BAB LIII: Demon Blood

Start from the beginning
                                    

Goresan itu berubah menjadi sebuah tanda dengan sebuah tulisan yang rumit. "Jangan berterima kasih kepadaku, Levana sepertinya tidak terima kalau calon bibinya itu akan menikah dengan orang yang tidak pantas" setelah mengatakan hal itu Luis berjalan menjauh.

"Baiklah, aku harus pergi sekarang. Gadis gadis itu pasti memarahiku jika telat menghadiri pesta teh mereka"

Barms menoleh kearah Albert setelah Luis benar benar pergi. "Levana?"

"Benar tuan, dia adalah putri dari seorang demon blood pertama"

Barms terdiam, pria itu hanya tidak menyangka jika ada orang lain seperti putrinya. Bahkan sudah memiliki keluarga sekarang.

.

.

.

Celin dan Celina membuka matanya bersamaan sambil memandang linglung satu sama lain. Tentu saja, seingatnya mereka berada ditengah perjalanan membawakan minuman untuk Alpha, tapi sekarang mereka berada di kamar, berbaring diatas tempat tidur tanpa mengingat apapun.

"Kenapa kita disini?" tanya Celin kepada Celina, namun adiknya itu menjawab dengan sebuah gelengan.

Dengan masih diterpa rasa bingung mereka bangkit dan turun dari atas tempat tidur, lalu menatap kearah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 10:00, yang berarti mereka kesiangan. Lalu bagaimana dengan nasip nona mereka.

Mencoba mempersingkat waktu si kembar itu berlari terburu buru menuju ruangan Erza, dan setelah dibukanya pintu tersebut. Semua pasang mata disana memandang ke arah mereka bersamaan, ada banyak omega lain didalam ruangan nona mereka.

"Kalian sudah sembuh Celin, Celina?" tanya salah satu dari mereka sambil menghampiri Celin juga Celina.

"Kembalilah tidur, kami bisa menggantikan kalian" lanjut wanita itu sambil memegang dahi dikembar yang sudah tidak panas seperti kemarin.

"Kalian deman dan pingsan dilorong kemarin" ucap omega lain sambil menyuguhkan minuman, kasihan dengan si kembar yang tersenggal senggal setelah berlarian.

"Jangan terlalu memaksa, jika kalian lelah. Kami bisa menggantikan kalian" ucap yang lain lagi sambil menggiring si kembar untuk duduk.

"Tapi itu sudah menjadi tugas kami" ucap Celin menanggapi uangkapan khawatir dari omega lain.

"Kalian bukan mesin" balas 3 omega itu secara bersamaan, membuat Celin dan Celina terdiam mendengarnya.

"Dan lagi, kalian masih kecil" lanjut omega tersebut.

Celin dan Celina menunduk, mungkin apa yang mereka katakan benar. Lalu harus apa mereka jika bukan menjaga dan menemani nona mereka sekarang.

Melihat Celin dan Celina yang terdiam membuat ketiga wanita itu merasa kalau mereka sedikit terlalu keras menyuruhnya agar tetap istirahat.

"Baiklah, kalian boleh tetap disini dan hanya melihat. Kalian juga boleh membaca buku yang ada disana" ucap omega tersebut sambil menunjuk kearah tumpukan buku dimeja kecil pojok ruangan.

Setelah menatap tumpukan buku itu, Celina mendongak dan berkata. "Apa boleh kami ke perpustakaan?" tanyanya.

Ketiga wanita itu mengangguk mengiyakan permintaannya. Dengan semangat Celina menaruh gelas yang dibawanya ke meja dan melakukan hal yang sama dengan gelas kakaknya.

Celina turun lalu menunduk. "Terima kasih, kami diperpustakaan saja" ucapnya tanpa keterangan yang jelas sambil menyeret kakaknya untuk segera mengikutinya.

.

.

.

"Celina, apa yang kau lakukan?" tanya Celin kebingungan saat ditarik menjauhi ruangan Erza.

Sniper Mate: Demon BloodWhere stories live. Discover now