~6~

13 2 0
                                    

I did not know what to do, everything was unfamiliar
**

"Re, sini sebentar deh," pinta Doyoung yang tengah membongkar kardus Jere kembali.

"Apa sih, ini kalo ditinggal bakalan gosong," tolak Jere dengan sedikit berteriak karena ia tengah menggoreng telur dadar di dapur sedangkan Doyoung berada di ruang tv.

Sejak sebulan yang lalu, kardus berisi barang-barang dari Kanada kembali terabaikan karena Jere sibuk bekerja. Dia bahkan sering lembur dan kembali ke apartemen saat dini hari. Jika sudah begitu, ia terpaksa meminta seseorang yang masih ada di kantor untuk mengantarnya ke stasiun bawah tanah atau mungkin ia akan naik taksi.

Jere hampir bangkrut bila ia harus menggunakan taksi untuk pulang setiap harinya. Ongkos perjalanan untuk pulang tidak semurah itu, terkadang Jere meringis melihat isi dompetnya. Namun terkadang, Manajer Kim dan James sering memberikan tumpangan sampai Daechi-dong. Dengan begitu Jere hanya perlu berjalan kaki ke area Samseong-ro saja. Salah satu cara agar Jere menghemat pengeluaran.

"Aku menemukannya, Re!" ucap Doyoung seraya duduk ke kursi ketika Jere meletakkan sup rumput laut di hadapan Doyoung yang malah terdiam karenanya. "Siapa yang ulang tahun?"

Jere tahu kalau Doyoung tengah menatapnya intens dengan sendok yang menggantung di udara. Ia memilih untuk mengalihkan padangan dan berdehem pelan karena enggan menjawab pertanyaan dari Doyoung.

"Re, berhentilah. Sia-sia saja kamu merayakan ulang tahun Johnny. Keberadaannya sekarang saja tidak jelas."

"Jangan makan kalau begitu!" ancam Jere dengan tangan terulur untuk mengangkat kembali mangkuk sup itu. Namun Doyoung segera menahannya dan segera memasang senyum lebarnya agar Jere tidak marah.

Jere menyerah dan kembali duduk. Ia mengamati Doyoung yang mulai memakan supnya beserta makanan yang lain. Laki-laki itu tampak lahap sekali seperti tidak pernah makan saja. Mungkin saja sebulan kemarin saat di Kanada, ia makan makanan seadanya saja. Pasti jarang makan nasi dan lebih sering makan di luar. Ayah dan ibunya yang ada di Kanada sering memasak, tapi kalau Doyoung lebih sering bersama dengan Baekhyun maka lain cerita lagi.

"Tadi apa yang kamu temukan, Do?" tagih Jere kembali mengenai ucapan Doyoung yang mengatakan telah menemukan sesuatu.

"Ah, berikan tanganmu," perintah Doyoung dengan mulut yang penuh akan makanan.

Tangan Doyoung tampak merogoh saku celana dan sibuk mencari sesuatu di dalam sana. Sedangkan tangan satunya meraih tangan Jere untuk mendekat. Beberapa saat kemudian, di telapak tangan Jere terdapat sebuah kalung yang selama ini Jere cari. Kalung itu tampak sangat sederhana karena hanya terdapat inisial Jere di sana. Huruf 'J' denga ukiran huruf 'r' yang tampak samar bila dilihat sekilas.

Jere memandangi kalung tersebut dengan bibir yang menipis. Kalau kalung ini hilang kemungkinan besar Jere juga tidak akan peduli lagi. Terlalu tua dan kalau dijual tidak akan mahal karena ia tidak memiliki sertifikatnya. Jadi, akan semakin sulit untuk mendapatkan uang dari barang itu. Huh, menyebalkan.

"Mungkin kotakmu itu tumpah saat kamu letakkan dalam kardus," jelas Doyoung yang kembali makan dengan lahap.

Jere hanya melirik Doyoung sekilas dan kembali mengamati kalung di tangannya. Kalung yang langsung Jere pakai ini tidak ada makna istimewa dari keberadaannya. Hanya saja Jere sudah terbiasa memakainya sejak kecil dan terasa aneh jika tidak ia pakai. Bahkan beberapa kali Jere memperbaikinya karena tidak muat di lehernya.

"Kamu libur kan hari ini?" tanya Doyoung yang dijawab dengan anggukan, Jere menatap Doyoung dengan mulut penuh dengan makanan. "Ayo belanja, stok permen jelly-ku habis sejak dua minggu yang lalu."

A Song Written Easily 🎶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang