the beginning
                                    

.

.

.

Tap tap tap

Berjalan cepat, gadis itu mencoba untuk menulikan telinganya akan semua panggilan yang Alex lancarkan. Tetap fokus menatap kearah lorong panjang yang ada dihadapannya tanpa repot menoleh kebelakang untuk memastikan.

Karena Erza masih mendengarnya, mendengar suara langkah kaki Alex yang berada di belakangnya dan masih mengikutinya.

"Erza, kenapa kau sangat marah. Aku hanya menghukum mereka" ucap Alex berulang kali.

Seketika Erza menghentikan jalannya dan berbalik menatap Alex dengan tatapan sengitnya. "Kau tidak hanya menghukum mereka, tapi juga berniat membunuhnya" marah Erza tanpa rasa takut sedikit pun.

"Aku akui kau sangat pintar dalam mengelola perusahaan juga tempat ini, tapi kau sangat bodoh tentang simpati" lanjut Erza sambil menekankan kata bodoh didalam kalimatnya.

"Tidakkah kau berpikir, mereka anak anak. Dan hukuman yang kau lakukan itu bisa membunuh mereka!" lanjut gadis itu menunjuk nunjuk kepalanya, mengatakan kalau Alex benar benar bodoh.

"Hah, kurasa tidak karena otakmu tidak berada dikepala. Tapi berada dikaki dan kau injak injak setiap hari!" ketus gadis itu lalu berbalik dan melanjutkan jalannya.

Alex kembali mengejar gadis itu setelah terdiam sejenak mendengarkan luapan marah tadi. Mencekal bahu gadis itu dan memutar baliknya dengan paksa.

"Mereka, berniat membunuhmu" dan Alex tetap kokoh menyatakan kalau dirinya tidak bersalah setelah menghukum Celin dan Celina tanpa alasan yang jelas.

"Tidak" sahut gadis itu bersamaan dengan menepis tangan Alex yang berada di pundaknya.

"Walaupun tidak lama, aku tau kalau mereka baik dan tidak akan melakukan hal bodoh seperti membunuhku. Satu satunya orang yang berniat membunuhku ada dipantulan itu" jawab Erza menunjuk kearah baju besi yang tergantung di samping Alex.

"Aku mohon jangan menggangguku lagi, aku harus segera membawa obat ini. Permisi, tuan Alex" pamit Erza dan kembali melanjutkan jalannya.

Alex terdiam disana, tidak melakukan apapun selain melihat kepergian Erza juga menatap pantulan wajahnya sendiri pada baju zirah itu.

Prang

Klontang

Alex merobohkan baju zirah itu lalu meninggalkannya begitu saja sambil berguman. Bukan, sedang berbicara dengan Cain yang setiap harinya semakin menyebalkan untuknya.

.

.

.

Setelah melewati perdebatan yang cukup panjang antara Erza juga Alex, Celin dan Celina dinyatakan tidak bersalah dengan semua yang mereka lakukan. Pada kenyataannya Celin mengatakan kalau yang mereka berikan kepada Erza hanyalah obat, dan kenapa mereka tak menjawab adalah karena Alex terlalu memojokkan mereka. Tentu membuat anak anak seperti Celin dan Celina menjadi takut.

Melewati pengobatannya terlihat Celin dan Celina pamit bersama omega lain, membuat Erza tidak suka. "Mereka tidur disini" ucap gadis itu tiba tiba sebelum para omega itu keluar dari kamarnya.

Omega lain sontak menatap kearah si kembar bersamaan, mengerti kalau yang Erza maksud adalah Celin dan Celina. "Tapi nona, kami harus pergi" ucap Celin dan Celina menolak.

"Kalian tidur disini" paksa Erza mulai menautkan alisnya, wajahnya sudah terihat ingin marah dan mau tak mau omega lain ikut membujuk Celin dan Celina untuk tetap tinggal.

Dengan sedikit terpaksa pada akhirnya Celin dan Celina tetap tinggal, sambil menatap omega lain yang sudah meninggalkan mereka berdua tetap disana. Keheningan sempat terjadi beberapa menit, namun kembali pecah dengan pertanyaan yang Erza lontarkan.

"Bisa aku bertanya sesuatu kepada kalian?" tanya Erza, gadis itu berjalan mendekat dan duduk disofa sambil memandangi si kembar. Tidak ada raut marah atau pun kesal diwajahnya karena dia hanya ingin menakut nakuti si kembar saja.

Celin dan Celina menoleh lalu mengangguk sedikit ragu, mereka hanya sedikit takut kalau Erza akan menanyakan sesuatu tentang obat yang mereka katakan. Apalagi kalau sampai Erza bertanya cairan apa itu. "Tentu saja, nona"

"Berapa hari aku terbaring ditempat itu?" terlihat Erza merenggangkan tubuhnya sambil mengisyaratkan agar Celin dan Celina ikut duduk disofa.

"2 bulan lebih, nona" jawab Celin dan Celina serempak. Kedua anak itu mengikuti perintah Erza dan naik keatas sofa untuk duduk.

"Sungguh, memangnya aku sakit apa? Separah apa sakit yang kuderita?" tanya Erza beruntun, tentu sangat teramat penasaran karena tidak pernah memiliki pengalaman sakit. Erza pikir dia membutuhkan ceramah Amon sekarang, dia mungkin terlalu menyepelekan ucapan Amon hingga sakit seperti saat ini.

"Um" terlihat ragu mengatakannya Celin dan Celina saling pandang kebingungan harus menjelaskannya bagaimana.

"Apa sudah sangat sangat parah?" Erza ikut bingung dan penasaran dengan si kembar yang terlihat ragu.

"Anda mengalami kekurangan darah, dehidrasi, dan kelaparan" jawab Celin tidak berani menatap Erza.

"Apa?" gadis itu terdiam, tidak percaya dengan apa yang Celin katakan. Itu terdengar sangat konyol, bagaimana bisa dia pingsan selama 2 bulan lebih hanya karena kurang darah, dehidrasi, juga kelaparan.

Bahkan seingatnya, dirinya juga sempat memuntahkan banyak darah waktu itu. Tidak mungkin kalau itu semua hanya karena masalah yang begitu sepele.

"Kalian bohong. Katakan saja, aku tidak akan memarahi kalian" tanya Erza lagi, masih tidak percaya dengan apa yang Celin katakan.

"Itu benar nona, dokter mengatakan itu" Celina ganti angkat bicara.

Terdiam sejenak, Erza rasanya ingin tertawa sekarang. Mereka juga terlihat sangat yakin dengan apa yang mereka katakan, Erza tidak berniat merusaknya jadi gadis itu mencoba untuk percaya. "Baiklah, aku percaya" balas Erza tersenyum.

"Nah, ini sudah malam jadi kita lanjutkan besok saja. Kalian tidur disampingku okey" ucap gadis itu semangat, mendekati Celin juga Celina lalu menggandeng mereka bersamanya.

Erza pikir si kembar sudah sangat lelah seharian mendapatkan jahitan di beberapa lukanya juga pengobatan lainnya. Ia senang mereka terlihat kuat dengan semua itu walau harus menangis sesekali. Erza harap luka itu segera sembuh.

.

.

.

Tbc

Udah sampai bab 55 sekarang:) lama sekali akunya. 

Untuk kalian semua, dimohon bersabar ya:) Komentar kalian sungguh luar biasa, penuh emosi semua:) 

Aku bacanya sampai sakit perut:)

Dan lagi, banyak juga dari kalian yang pembaca malam. Jangan lupa waktu okey, besok masih ada hari. Tenang aja:)

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now