11

8 3 0
                                    

Di ruangan yang ditempati Jeno dkk masih terasa aura yang mencekam. Ketegangan yang mereka rasakan belum mereda sedikitpun. Mereka kini menjadi jauh lebih waspada terhadap hal yang ada di sekitar mereka. 

"Gua bosen", ucap Jaemin memecah keheningan. 

"Gua juga. Pengen banget rasanya gua dangdutan", balas Haechan.

"Coba aja lo puter musik dangdut sambil joget. Paling juga bakal ditempel sama mbak K atau genderuwo", timpal Yangyang.

"Sialan lo!" Haechan melempar topi yang dia pakai mengenai wajah Yangyang.

Yangyang tidak terima menerima lemparan balas melempar sepatu yang dipakainya. Sepatu itu mendarat sempurna di kepala Haechan.

Tingkah mereka setidaknya membuat suasana menjadi sedikit lebih ceria dibanding sebelumnya. Sayangnya suasana itu hanya bisa bertahan beberapa saat saja. 

TOK! TOK! TOK!

Suara ketukan di pintu terdengar dengan jelas. Ketukan itu berirama. 3 kali ketukan pelan, 3 ketukan sedang dan 3 kali ketukan kuat. Jeno dkk mulai keringat dingin. Sekarang ketukan itu mulai terdengar seperti dobrakan kencang. 

"Gak mungkin manusia, kan?" pertanyaan retoris dari Jaemin membuat mereka semakin waspada. 

"Gila, gua takut", rengek Haechan sambil meremas baju Yangyang.

Wuusssshhhhh........

BRAK!

Angin berhembus dengan kencang. Anehnya, tidak ada satu pun jendela terbuka yang bisa membuat angin masuk ke dalam. Lampu gantung yang ada di sana bergoyang kuat akibat hembusan angin. Ornamen-ornamen yang menghias dinding berjatuhan dengan serempak. 

Jeno, Jaemin, Yangyang dan Haechan merapatkan diri satu sama lain. Renjun didekap erat oleh Jeno dan Haechan. 

"Astaghfirullah! Sumpah deh! Gak bisa apa sekali aja mereka gak ganggu kita?" jengah Jeno.

Sungguh, Jeno sudah sangat muak dengan apa yang terjadi selama mereka berada di villa. Walaupun dia mendapat julukan paling dewasa di antara keenamnya, tetap saja dia bisa merasa muak dengan sesuatu.

"Jaem, lo masih sanggup kan?" Haechan menatap Jaemin khawatir. Dia takut luka Jaemin akan semakin parah. 

"Gua gak apa. Jangan khawatir", Jaemin meyakinkan sahabatnya dengan senyuman manisnya. 

Angin masih berhembus, entah kapan akan berhenti. Samar-samar bau anyir darah tercium oleh mereka. Bau itu bercampur dengan aroma melati yang sangat menusuk indra penciuman. Menimbulkan bau aneh yang berhasil membuat kepala mereka pening mendadak. 

Suara jeritan minta tolong juga mulai terdengar. Tangisan lirih, suara bentakan dan nyanyian mulai bersahutan. 

"Hihihihihi. Anak remaja. Ayo main, hihihihi" 

Sosok perempuan dengan badan tinggi besar, rambut warna hitam legam menjuntai menyentuh lantai dan berbusana serba putih. Wajahnya sangat mengerikan. Wajah bagian kirinya sangat rusak, mata kanannya terkatup rapat seperti di lem. Ketika tersenyum banyak belatung yang keluar dari mulutnya. Tangannya terjulur ke depan seperti ingin menggapai kelima-nya. 

Haechan terpaku di tempat. Matanya tak lepas dari sosok itu. Seperti terhipnotis tangannya pun ikut terjulur ke depan. Menyambut tangan sosok mengerikan itu. 

"HAECHAN! SADAR ANJIR!" 

Yangyang menyadari keanehan Haechan langsung memukul kuat kepalanya. Dia sadar kalau Haechan berhasil dipengaruhi oleh sosok di depan mereka ini. Dia memaki Haechan dengan mengabsen semua binatang yang terlintas di otaknya dalam hati.

The Villa | Strange Holiday (END)Where stories live. Discover now