21

842 120 15
                                    


Draco POV

Setelah ayah ku di penjara, hari hari ku semakin berantakan. Tidak se berantakan dulu, dimana aku hanya menikmati hidup tanpa punya beban sama sekali. Namun, aku sebagai anak satu satu nya harus membanggakan orang tua ku bukan? Ya, dengan mengikuti jejak ayahku, mungkin dia akan bangga dengan ku.

Aku bercerita kepada Pansy, Thomas dan dua anak bodoh itu. Aku memberinya pertanda bahwa mungkin saja tahun depan aku tidak lagi melanjutkan sekolah disini. Tugas utama ku adalah membunuh nya, itu lah yang di perintahkan Dark Lord untuk ku. Dia mempercayaiku, aku harus membuktikan nya, dan membebaskan ayah ku dari azkaban.

"Mr. Malfoy?"

Aku mendongkak dan melihat siapa yang memanggil ku. Dan ternyata itu adalah professor Slughorn.

"Kau tidak mengerjakan ramuan nya?" Tanya nya dengan santai. Aku hanya mengangguk dan mengerjakan ramuan ini.

Pikiran ku terbagi bagi, aku tidak fokus untuk mengerjakan ramuan ini. Tidak biasanya seorang Draco Malfoy tidak bisa mengerjakan sesuatu. Aku menghela napas, dan mencoba fokus.

"Okay class, waktu sudah habis. Mari kita lihat siapa yang berhasil membuat ramuan nya" ucap professor Slughorn.

Dia mengelilingi setiap meja, dia hanya melirik meja ku dan menggeleng kepala nya. Dia tau bahwa aku belum selesai, bahkan masih tahap awal.

"Aku memberi selamat untuk Harry, karna hasil nya yang memuaskan! Tepuk tangan untuk Harry!"

Harry, anak sialan itu yang mengacaukan semua nya. Dia juga salah satu faktor mengapa ayahku berada di azkaban.

Kelas Professor Slughorn sudah selesai, aku dengan terburu buru membereskan barang ku dan pergi meninggalkan kelas itu.

"Draco!"

Aku menoleh dan mendapati Pansy disana. Dia menghampiriku,

"Kau ingin kemana?"

"Taman"

"Boleh aku ikut dengan mu?"

"Tidak"

"Ayolah, ku lihat wajah mu semakin hari semakin berantakan saja, aku hanya ingin menghibur mu Draco, apa aku salah?"

"Sorry Pansy, tapi aku butuh waktu sendiri."

Ucap ku lalu meninggalkan Pansy begitu saja. Bohong, aku tidak ingin sendiri. Jelas jelas sekarang taman adalah tempat favorit ke dua ku di sini. Kenapa? Karna itu adalah tempat dimana Liana selalu menyendiri.

Aku sudah di taman dan tidak menemukan sosok yang ku cari. Biasanya dia selalu duduk di bangku itu, bangku dimana aku menemukan nya tertidur, bangku dimana aku mengajak nya berdansa, bangku dimana aku mencium nya. Aku terkekeh saat menginat momen ku bersama nya. Sungguh, ini sangat aneh tapi aku sangat menyukai nya.

Aku duduk di bangku itu dan membaca buku yang barusan ku pinjam dari kelas ramuan. Saat sedang fokus membaca dan memahami isi dari buku tersebut, tiba tiba ada seseorang yang menutup mata ku. Aku tersenyum lebar saat aku bisa mencium aroma khas dari tubuh nya.

"Liana, kalau kau ingin susah di tebak, pakai lah parfume yang lain" ucap ku sambil memegang tangan nya dan kuarahkan untuk memeluk leherku dari belakang.

Aku melihat kearah nya dan ternyata dia juga melihat kearah ku. Terlintas di pikiran ku untuk menjahili nya, aku mengecup bibir nya lalu menatap mata nya. Dia tampak malu, dan kesal. Pipinya memerah membuat dirinya terlihat sangat gemas.

Dia berdecak dan melepaskan pelukan nya lalu duduk di sampingku.

"Tangan ku berdarah, sakit sekali rasa nya" ucap Liana dengan nada yang dibuat buat seperti anak kecil. Aku terkekeh menatap nya yang sedang menunjukkan muka sedih nya.

MALFOYWhere stories live. Discover now