Part 16

23 20 1
                                    

Hari-hari terus berlalu, tepat hari ini hubungan Reno genap satu bulan. Aku sudah membuat rencana dengan Vanesa. Hari ini mereka bertemu di sebuah taman kota untuk merayakan hari jadinya. Aku ikut menemani Reno, karena ingin melihat apa yang akan terjadi nanti.

"Lo kenapa harus ikut sih Ta?"tanya Reno.

"Ngak apa-apa sih Ren, ngak boleh banget gue ikut."

"Ya, bukan gituh."

Akhirnya kami berdua sampai di taman kota, Reno memarkirkan motornya terlebih dahulu. Sekarang kami berjalan menghampiri keberadaan Vanesa.

Kami berjalan beriringan, aku melihat penjual eskirim, jadi tidak melihat bahwa Reno berhenti tiba-tiba. Dan membuatku menabrak tubuh tegap Reno.

"Kenapa Ren?"tanyaku tanpa melihat kearah Reno.

"Talia, itu Vanesa,"tunjuk Reno.

Aku melihat Vanesa dan seorang pria, aku terkejut dan menatap wajah Reno.

"Apa-apaan ini, siapa dia,"ucap Reno kesal.

Reno sangat marah melihat Vanesa sedang duduk berdekatan dengan seorang pria. Dia segera menghampiri Vanesa, dan aku hanya ikut dibelakangnya

"Apa-apaan ini, kenapa kamu dengan dia,"ucap Reno setelah sampai dihadapan Vanesa.

Vanesa dan seorang pria itu terkejut, lalu aku hanya diam tanpa berkata apapun.

"Dia pacar aku,"ucap Vanesa yakin.

"Pacar! Lalu aku siapa kamu?"

"Kamu hanya mantan, hari ini juga aku minta putus!"

"Tidak bisa! kamu tidak bisa memberi keputusan sepihak,"ucap Reno kesal.

"Apa maksud anda, pacar saya sudah tidak mau lagi dengan anda!"ucap seorang pria itu yang bernama Alex.

"Kenapa? Kamu takut dia masih memilih saya,"ucap Reno.

"Aku tidak akan memilih kamu lagi!"ucap Vanesa seraya mendorong Reno.

Reno sangat marah dia tidak membalas mendorong Vanesa melainkan memukul Alex.

Brak!

"Apa-apaan kamu!"ucap Vanesa.

Alex tidak mau kalah, dia kembali membalas pukulan Reno. Dan akhirnya mereka berdua saling pukul. Aku hanya diam menyaksikan ini semua. Sampai akhirnya mereka babak belur.

Aku menarik lengan Reno dan mengajaknya pergi meninggalkan taman kota. Reno mengendarai motornya dengan kencang. Sampai aku harus berpegangan pada jaketnya. Hingga kami berhenti di sebuah danau yang tidak jauh dari sekolah.

Reno berjalan mendekati danau, dan turun kedalam air. Makin lama makin jauh, aku segera berlari mengejarnya dan menarik lengannya untuk ketepian.

"Kenapa kamu Ren, kenapa seperti ini?"tanyaku.

"Biarkan aku Ta, biarkan aku."

"Apa!! Biarkan kamu dimakan buaya,"ucapku.

Reno menatapku lalu kemudian meneteskan air mata.

Reno menangis?tanyaku dalam hati.

Reno duduk di rumput yang berada dipinggiran danau. Aku menyentuh bahunya dan berusaha menenangkan dirinya.

Maafkan aku Ren, sesakit itukah hatimu sekarang. Tetapi aku pastikan kamu pasti akan bahagia,batinku.

"Ta, aku tidak pernah menyangka jika Vanesa seperti ini. Dia sama saja seperti dulu, tidak pernah berubah Ta,"ucap Reno.

"Ren kamu harus sabar, mungkin dibalik ini semua ada kebahagiaan yang akan menjemputmu."

"Apa Ta? Kebahagiaan seperti apa? Aku sangat mencintai Vanesa, tetapi setega itu dia memperlakukan aku. Bahkan dia sudah dengan pria lain,"ucap Reno masih dengan meneteskan air mata.

Dia ini pria atau wanita? Kenapa cengeng sekali,batinku

Reno menutup wajahnya dengan kedua tangan lalu tiba-tiba membukanya lagi dan berteriak.

"Aaa!!!!!!"teriak Reno

Aku begitu tidak tega melihat apa yaag terjadi dengan Reno. Aku kembali memegang bahu Reno, berusaha menenangkan dirinya.

Reno menatapku lalu menghapus air matanya.

"Apakah aku tidak pantas dicintai Ta?"tanyanya padaku.

Aku menggelengkan kepala.

"Tentu tidak, kamu sangat pantas untuk dicintai. Kamu harus bisa membuka mata, bahwa ada yang mencintai kamu lebih dari segalanya,"jelasku.

Reno meraih tanganku dan menggenggamnya.

"Terima kasih."

Aku mengerutkan kening saat tiba-tiba Reno berubah seperti biasa. Tetapi walau seolah seperti biasa, aku masih bisa melihat rasa sakit hati itu di dalam diri Reno.

"Sudahlah Ren, kamu harus sabar. Lupakan Vanesa, masih banyak wanita di dunia ini,"ucapku lagi.

"Kamu benar Ta, bodoh jika aku berlarut-larut bersedih demi orang yang tidak memperdulikan aku."

Aku sedikit tersenyun, walau masih terasa sakit di hati. Reno berusaha menunjukan ketegarannya, walau aku tahu dia baru saja menangis.

Setelah Reno sedikit tenang, kami pun memutuskan pulang. Padahal hari ini adalah hari jadi satu bulan Reno dan Vanesa, tetapi dia harus menerima kenyataan itu.

Sekarang aku berada di rumah, saat Reno sudah benar-benar membaik. Walau aku tidak tahu pasti apa yang akan terjadi. Di rumah aku menunggu seseorang menelvon, dan tidak lama itu akhirnya dia menelvonku juga

"Aku sudah melakukan semuanya,"ucapnya di sebrang telvon.

"Bagus,"ucapku.

"Kapan bayaranku?"

"Hari ini juga, aku akan transfer uang ke rekening kamu dengan jumlah yang sangat banyak. Terima kasih sudah membantuku, jangan ceritakan pada siapapun termasuk Reno."

"Baiklah, itu mudah. Jika masih membutuhkanku, kabari saja."

"Iya,"ucapku.

Sambungan terputus, dan setelah itu aku menepati janjiku untuk mentransfer uang dengan jumlah yang sangat besar.

Tenang saja, aku akan buat kamu bahagia bersama Vera bukan Vanesa,batinku yakin.

***

HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang