Part 38

5 3 0
                                    

Beberapa menit yang lalu bel pulang sudah berbunyi. Disinilah aku berdiri di depan gerbang sekolah menunggu pak Asep. Tidak lama itu Vera berjalan melewatiku aku segera meraih lengannya. Dia menoleh dan menatapku tidak suka.

"Ver kamu kenapa?"tanyaku langsung padanya.

"Gak kenapa-kenapa,"jawabnya ketus.

Dia kembali berjalan meninggalkanku tetapi aku kembali meraih lenganya dan membuat dia diam di tempat.

"Aku gak percaya, sebenarnya apa yang terjadi setelah kejadian itu?"tanyaku lagi.

"Ah! Lo pura-pura lupa! Gue benci sama lo,"ucapnya dengan nada kasar.

"Ada apa? Kenapa?"ucapku benar-benar tidak mengerti.

"Reno suka sama lo, bukan gue. Dan yang lebih bikin gue sakit ternyata lo juga suka sama dia."

"Ver gue bisa jelasin, ini gak seperti yang lo pikirin."

"Munafik lo,"ucapnya dengan menghempaskan tangganku.

Vera cepat-cepat melangkahkan kakinya pergi meninggalkanku. Aku diam memikirkan perkataanya. Karena memang benar apa yang sudah dia katakan.

Detik itu juga tetes demi tetes air hujan turun membasahi seragamku aku segera berlari masuk kembali ke dalam sekolah.

"Aku yang salah,"ucapku. "Kenapa aku bisa menyukainya dan melukai Vera?"sambungku.

Aku berbicara pada diri sendiri di sekolah yang hampir tidak ada lagi siswa siswi. Sampai suara teriakan yang memanggil namaku.

"Talia!"

Aku menatap Reno yang mendekatiku.

"Reno, kamu belum pulang?"tanyaku.

"Belum, kamu sendiri?"

"Masih nunggu pak Asep,"jawabku.

"Mau aku antar?"

"Gak deh, ini masih hujan Ren,"ucapku.

"Iya juga sih."

Reno terdiam disebelahku tidak ada yang memulai pembicaraan. Kami berdua sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai Reno memulai pembicaraan saat beberapa menit berlalu.

"Kamu masih inget kan waktu hujan itu?"tanyanya.

Aku menatap wajahnya lama seolah berpikir dan kemudian mengangguk.

"Iya inget kok, waktu itu aku nunggu pak Asep dan kamu ajak aku pulang naikin motor,"jelasku padanya.

"Iya betul, apalagi ketika aku liat kamu dan panggil dengan sebutan 'hey' terus kamu marah-marah."

"Ya aku gak suka aja waktu itu, apalagi aku kan gak kenal sama kamu Ren,"jawabku.

"Iya Ta, tapi sekarang kenal kan?"

Aku hanya menjawab dengan senyuman.

"Ohya, besok kamu sibuk gak?"tanyanya.

"Gak kok, kenapa?"

"Ada yang mau aku bicarain, besok aku tunggu di cafe Indah jam 2 siang."

"Oke,"jawabku.

Hujan mulai reda tetapi tidak ada tanda-tanda pak Asep akan datang. Aku hanya terdiam sesekali melihat tetesan air yang mulai melambat.

"Talia liat itu,"tunjuk Reno keatas.

Aku mengikuti perintah Reno dan melihat keatas. Terlihat pelangi yang begitu indah aku pun tersenyum.

"Bagus banget ya Ren,"ucapku.

"Iya Ta, indah dan cantik."

"Hehe,"aku hanya menjawab dengan tawa.

"Kaya kamu,"sambung Reno.

Aku refleks menatap kearahnya dan Reno sedang menatapku juga. Kami berdua saling menatap untuk waktu yang lama sampai terdengar bunyi klokson.

Tin.. tin..

Aku mulai tersadar dengan apa yang telah aku lakukan.

Kenapa jantungku rasanya berdetak begitu cepat,batinku.

Reno melihat kearah mobil hitam yang membunyikan klakson dan menatap kearahku lagi.

"Ta itu jemputan kamu udah datang,"ucapnya.

"Iya Ren, aku pulang dulu."

Sebelum aku keluar dari gedung sekolah, Reno membuka jaketnya dan menutupi kepalaku dan kepalanya melewati rintikan hujan. Awalnya aku terkejut tetapi aku segera melangkah bersamanya menuju mobil. Aku masuk ke dalam mobil dan membuka kaca mobil.

"Makasih,"ucapku.

Reno tersenyum. "Iya Ta, sama-sama. Jangan lupa besok,"ingatnya.

"Iya, aku pulang,"

"Hati-hati,"

Pak Asep segera menjalankan mobil. Aku melambaikan tangan pada Reno. Rasanya seperti mimpi, Reno bisa begitu romantisnya dengan menjadikan jaket sebagai payung untuk membuatku tidak basah.

Jantungku berdetak begitu cepat tidak seperti biasa.

Sepertinya aku benar-benar menyukainya,batinku.

Aku telah sampai dirumah dan segera masuk ke dalam kamar. Karena aku tahu mama dan papa belum pulang.

Sekarang aku berada dikamar dengan memakai pakaian sehari-hariku. Aku masih saja memikirkan tentang Reno karena dia selalu ada dipikiranku sampai terdengar suara dering ponselku.

Drat drat

Aku menjawab panggilan dari Nesa.

"Halo Ta,"ucapnya disebrang telvon.

"Halo Nes, ada apa?"

"Besok disekolah gue mau minta tolong, lo bisa kan ketemuan di taman belakang?"

"Oh ok,"jawabku.

Sambungan terputus aku meletakkan ponselku di atas nakas.

"Kenapa Vanesa mengajakku bertemu?"tanyaku pada diri sendiri.

Aku tidak memperdulikan itu, aku beranjak dan menuju ke ruang makan untuk makan malam.


*****

Maaf typo.
Maaf jadi gakjelas ceritanya.
Next ya...
Jangan lupa komen and vote

HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang