16 (END)

9 4 0
                                    

"SEMUANYA!"

"OM EUNHYUK!" enam remaja itu langsung memeluk Eunhyuk bersamaan. Untungnya Eunhyuk tidak jatuh dipeluk spontan seperti itu.

"Om! Akhirnya om ke sini juga! Taro kira, om gak bakal selametin kita", ucap Shotaro sembari menyeka air matanya yang keluar.

"Kita udah tau om dari cerita Shotaro. Ayo, om kita keluar dari sini", kata Jeno sambil menarik tangan Eunhyuk untuk keluar. Tapi, Eunhyuk diam di tempat. Matanya tertuju ke arah enam peti mati yang ada di sana.

Renjun yang menyadari tatapan Eunhyuk, langsung angkat bicara.

"Di sana ada enam jasad, om. Menurut Renjun, mereka korban terakhir di villa ini", pernyataan Renjun membuat Eunhyuk semakin diam. Dengan perlahan, Eunhyuk mendekati peti mati itu. Tat kala Eunhyuk melihat jasad adiknya, air mata lolos membasahi pipinya.

"Jae.... Jaehyun.... Jaehyun.....", semua hal yang pernah dia lakukan bersama adiknya mulai terputar di otaknya. Sedangkan enam remaja itu hanya bisa melihat dengan tatapan kebingungan.

"Dia kenapa?" bisik Haechan pada Jaemin.

"Gak tau. Kayaknya salah satu dari mereka itu, kenalannya deh", jawab Jaemin masih berbisik.

"Tapi, menurut gue, itu bukan kenalannya. Lebih dari itu deh", sambung Yangyang.

Mereka kemudian mendekati Eunhyuk. Jaemin dengan inisiatifnya mengelus pelan punggung Eunhyuk sambil membisikkan kata-kata penenang.

"Om, bukan saatnya bersedih. Kita harus keluar dulu dari sini", Renjun berucap dengan tatapan yang sulit diartikan. Jauh di lubuk hatinya, Renjun juga merasakan sakit yang amat dalam. Dia tau apa yang Eunhyuk rasakan, karena dia tau apa yang terjadi.

"Renjun bener om. Gimana cara kita bisa keluar dari sini?" Shotaro menatap Eunhyuk dengan tatapan teduhnya. Berusaha memberikan ketenangan lewat matanya.

"Kita harus nemuin cahaya berwarna yang membuat kita tenang. Om gak terlalu ngerti maksudnya apa, tapi kayaknya bukan di sini", Eunhyuk berucap dengan bergetar. Suaranya parau.

"Cahaya? Gak ada cahaya di sini. Ayo keluar", Yangyang kemudian melangkahkan kaki hendak berjalan keluar. Sesaat sebelum dia benar-benar meninggalkan ruangan itu, tiba-tiba beberapa cahaya menguar dari balik dinding.

Ada dua dinding yang memancarkan cahaya yang terang. Membuat mata mereka silau. Dua cahaya itu memiliki warna yang berbeda namun sama-sama menenangkan. Cahaya berwarna putih dan cahaya berwarna kemerahan.

Sesaat mereka semua terpaku melihat keindahan itu. Mereka benar-benar merasa terpesona akan pancaran sinar dari balik dinding itu.

"Cahaya mana yang sangat menenangkan?" pertanyaan itu meluncur dari mulut Jeno. Menyadarkan mereka, bahwa hanya ada satu cahaya yang bisa membawa mereka keluar.

Baru saja Eunhyuk mau angkat bicara, sebuah suara menginterupsinya.

"Jaemin... Jaemin... Ayo pulang, nak. Mama rindu sama kamu"

"Sayangnya mama, kesayangan mama. Jeno, pulang ya"

"HAECHAN! PULANG! AYO PULANG! BUNDA KANGEN KAMU CHAN!"

"Shotaro? Shotaro? Kamu baik-baik aja kan, nak? Ayo pulang, jagoan bunda"

"Renren..... Renren.... Kamu mau ninggalin mama? Kenapa kamu belum pulang? Ayo pulang, sayang"

"Yangyang! Sayang! Kamu di mana nak? Yangyang, kenapa kamu gak pulang? Pulang sayang, mami kangen kamu"

Mereka terdiam di tempat. Panggilan dari ibu mereka (kecuali Eunhyuk) membuat mereka membeku. Eunhyuk menyadari bahwa suara itu hanyalah ilusi belaka dan merupakan pertanda bahwa cahaya berwarna kemerahan itu bukanlah jalan keluar.

"SEMUANYA! ITU HANYA ILUSI! KALIAN JANGAN TERPENGARUH! JANGAN PERGI KE SANA!" teriakan Eunhyuk membawa enam remaja itu kembali ke dunia nyata. Sesaat setelah mereka sadar, Jaemin dan Shotaro hampir berlari menuju arah suara. Arah suara tersebut keluar dari pancaran cahaya warna kemerahan.

"Dengerin om! Suara itu cuman mau buat kalian celaka! Jangan didengarkan! Ikut om! Cahaya putih ini jalan keluarnya", Eunhyuk langsung menarik paksa tangan Shotaro yang ada di sampingnya. Sisanya langsung mengikuti dari belakang. Perlahan tapi pasti, tubuh mereka menghilang, ditelan cahaya putih itu sepenuhnya.

***

"DI SINI! SEMUANYA! KAMI MENEMUKAN MEREKA!" teriakan itu membuat tujuh orang di sana mengerjapkan mata pelan.

"Eungh.... Shh.. perut gue sakit", ringis Renjun merasakan perutnya yang terluka.

"Adek jangan banyak gerak ya", ucap orang itu lagi.

Tak lama, yang lain pun ikut siuman.

"Akhirnya! Kita selamat!" kata itu keluar secara otomatis dari mulut Haechan. Matanya berbinar melihat tim kepolisian juga tim medis sedang mengerubungi mereka.

"Om, kenapa?" berbeda dengan enam bocah remaja yang bahagia, justru wajah Eunhyuk menandakan kalau dia tidak baik-baik saja. Tatapan mata Eunhyuk sangat nanar.

Tanpa membalas perkataan Shotaro, Eunhyuk menghampiri peti mati yang tergeletak tak jauh dari posisinya.

Setelah dia membuka peti itu, dia hanya melihat pakaian adiknya yang sudah tidak berbentuk dan juga tulang belulangnya. Seketika tangisan Eunhyuk kembali pecah.

Para polisi yang menyadari tingkah Eunhyuk langsung mendekat. Kemudian tanpa banyak bicara lagi, salah satu polisi di sana langsung membawa Eunhyuk pergi menjauh dari peti mati itu.

"Om, om ikhlasin adek om ya. Dia udah bahagia di sana. Jangan om tangisin dia lagi, soalnya dia gak suka liat om nangis", hibur Renjun. Bukan hanya Eunhyuk, enam remaja itu ikut menitikkan air mata mereka. Penyesalan dan kekecewaan itu, bisa mereka rasakan lewat isakan yang tak berhenti keluar dari mulut Eunhyuk.

Setelah tenang, polisi di sana dengan sigap langsung memborgol kedua tangan Eunhyuk sembari berkata, "Anda ditahan atas dugaan pembunuhan berencana enam tahun lalu di villa Neo City No. 23".

Jeno dan yang lain hanya bisa menatap kepergian Eunhyuk dengan perasaan campur aduk. Mereka belum sempat berterima kasih atas jasa Eunhyuk yang membantu mereka keluar dari Villa itu.

Namun, apa daya? Hukum tetaplah hukum. Mereka tak bisa menahan Eunhyuk lebih lama di sini. Karena mereka yakin, Eunhyuk membutuhkan perawatan psikis agar mentalnya tidak terganggu.

Setelah menunggu ambulan tiba, mereka pun langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

***

3 bulan kemudian.

"Jen, lo yakin?" tanya Haechan pada Jeno.

"Yakin lah! Kita udah nyampe juga", kini Jeno dan yang lain sudah berada di depan penjara. Mereka berniat mengunjungi Eunhyuk.

Tiga bulan yang lalu, tepatnya 2 Minggu setelah mereka berhasil keluar dari villa itu, Eunhyuk menjalani persidangan untuk mempertanggungjawabkan tindakannya enam tahun lalu. Keputusan persidangan waktu itu, Eunhyuk dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Karena itulah, Jeno dan yang lainnya berniat mengunjunginya hari ini.

"Siang, om!" sapa mereka berenam pada Eunhyuk. Dengan senyum yang tak kalah lebar Eunhyuk membalas sapaan mereka.

"Wah! Kalian dateng. Seneng banget om! Apa kabar kalian?" dengan raut berseri, Eunhyuk bertanya dengan semangat.

"Kita baik-baik aja, om. Harusnya kita yang nanya, om baik kan?"

"Om baik banget. Di sini, om ngerasa lebih baik. Makasih ya, kalian udah mau jengukin ke sini", dan akhirnya mereka pun berbincang dengan seru sampai melupakan waktu.

Tanpa mereka sadari, Jaehyun melihat hal itu dengan tatapan haru. Akhirnya beban yang mengikatnya di dunia sudah lepas sepenuhnya. Dia menghilang sepenuhnya, pergi meninggalkan dunia diiringi sinar mentari sore. Hal itu tertangkap oleh Yangyang, Renjun dan Haechan. Sebelum benar-benar menghilang, Jaehyun berkata,

"Terima kasih dan selamat tinggal".

--------TAMAT-------

The Villa | Strange Holiday (END)Where stories live. Discover now