3

11 3 0
                                    

Yangyang dan Renjun sedang mengobrol santai di ruang tamu.
Menghiraukan suara berisik dari televisi yang sengaja dinyalakan.

"RENJUNNNN!!! YANGYANG!!!!" teriakan membahana nan menggelegar milik Jaemin dan Jeno mengalihkan perhatian Renjun dan Yangyang.

"Berisik! Udah malem ini! Kalo ada yang kemasukan gimana?!" bentak Renjun.

Jeno dan Jaemin langsung kicep di tempat mereka. Bagi mereka, Renjun yang marah lebih menakutkan dari setan.

"Jun, tenang dulu", tegur Yangyang.

Renjun menghela napas pelan. Menetralkan amarahnya yang tiba-tiba memuncak.

"Kenapa?" tanya Renjun datar.

"Eh, bentar. Mana Haechan?" Jaemin sama Jeno saling menatap dengan raut bingung. Melihat kebingungan itu, Renjun dan Yangyang mengerutkan keningnya.

"Jangan bilang Haechan ilang?" tebak Yangyang tepat sasaran.

"Gua gak tau. Sumpah dah", sahut Jaemin cepat. Dia memang tidak tahu kemana perginya Haechan.

Mendapat firasat buruk, wajah Renjun menjadi pucat. Tatapannya berubah kosong, seperti tidak ada kehidupan.

"Jun? Calm down, oke?" ucap Yangyang.

Brakk!!

"Apaan tuh?" suara seperti orang jatuh terdengar jelas di telinga mereka. Keringat mulai mengucur dari dahi mereka semua. Jantung mereka terpacu cepat.

"Yang, periksa gih", titah Renjun pada Yangyang.

"Jen, lu ikut gua", timpal Yangyang sambil menarik paksa Jeno.

***

Yangyang dan Jeno memeriksa ke lantai dua dengan tergesa. Langkah mereka menyiratkan bahwa mereka sedang 'sedikit' ketakutan.

"Yang, suaranya dari lantai atas deh kayaknya", ucap Jeno ketika mereka sudah di lantai dua.

"Maksud lu, di lantai tiga?" Jeno menganggukkan kepalanya, mengiyakan pertanyaan Yangyang.

"Kita cek di sini dulu, baru ke atas", putus Yangyang.

Jeno dan Yangyang memeriksa seluruh ruangan di lantai dua. Tanpa mereka sadari, lampu di semua ruangan yang ada lantai dua mati secara bersamaan.

Wussshhhh

Awalnya Jeno mengabaikan angin yang terasa menggelitik telinganya.
Semakin lama, Jeno merasa bukan angin yang menggelitik telinganya, tapi ada seseorang yang sengaja meniup telinganya.

PLAK!

"Lo ngapain geplak gua, sih?!" kesal Yangyang ketika Jeno menggeplak kepalanya sekuat tenaga.

"Lo yang apaan. Niupin telinga gua. Gak ada kerjaan apa?" sarkas Jeno.

"Siapa juga yang niup telinga, Lo? Gak ada kerjaan banget gue", sebal Yangyang.

"Anjir. Ya, terus siapa dong?" Jeno mulai panik.

"Setan kali", ceplos Yangyang.

"Jaga mulut, Lo", ingat Jeno.

"Gak ada di sini deh. Kita ke atas aja", ajak Yangyang.

Mereka pun, beranjak menuju tangga yang menghubungkan ke lantai 3. Baru saja mereka menaiki undakan ke lima, terdengar suara tawa yang melengking.

Jeno dan Yangyang hanya bergeming. Mengabaikan suara itu dan terus melangkah ke lantai 3.

Hiks... hiks...

The Villa | Strange Holiday (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang