2. Part Time Job

2 3 0
                                        

Tukk.. tukk...tuk...

Leony sejak kelas Algoritma dimulai, tak pernah menghentikan ketukan pelan di mejanya. Matanya menatap kosong tulisan-tulisan yang entah sejak kapan memenuhi papan putih itu. Ia menatap sekeliling, semua mahasiswa di kelas itu sama bosannya dengan dirinya.

"Kapan si Botak ini selesai?!" umpat mahasiswa yang duduk di samping Leony pelan. Menatap kesal dosen yang berdiri di depan kelas.

Leony acuh, tak peduli dengan umpatan yang dilontarkan mahasiswa itu.

Matanya beralih keluar jendela, menatap beberapa mahasiswa yang baru saja menyelesaikan perkuliahannya. Menatap iri pada mereka.

Gadis itu memutuskan untuk menyembunyikan kepalanya di meja, berusaha mencuri kesempatan untuk tidur sejenak.

"Nah... sampai disini dulu materi kita hari ini. Karena bapak akan cuti selama tiga minggu maka kita berjumpa lagi saat UTS."

Sontak mata penghuni kelas itu melotot mendengar penuturan Pak Jhim.

"Apa katanya? Enak aja, nih, Bapak ngomong kayak gitu. Mau ngisi apa gue pas ujian?!"

"Lah, kita baru aja belajar tiga kali selama dua bulan ini."

"Gue sumpahin, nih dosen botak kena karma."

Berbagai umpatan yang tak tersampaikan terdengar seperti dengung lebah.

"Apa ada yang keberatan?" tanya Pak Jhim ladi.

"Itu, Pak. Nanti kami UTS nya gimana, Pak? Kami belum paham dengan materi ini, Pak," jelas salah seorang mahasiswa.

"Nanti saya kasih kisi-kisi buat kalian. Jadi pelajari itu saja, paham?"

"Paham, Pak!"

Mereka hanya pasrah tapi tak rela saja. Toh, percuma juga melawan dosen yang terkenal killer di jurusan Manajemen Informatika itu.

Dari desas-desus yang beredar, Pak Jhim membuat setengah dari angkatan tahun lalu gagal pada mata kuliah ini. Jadi mereka memang tidak punya pilihan lain. Mau protes pun sia-sia.

Begitu dosen itu keluar dari kelas, mereka lantas mengeluarkan semua umpatan tadi.

"Apaan tuh dosen, ngajar seenaknya aja."

"Santet aja kali ya, biar tobat?"

"Udah... pasrah aja lagi pas UTS. Toh, masa depan kita buat ngulang lagi udah kebayang."

"Yoi, Bro. Sepertinya gitu. Terima aja takdir yang tak mengenakkan ini."

Kelas itu langsung sepi. Tak ada lagi umpatan yang terdengar. Sontak Leony menegakkan kepalanya dan melihat isi kelas yang sudah kosong.

Lantas ia memasukkan semua barangnya ke dalam tas, lalu mengecek ponsel yang sempat bergetar waktu tidur tadi.

Cornia

Kalau kelasnya udah selesai, lo langsung balik ke kos, ya! Ada yang mau gue omongin.

Leony menatap datar pesan itu sebelum akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kelas.



Belum berapa langkah ia meninggalkan fakultas itu, gadis itu dikejutkan oleh pemandangan di parkiran kampus.

Eh, dia kan yang berantem di kantin tadi? Pikir Leony saat melihat pemuda dengan rambut hitam pekat yang wajahnya penuh lebam.

Dilihatnya lagi gadis yang bersama pemuda itu. Sibuk bergelayut manja di lengannya. Si pemuda tak merasa risih, justru mencubit pipi gadis itu sesekali. Leony mendengus geli.

Behind the University: Run or DateWhere stories live. Discover now