quattuordecim

883 128 15
                                    

Doyoung dan Yedam berjalan beriringan menuju ruang latihan. Keduanya sudah memakai pakaian ganti masing - masing dengan Yedam yang mengenakan kemeja merah lembut dengan bawahan celana hitam. Sementara Doyoung dengan hoodie dan celana trainingnya yang senada kembali.

"Yedam-ssi, kau dicari oleh Asisten Go." Ucap salah satu kru editing yang dititipi pesan oleh atasannya tadi. Yedam mengangguk dan segera berjalan menyusuri langkah terpisah dari Doyoung.

Doyoung yang mendengar percakapan itu pun menjadi sedikit penasaran. Ada apa? Apakah Yedam melakukan kesalahan?

Doyoung jadi khawatir.

Dia pun memutuskan untuk mengikuti Yedam dan berdiam diri di depan ruangan asisten manager divisi Treasure itu dengan tangan yang terlipat.

Doyoung tidak bisa menguping karena ruangannya tentu saja kedap suara.

Laki - laki bersurai merah itu menghela nafas panjang. Ya Tuhan, apa yang sudah dilakukan Yedam kepadanya hingga dia merasa seperti ini? Khawatir tanpa sebab yang jelas?

Yang benar saja, Doyoung tidak pernah peduli dengan orang yang baru dikenalnya.





"Yedam, aku ingin kau menyanyikan lagu demo ini." Kata Asisten Go tanpa basa - basi ketika Yedam sudah duduk dengan nyaman di seberang mejanya. Yedam mengernyit sekilas dan mengambil kepingan flashdisk super kecil yang diserahkan oleh atasannya.

"Aku tahu kau bisa menyanyi, dengan sangat baik." Yedam menggerutu dalam hati namun mengiyakan juga.

Dia kemudian mengambil mp3 player disaku celananya dan mencolokkan kepingam tersebut ke sana. Alunan melodi pun mulai menyapa gendang telinga Yedam ketika dia mencolokkan kedua earbuds pada telinganya.

"I'm going crazy!"

"Yah kurasa suaraku cukup cocok dengan lagunya." Ucap Yedam setelah selesai mendengarkannya. Asisten Go mengembangkan senyum penuh kepuasan dan meminta Yedam untuk mengirimkan recording-nya jika sudah selesai.

Yedam hanya bisa menganggukkan kepala. Memangnya dia akan menolak? Tentu saja tidak akan bisa.

Yedam keluar dari ruangan dan terdiam. Bagaimana jika para anggota Treasure mengetahui bahwa, ialah yang menjadi salah satu peneror mereka beberapa tahun lalu?

Meskipun sebenarnya bukan Yedam yang melakukannya, namun itu dikirim atas nama dirinya. Jadi mau tidak mau, Yedam menjadi kambing hitam karena jebakan orang tersebut.

"Ah, aku ingin hidup tenang..." Gumam Yedam yang didengar oleh orang disisinya.

"Yedam-ssi?" Panggil Doyoung pelan. Yedam berjengit kaget dan memegangi dadanya yang mengamuk massa. "Astaga, Doyoung!" Seru Yedam spontan.

"Kau rupanya belum ke ruang latihan?" Tanya Yedam setelah menenangkan dirinya beberapa saat. Doyoung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung harus menjawab apa.

Dia tidak mungkin menjawab membuntuti Yedam karena khawatir dengannya.

"Ah, itu... uhm, aku kira kau... uh, dipanggil karena bolos dari ruang latihan tadi... jadi aku ingin meminta maaf juga pada Asisten Go..." sahut Doyoung dengan sedikit terbata - bata.

Yedam tertawa pelan lalu tersenyum simpul pada laki - laki yang lebih tinggi itu, "Aku baik - baik saja, Doyoung-ssi. Tadi aku dipanggil masuk untuk membicarakan hal penting saja, bukan mengenai itu."

Doyoung mengangguk mengerti. Ia malu, namun tidak bisa bohong juga kalau merasa agak lega mendengar jawaban Yedam.

"Ayo ke ruang latihan. Mau bersama tidak?" Ajak Yedam dan berjalan mendahului Doyoung. Sementara laki - laki yang satunya tersenyum tipis dan mengangguk lalu menyusul manajer mungilnya.

'Tidak, Yedam-ssi. Aku ingin bersamamu lebih dari saat ini.'





"Hyung, kau sudah makan?" Tanya Haruto ketika sesi istirahat dari latihan para anggota Treasure tiba. Yedam yang sedang sibuk berkutat dengan laptopnya hanya menatap Haruto sekilas dan menggeleng. "Ah, aku lupa."

Dia bahkan lupa sudah waktunya makan siang.

"Hyunsuk hyung, lihatlah Yedam hyung lupa makan lagi!" Adu Haruto pada Hyunsuk yang sedang lesehan di tengah ruangan dengan minuman dingin di tangan kanannya.

"YAH, HARUTO!" Seru Yedam panik dan menutup mulut laki - laki yang lebih muda darinya itu dengan cepat. "Oke, oke! Aku akan makan, tapi biarkan aku menyelesaikan ini terlebih dahulu!" Yedam mencoba menenangkan Haruto.

Haruto menatap Yedam sesaat, tidak yakin dengan perkataan hyung-nya itu namun apa daya jika Yedam sudah berkata seperti itu. Ah, dia sudah sedikit mengenal karakter Yedam yang giat bekerja.

Tiba - tiba sebuah kotak kuning menyapa wajah Yedam. Dia mendongak dan mendapati sosok Doyoung yang mengetuk kotak itu dua kali lalu duduk di sisinya.

Haruto menyeringai, "Kau masih tidak mau makan walaupun itu adalah pemberian dari ultimate biasmu, hyung?" Yedam menangkup pipinya dengan kedua tangan, merasa malu karena dia seperti tertangkap basah meski semuanya sudah tau fakta itu.

Doyoung tertawa pelan, "Diamlah, Haru. Jangan buat Yedam menanggung malu, kau pergi sana. Sepertinya tadi Jeongwoo membutuhkanmu." Suruhnya dengan gerakan tangan mengusir.

Haruto berwajah masam dan berjalan enggan untuk menjauhi mereka.

Sementara Doyoung menghela nafas lega. Akhirnya pengganggu mereka sudah pergi.

"Kau ingin kusuapi, tidak?"




***





A/N: mau mleyot bye

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Jun 21, 2021 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

Tacet ; DoDamWo Geschichten leben. Entdecke jetzt