61. kantor jadi hancur

Start from the beginning
                                    

"Gak mahal-mahal kok dad, apa gess?"

"Om ada blackcard?" Mereka mengatakan dengan kompak dan juga bernada sama seperti yang mereka lihat di tiktok akhir-akhir ini

"Ha?"

"Ada kan dad?" Tanya Zia memasang wajah imutnya juga memelasnya

"Belum buat, minta di Jane semua ATM daddy pengganti blackcard, nanti kita buat yah blackcard untuk Zia. Zio teman in Zia dan turutin apa mau nya" Zia jika sudah di beri sedikit kebebassan dan celah, semakin menjadi-jadi sifatnya yang seenak-enaknya

"Babu, ambilin gue, teman-teman gue dan tante-tante gue minum" suruh Zia pada Zio

"Zia! Gue abang lo"

"Dad, Zio gak mau turutin kemauan Zia"

"Zio"

"Dad! Tapikan Zio abang"

"Makanya lain kali jangan buat adek nya nangis, untuk hari ini kamu yang jadi adek dulu, kalau Zia rewel karena kamu gak turutin kemauannya, kamu yang diamin yah daddy gak bisa lagi kalau Zia rewel lagi"

"Aishh, fine! Hari ini aja, awas lo besok" Zia tersenyum mengejek dan memasang muka sombongnya sambil memutar kursi yang dia duduki

"Eh iya baru sadar, lo kenapa bisa disini? Minta ganti kartu akses? Ntar minta di tante jane aja" ucapnya pada Riki yang sedari tadi masih memerhatikan mereka

"Dia Riki, anak rekan bisnis daddy. Kesini karena mau bahas proyek yang seharusnya di rapat in tadi, tapi karena kamu nangis jadinya Riki bahas sama Daddy berdua. Dan Zia yang sopan, dia lebih tua 3 tahun di atas kamu" Zia hanya menyengir tanpa meminta maaf karena tidak sopan dengan orang yang ternyata anak rekan daddynya

"Ini tuan putri" Zio menaruh gelas minum milik Zia sedikit kasar dan tersenyum paksa

"Thankyou pembantu" Zio tersenyum mencoba untuk sabar, rasanya dia ingin menjitak kepala adiknya ini, di kasih hati minta nya jantung, empedu, usu besar, usus kecil, ginjal dan organ lainnya

"Zia main di luar yah, daddy mau rapat"

"Yaudah kita main di luar dulu, habis itu ntar kita ke mall rampok atm daddy" Zia mencium pipi kiri Reldi dan mengajak teman-temannya juga teman-teman Zio dan tante nya untuk bermain di luar saja

"Jadi mau main apa?" Tanya Audri pada mereka semua, yah jangan salahkan mereka jika masih ingin bermain, mereka kan masih kecil

"Kita main petak umpet, tapi hanya boleh di lantai ini aja, jangan lantai bawah kejauhan" usul Zizi, para wanita termasuk tante-tante zizi mengangguk setuju sedangkan yang cowok hanya menatap mereka aneh

"Kayak bocah" cibir Farel teman Zio yang yang lebih tua hanya setahun dari Zio

"Tau nih, kayak bocil main petak umpet" timpal teman Zio yang bernama Daniel, lebih tua 2 tahun dari Zio

"Monmaap nih, kalau lo pada lupa kita emang masih bocah atau bocil, umur 15 tahun dan kita bisa SMA juga karena ikut kelas akselerasi. Intinya lo pada ikut gak?! Kalau nggak gue laporin daddy" ancam Zia pada saudara kembarnya juga dua teman saudara kembarnya

"Anjirr lah yaudah, kuy"

"Hompilah hom pimpa dulu, yang beda sendiri itu yang jaga"

Mereka mulai 'hompilah hom pimpa' yang mereka maksud untuk menentukan siapa yang menjadi jaga, setelah beberapa kali melakukan 'hompilah hom pimpa' akhirnya Audri yang beda sendiri dari mereka dan dia lah yang berjaga

"Ingat yah lantai ini aja, awas ada yang curang" semua mengangguk, Audri mulai menutup matanya menggunakan tangannya, menyender pada dinding dan mulai menghitung

I'M FAKE NERDWhere stories live. Discover now