Part 33

37 10 7
                                    

Tepat sesudah sholat isya, kami semua menuju meja makan untuk makan malam. Kami semua berada di meja makan tidak sabar untuk makan malam.

Aku menatap cemburu melihat Reno yang begitu memanjakan Vera. Karena lengan vera terluka, jadi dia tidak bisa makan. Lantas Reno yang menyuapi Vera makan.

"Ngak perlu Ren, aku bisa kok."

"Bisa gimana? Tangan kamu masih sakit, biar aku yang suapin. Jangan nolak,"ucap Reno.

Vera begitu bahagia, tentunyaa dia tidak mungkin menolak lagi. Apalagi jika dia akan disuapi oleh Reno. Ini adalah hal yang memang selalu ditunggu oleh Vera.

Aku hanya bisa diam menyaksikan adegan romantis, entah kenapa aku benar-benar terluka melihat mereka berdua.

Selesai makan kami menuju ruang tv untuk menyaksikan sinetron sambil bercerita-cerita karena besok kami akan kembali pulang.

Reno berada di dekat Vera, dia tidak henti-hentinya mengajak Vera bercerita. Padahal biasanya dia akan selalu diam. Aku hanya bisa diam menyaksikan keduanya, hanya Roy yang sesekali mengajakku berbicara walau sebenarnya aku tidak ingin.

Setelah larut malam, kami semua masuk ke kamar masing-masing untuk segera tidur. Dan bersiap-siap untuk pulang besok.

"Cie yang sudah mulai dekat sama Reno,"ucapku mengejek Vera.

Vera tidak marah, dia hanya tertawa sambil terenyum begitu bahagia.

"Semoga kalian cepat jadian ya,"ucapku.

"Amin, makasih ya Ta. Ini semua karena kamu, tanpa kamu ngak mungkin aku bisa sedekat ini sama Reno,"ucap Vera.

"Ini semua takdir Tuhan Ver,"ucapku.

Vera tidak henti-hentinya tersenyum dan tertawa jika aku membahas tentang Reno. Sampai akhirnya kami tertidur pulas.

Paginya kami semua pergi untuk pulang ke rumah masing-masing. Aku mengantarkan Vera terlebih dahulu. Biasanya Reno akan diam tetapi berbeda untuk hari ini.

"Hati-hati ya, jaga kesehatan. Aku pulang,"ucap Reno.

"Iya Reno,"ucap Vera begitu bahagia.

Setelah mengantarkan Vera aku mengntarkan Reno. Tidak butuh waktu lama, akhirnya aku sudah sampai di depan pekarangan rumah Reno.

"Mau mampir ngak?"tanya Reno.

"Ngak deh, mau langsung pulang. Salam buat Bunda dan Ayah, dan oh ya bilang juga sama kak Roy aku duluan,"ucapku.

"Apan sih harus bilang sama Kak Roy, emang dia pacar kamu,"ucap Reno sedikit kesal.

"Ya bukan gituh, kamu aja tadi baik banget sama Vera. Masa aku ngak boleh baik sama kakak kamu,"ucapku.

"Terserah deh,"ucap Reno segera keluar dari dalam mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah.

Aku segera menyuruh Pak Asep untuk segera pulang. Sesampainya di rumah Mama dan Papa belum pulang. Tetapi aku tidak menghiraukannya, aku segera masuk ke dalam kamar.

"Apa yang dilakukan Reno, kenapa dia marah saat aku beebicara tentang Kak Roy, padahal dia juga baik banget sama Vera,"ucapku pelan.

Aku merebahkan tubuhku di ranjang sambil menatap langit-langit kamarku. Memikirkan hal yang baru aku alami. Saat tiba-tiba Reno menjadi baik dan sangat memanjakan Vera saat di Vila. Bahkan Reno merasa takut kehilangan Vera.

Aku kesal mengingat kejadian kemarin, dengan perasaan kesal aku membuang bantal yang ada di sampingku dan mengenai sebuah gelas yang ada di nakas dan terjatuh.

Aku hanya terdiam melihat gelas itu yang sudah pecah. Aku benar-benar kesal. Bahkan aku tidaj berniat memanggil Bi Ayem, aku malah menutupkan mata.

Tetapi sayang. Saat bangun dari tidur. Aku tidak menyadari bahwa tadi aku baru saja memecahkan gelas dan aku mengijak pecahan gelas itu dan membuat kakiku berdarah.

"Bibi!!"ucapku berteriak.

Bi Ayem segera menuju kamarku dan terkejut melihat keadaanku sekarang dengan penuh darah. Bahkan ranjangku juga sudah berubah menjadi merah karena darah yang keluar dari kakiku. Bi Ayem segera mengobatiku dan membersihkan darah di ranjangku.

Aku hanya diam dengan menahan sakit, saat bi Ayem mengobati kakiku.


***

Typo ada dimana-mana.

HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang