~1~

119 18 28
                                    

Pop rocks, strawberry, bubble gum
**

Entah kenapa, matahari begitu mengganggu di pagi hari. Walaupun Jere telah berencana bangun pagi, tapi nyatanya dia masih enggan membuka mata. Beberapa kali Jere berdecak menganggap sinar matahari tidak sopan masuk ke dalam kamarnya.

Tunggu. Bukankah sekarang Jere tidak lagi berada di rumah.

Jere membuka matanya perlahan. Ujung matanya melirik sekeliling kamar yang ia tempati tidur semalam.

Ah, benar. Ini kamarnya juga. Sudah lama ia tidak menempati kamar ini. Bila dihitung bulanan, mungkin 12 bulan sudah Jere tak tidur di kamar kesayangannya.

Tangan Jere dengan lihai mengikat rambut panjangnya. Seingat Jere, sebelum tidur ia sudah mematikan lampu. Ia harus tidur dalam keadaan lampu mati. Jika tidak maka ia akan kesulitan tidur, bukan tidak bisa tidur.

Jere keluar kamar dengan sesekali menguap. Dia menghampiri satu pintu yang terbuka lebar. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah seorang laki-laki mengenakan kaos panjang biru laut dengan celana kain pendeknya memandang komputer dengan serius.

Kepala Jere hanya melongok ke dalam tanpa ada niat mengatakan sepatah katapun. Ia hanya ingin mengamati saja.

"Do, mau aku buatkan teh atau kopi?" tanya Jere tanpa mengubah posisinya.

"Loh Re, udah bangun?" Tangan laki-laki itu membuka bungkus plastik dan memasukkan isinya ke dalam mulut.

Jika sudah begini, Doyoung pasti dalam mode mumet atau sulit diganggu. Terlebih dengan Doyoung yang makan permen jelly di pagi hari.

Jere memilih berjalan menuju dapur untuk membuatkan sesuatu untuk mereka berdua. Sebuah kardus terbuka lebar sejak kemarin di atas meja makan. Niat Jere akan menatanya hari itu juga, namun niatnya terkendala kata malas. Dia sangat ingin menikmati waktu luangnya sebelum waktu sibuknya datang.

"Teh buat kamu." Jere meletakkan secangkir teh dihadapan Doyoung.

Sedangkan ia berjalan menuju sofa single tepat di samping meja komputer. Doyoung tampak meregangkan badannya hingga menimbulkan beberapa suara yang membuat Jere ngilu.

Belum sempat Doyoung meraih sebungkus permen jelly terakhirnya, Jere lebih dulu merebut dan memasukkan paksa ke dalam laci meja.

Tidak peduli bagaimana Doyoung menatap Jere sengit, yang terpenting Doyoung tidak terlalu banyak mengonsumsi gula.

"Kamu yang nyalakan lampu kamarku?" todong Jere langsung ketika Doyoung menyeruput teh hijau hangat buatan Jere.

Doyoung hanya mengangguk dan kembali menatap komputer. Dia beberapa kali memencet tombol dan Jere tahu laki-laki itu tengah mematikan komputer.

Tidak ingin memperpanjang masalah, Jere memilih mengamati kembali ruangan ini. Tampak berantakan. Sungguh membuat mata siapapun akan sakit bila melihatnya.

"Mau kemana hari ini? Sampai memintaku membangunkanmu," kata Doyoung seraya menumpuk tiga buku di atas meja dan meletakkannya di rak sisi kanannya.

Kamar ini, ah tidak. Ruangan ini adalah ruang kerja Doyoung. Dinding sisi kanan berisi rak buku yang penuh dengan koleksi referensi Doyoung untuk bekerja. Dinding sisi kiri beralih fungsi bak papan tulis yang bisa dihapus kapan saja. Sekarang pun sudah penuh dengan coretan.

A Song Written Easily 🎶Where stories live. Discover now