Tanpa Haechan sadari, ia mengepal tangannya begitu erat sampai uratnya keluar dan tangannya memutih.

Jaemin pergi dari pintu depan kamar inap (Y/n). Ia memandang sekilas, dan langsung pergi meninggalkan tempat.

Renjun tersenyum karena ia berhasil mengusir Jaemin dari kamar (Y/n). “Hah... Akhirnya, ia pergi juga. Kau tenang saja Haechan dia tak akan bertemu (Y/n) kembali” Ujar Renjun.

“Aku tak akan bisa tenang kalau (Y/n) tak berada disampingku. Aku takut dia akan merebut (Y/n) dariku. Aku tak mau kehilangan (Y/n) karena ia segalanya bagiku tanpa ia aku tak akan bisa hidup” Ujar Haechan yang masih menatap ke depan.

Renjun tersenyum dan menepuk bahu Haechan, “Aku tahu. jadi perjuangkan cintamu itu, Haechan”

Setelah berkata seperti itu, Renjun masuk terlebih dahulu meninggalkan Haechan sendirian di depan kamar (Y/n).

°°°

Haechan berjalan menaiki tangga, ia menatap ke depan dengan pandangan kosong.

Ceklek!

Suara pintu terbuka, Haechan memasukinya dan tak lupa menguncinya.

Haechan memandang sekilas kamarnya. Ia melangkah kembali ke arah cermin yang ada dikamarnya. Ia menatap pantulannya yang ada di cermin.

“Apa aku boleh egois? Aku tak mau kehilangannya lagi... Sudah cukup 5 tahun hidup tanpanya, aku tak mau kehilangannya lagi. Dia adalah segala-galanya dalam hidupku” Ujarnya dengan pantulan dirinya sendiri.

“Hahaha... Benar! Aku adalah pria egois yang tak mau kau memilikinya...” Tawanya begitu keras seakan menertawakan dirinya sendiri.

“Sekarang aku merasakan takut... Aku takut, dia akan memilihmu daripada aku yang menunggunya bertahun-tahun” Lirihnya.

“Hahaha... Ngapain aku takut!! Kalo dia tak memilihku, aku bisa memaksa dia untuk menerima perasaanku ini” Tawanya lagi.

“Haaaa!!!!”

Prang!!

Suara kaca pecah, Haechan memukulnya dengan keras. Ia tak mempedulikan tangannya mengeluarkan cairan kental berwarna merah ataupun merasakan sakit karena serpihan kaca masuk kedalam tangannya.

Haechan melampiaskan rasa takutnya dengan memukul cermin tersebut. Ia membalikkan badan dan bersandar ke dinding. Ia merosot tubuhnya ke lantai.

“Aaaaa!!!!!”

Haechan berteriak histeris dan menjambak rambutnya dengan keras. Ia menutup mata dengan tangannya untuk meredamkan tangisnya.

Diwaktu yang sama lain tempat, Jaemin meminum wine beberapa botol untuk menghilangkan rasa sakit dihatinya.

“Cukup, Jaem. Jika kau minum terus, kau tak akan bisa menghilangkan rasa itu”

Jaemin menoleh ke sebelah dengan sempoyongan. Ia tertawa melihat wajah teman kerjanya itu.

“Hahaha.. Kau tak tau apa-apa, Jeno-ya” Ujarnya.Ia melanjutkan kembali minumnya tak peduli seberapa mabuknya. Ia ingin menghilangkan rasa sakit dihatinya.

“Ya kau benar aku tak tau apa-apa tapi aku hanya mengingatkanmu saja. Jika kau minum seberapa banyak botol, kau tak akan bisa menghilangkan rasa itu. Rasa itu akan masih singgah di hatimu” Ujar Jeno sunguh-sungguh.

Jaemin meletakkan gelasnya, ia berdiri dari tempat duduknya. Ia mencoba berdiri tapi tak bisa karena efek dari minuman tersebut, mau tak mau Jeno membantunya untuk berdiri dan mengantarnya pulang.

***

“Renjun-ah, kemarin aku bertemu dengan Appa. Aku bahagia sekali bisa bertemu dengannya. Apakah aku bisa bertemu kembali dengan Appa secepatnya?”

Renjun menghentikan kegiatan mengupas buah. Ia menatap ke gadis itu dengan tatapan sedih. Ia menaruh pisau dan juga keranjang buah di nakas.

Renjun duduk disebelah ranjang gadis itu. Ia mengambil tangan gadis itu dan menggenggamnya. “Jangan berkata seperti itu (Y/n), apakah kau tak ingin bertemu denganku lagi?” Tanyanya.

(Y/n) membalas genggaman tangan Renjun, ia menatap wajah tirus sahabatnya itu. Ia mengulurkan tangannya untuk mengelus wajah tirus itu.

“Aku masih ingin bertemu denganmu lagi, aku hanya merasa senang bisa bertemu dengan Appa. Jadi jangan mengkhawatirkan tentang itu” Ujarnya.

Renjun memejamkan matanya, ia merasakan hangatnya tangan (Y/n) yang berada di wajahnya. Ia membuka kembali matanya.

“Aku mohon jangan berbicara seperti itu, aku tak mau kau bernasib sama dengan Hara... Aku takut (Y/n)” Takut Renjun.

(Y/n) langsung memeluk tubuh sahabatnya itu. Ia paham apa yang dimaksud Renjun, sekarang ia menyesal telah mengatakan itu didepan Renjun.

“Maafkan aku, aku berjanji tak akan mengatakan itu lagi di depanmu. Kau pasti merindukannya ya, aku juga merindukannya. Kalau aku sudah keluar dari rumah sakit kita pergi mengunjunginya, bagaimana?” Hibur (Y/n).

Renjun membalasnya dengan anggukan kepala. (Y/n) mengelus punggung Renjun untuk menenangkannya.

Tuhan, aku mohon jangan mengambilnya dariku cukup Hara, gadis yang ku cintai tapi tidak untuk (Y/n) karena dia adalah gadis yang berarti bagiku. Tanpa dia, aku tak akan bisa merasakan kekonyolannya, pelukannya, cerewetnya ataupun manjanya kepadaku’ pikir Renjun.

TBC.

Hai apa kabar?
Bagaimana kabar kalian? Hahaha maaf updatenya terlalu lama🤭

Bagaimana menurut kalian untuk chapter ini? Sedihkah atau tidak?

Komen dong :l
Nanti aku baca komen kalian tentang chapter ini.

Next? Komen ya :v

See you💚

𝑳𝒐𝒗𝒆 𝑴𝒆 𝑵𝒐𝒘 | 𝑯𝒂𝒆𝒄𝒉𝒂𝒏 × 𝒀𝒐𝒖 ✅Where stories live. Discover now