2

17 4 0
                                    

Rombongan Renjun sampai di villa hampir menjelang tengah malam.

"Anjir gelap banget, koh", adu Haechan.

"Penakut", sarkas Yangyang.

"Hayo loh, nanti ada mbak kun nempel ke lo. Mereka suka yang penakut kek lo", ceplos Jaemin.

"Jaga omongan kalian di sini", tegur Jeno. Memang di antara mereka, Jeno lah yang paling dewasa. Inilah yang membuat mereka mengagumi Jeno.

"Turunin barang. Kita istirahat", kalimat singkat yang meluncur dari bibir Yangyang membuat mereka menghembuskan napas pelan.

"Gak usah ngeluh. Kamar udah disiapin, jadi tinggal pake aja", ucap Renjun datar.

Dengan malas mereka kemudian menurunkan semua barang bawaan. Untungnya barang yang mereka bawa tidak banyak.

Tak lama, mereka pun memasuki villa yang sudah disewa Renjun. Villa itu terbilang luas, sangat luas malahan. Terdiri dari 4 lantai dan 1 lantai bawah tanah.

Desain villa itu mengandung unsur daerah Cina yang sangat kental. Hawa di sekitar villa terasa sangat dingin. Bahkan mereka memakai jaket sebanyak 2 lapisan. Tapi rasa dingin itu masih bisa mereka rasakan.

***

"Kalian pilih aja kamarnya. Gua saranin lantai 2 sama lantai 1. Jangan pake lantai lain. Lantai 2 ada 5 kamar. Lantai 1 ada 3 kamar. Gua pake yang di lantai 1", jelas Renjun.

"Bentar, koh. Jadi, kita dapet masing-masing 1 kamar?" Renjun mengangguk. Jaemin yang mendapat anggukan memajukan bibirnya.

"Kenapa lo?" sewot Haechan melihat bibir Jaemin yang dimajukan.

"Gua maunya ditemenin. Gak mau sendiri pokoknya", rengek Jaemin.

"Ya udah. Lo sama gua aja, Jaem", singkat Haechan langsung menuju kamar pilihannya di lantai 2 sambil menarik Jaemin.

Mereka hanya menatap datar adegan tidak berfaedah tersebut. Jeno kemudian menyusul Jaemin dan Haechan ke lantai 2.

"Yang, lo ngerasain gak?" tanya Renjun serius.

"Hm. Lo jangan panik atau takut. Nanti mereka ke sini", ujar Yangyang dengan raut wajah yang sulit diartikan.

Renjun hanya mengangguk pelan. Dia hanya bisa berdoa, kalau liburannya kali ini tidak akan hancur, seperti sebelumnya.

***

Tengah malam yang gelap gulita. Angin berhembus lembut. Malam itu sangat sunyi. Bahkan suara hewan malam pun tidak terdengar.

Bulan dan bintang berada di singgasananya. Menggantung di langit, mewarnai malam. Menemani dan menyaksikan semua yang terjadi pada malam hari.

"Jaem, lo ngerasa sesuatu gak?" ucap seorang pemuda memecah kesunyian malam.

"Gak tuh. Emang kenapa?" sahut Jaemin tanpa melihat lawan bicaranya.

"Hawanya gak enak. Sepi banget lagi", jawab Haechan.

Jaemin tidak menanggapi perkataan Haechan. Dia terlalu fokus dengan gadget yang di tangannya.

Haechan yang diabaikan pun mengedikkan bahunya. Dia pun mulai menutup matanya, beranjak ke alam mimpi.

"Ck. Gak usah ganggu, Jaem", tegur Haechan. Dia merasakan sebuah tangan meraba kakinya.

"Jaemin, jangan jail!" kesal Haechan saat selimutnya ditarik paksa. Namun, tak ada sahutan. Karena penasaran dia pun membuka matanya kembali.

"Jaemin! Jaem! JAEMIN LO DI MANA?! GAK LUCU TAU JAEM!" teriak Haechan saat tak mendapati Jaemin di kamarnya.

Karena panik, dia pun langsung melompat dari kasur. Melesat pergi ke luar kamar.

The Villa | Strange Holiday (END)Where stories live. Discover now