nihil

2.3K 223 6
                                    

Doyoung duduk di sofa. Mata kelinci itu terpejam, ada sebutir keringat mengaliri dahi dan pipinya. Diraihnya air minum di atas meja di hadapannya dan ditandasnya dalam sekali tegukan. "Kau lelah, Doyoung-ah?" Tanya suara familiar yang dirasanya turut mendudukkan diri di sisi sofa yang kosong.

Doyoung membuka mata, bertemu dengan manik coklat Hyunsuk yang menatapnya dengan sorot khawatir. Doyoung menggeleng, "Tidak, hyung hanya sedikit frustasi. Jadwal kita akhir - akhir ini berantakan sekali."

Hyunsuk tersenyum tipis, tangannya terulur untuk mengusap surai merah Doyoung. Maknae kesayangannya itu rupanya stres, batin Hyunsuk sedikit bangga namun juga sedih.

"Kau sudah besar, sekarang bisa stres juga rupanya." Ejek Hyunsuk.

Doyoung memajukan bibirnya dan bersandar lagi ke punggung sofa. "Kenapa jadwal kita begini..." gumam Doyoung yang masih mampu ditangkap oleh indra pendengaran Hyunsuk.

"Kau tidak ingat manajer kita resign karena masalah?" sahutnya sambil menatap Doyoung aneh. Bunny Maknae satu ini amnesia atau benaran bodoh?

Doyoung natap Hyunsuk selama beberapa saat lalu nepuk dahi, dia lupa akan hal itu. Pikiran Doyoung hanya dipenuhi dengan omong kosong dari hatinya yang memaki dirinya sendiri karena melakukan kesalahan saat perform tadi.

"Menurutmu, apakah ada yang akan mau menjadi manajer kita lagi? Maksudku, tentunya yang tulus dan tidak mempunyai motif tersembunyi lagi." Doyoung hanya mengendikkan bahu mendengar pertanyaan Hyunsuk, sejujurnya dia berharap akan mendapat manajer yang baik dan tulus juga.

"Yang terpenting, dia itu sabar dan bertanggungjawab juga dapat dipercaya." Jawab Doyoung seadanya. Laki - laki jangkung itu menyunggingkan senyuman cerahnya yang disambut oleh Hyunsuk dengan senyuman sama cerahnya.

"Besok mari pergi ke tempat biasa bersama Rae hyung."





***



"Young, kau ingin ikut merokok?" Tanya Yoshi ketika melihat dongsaengnya itu datang dan duduk di sebelahnya. Doyoung menggeleng dan beranjak untuk ngambil minuman di bar.

Yoonbin yang berprofesi khusus sebagai bartender di hari weekend pada pub tempat markas Treasure.  Doyoung duduk di kursi kosong dan mensinyalkan ingin disajikan minuman dengan telunjuknya.

"Vodka Martini seperti biasa." Ucap Doyoung yang diangguki lelaki berpakaian serba hitam itu. "Bagaimana kehidupanmu, Doyoung-ah?" Tanya Yoonbin sembari mencampur beberapa bahan ke dalam gelas kecil.

Doyoung mengendikkan bahu, "Tidak ada yang menarik. Hanya saja sedikit ramai karena jadwal kita yang tidak tertata dengan baik, hyung." Yoonbin menaikkan alis, menatap Doyoung sekilas dengan tatapan penasaran.

"Tidak biasanya kudengar kau mengeluh karena jadwal yang berantakan," Doyoung tertawa hambar mendengar kata - kata Yoonbin. "Iya juga sih." Gumam Doyoung.

Yoonbin menuangkan campuran dari beberapa cairan yang dia racik ke dalam gelas kaca tinggi. "Memangnya kenapa? Aku 'kan, juga manusia."

Doyoung menghembuskan nafas kasar. "Manajer Go resign akhirnya, setelah terbukti kalau dia bersalah." Jawabnya dengan nada enggan. Sebenarnya dia sangat jarang bercerita mengenai masalahnya, namun jika dengan Yoonbin tidak bisa begitu. Laki - laki beraura dingin itu akan bertanya sampai Doyoung lelah mendengarnya.

"Akhirnya resign ya? Sejujurnya aku tidak terkejut, sih." Yoonbin menyeletuk yang dihadiahi tatapan tajam dari Doyoung. "Aku tidak akan sudi ditanggungjawabi oleh manajer buruk seperti dia. Lagipula dia sudah hidup tenang selama beberapa tahun karena kesalahan yang ditutupinya."

Yoonbin kemudian menyerahkan gelas yang berisi pesanan Doyoung beberapa menit yang lalu. "Ingin kucarikan? Seingatku ada yang akan mau jika kutawari." Tawar Yoonbin.

Doyoung cuma mengangguk sekilas dan mengeluarkan kartu bisnis milik HRD Treasure, Kak Taehyun. "Ini kartu bisnis untuk Asisten Go. Kau hubungi kesini saja jika sudah dapat orangnya."

Yoonbin menyunggingkan seringaian dan tangannya terulur untuk menerima kertas kecil dari tangan Doyoung.

"Baiklah. Jangan terlalu dipikirkan dan beristirahatlah dengan cukup, Doyoung-ah." Doyoung kembali menganggukkan kepala.

"Ah, aku hampir lupa." Tiba - tiba Yoonbin berdecak dan dengan panik merogoh sakunya. Doyoung berbalik untuk menatap gerak gerik sahabatnya yang sudah seperti kena tsunami selama dua dekade.

"Ini ada surat untukmu, tadi aku terima di depan pub." Yoonbin menunjuk ke arah pintu masuk pub dengan dagunya dan mengulurkan secarik surat kepada Doyoung. "Kenapa dia bisa tahu aku disini, hyung?" Tanya Doyoung dengan nada curiga tapi hanya mendapat hendikkan bahu dari yang lebih tua.

Laki - laki bersurai merah itu mengerutkan dahi namun akhirnya menerima surat tersebut. Dibukanya dengan rasa ragu, dia penasaran dengan isinya. Siapa yang mengirim surat padanya di pub?







"Doyoung,
I'm talking to you"





***





A/N: sweet scenario sama xihua cafe ga lanjut dulu, stres mikirin alurnya😭 ini sebagai selingan aja, 20 part an langsung tamat kok. Short story ! Enjoy xx

Tacet ; DoDamWhere stories live. Discover now