Bagian 14

87 31 59
                                    

SELAMAT MEMBACA

Ahsa mengangkat telepon itu dengan perasaan tak karuan. Ahsa takut sekaligus penasaran dengan orang yang menelepon dirinya. Ahsa berusaha berpikir positif akan hal itu. Seketika terdengar suara kendaraan yang berlalu-lalang mengisi telepon itu. Ahsa semakin penasaran dibuatnya.

"Halo."

"Siapa ya?"

"Coba tebak?"

"Siapa? Tukang cilok? Tukang bakso? Tukang batagor?"

"Sekalian aja tukang tikung!"

"Ya lagian pake tebak-tebakan segala. Siapa sih sebenarnya, gue nggak tahu?"

"Coba tebak lagi, tapi yang bener nebaknya!"

"Alam bukan?"

"Selamat kamu mendapatkan uang tunai sebesar 1 juta rupiah dipotong pajak! Tapi bohong!"

"Dasar batu kali!"

"Eh, apa? Batu kali? Wah, dasar bocah kagak ada akhlak, ya kayak gini."

"Berani ya lo ngatain gue bocah, lo aja yang ketuaan!"

"Lo kali yang kemudaan!"

"Udah ah, gue males ngomong sama batu!"

"Jangan ditutup dulu! Gue mau ngomong sesuatu."

"Apa?"

"Jangan dipotong dulu!"

"Iya, buruan!"

"Nggak jadi."

"Gimana sih. Ya udah gue tutup nih?"

"Iya."

Ahsa memutuskan panggilan dari Alam. Ahsa langsung saja menyimpan ponselnya di atas meja nakas. Ahsa membaringkan tubuhnya di kasur miliknya sambil berpikir perihal sesuatu yang akan dibicarakan Alam.

"Dasar aneh!" ucap Ahsa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Lelah dengan pikirannya, perlahan demi perlahan mata Ahsa mulai tertutup. Hembusan napas teratur  menandakan sang pemilik berada dalam alam mimpinya.

***

Setelah mengantarkan Ahsa pulang, Alam tidak langsung pulang ke rumahnya. Ia memilih untuk mampir ke warung yang berada tepat di belakang sekolahnya. Warung tersebut sudah menjadi langganannya semenjak ia pindah ke SMA Elang. Alam melepas helmnya lalu ia taruh  di jok yang tadi didudukinya. Entah dorongan dari mana, Alam merogoh ponselnya dari saku celananya lalu menelepon Ahsa. Beberapa menit kemudian, sambungan terhubung. Tak ada suara yang terdengar dari seberang sana. Alam memutuskan untuk membuka percakapan mereka.

"Halo."

"Siapa ya?"

"Coba tebak?" ucap Alam dengan senyum yang terukir di wajahnya.

"Siapa? Tukang cilok? Tukang bakso? Tukang batagor?"

Alam yang mendengar pernyataan Ahsa membulatkan matanya sempurna.

"Sekalian aja tukang tikung!" Alam menjawab dengan kesalnya.

"Ya lagian pake tebak-tebakan segala. Siapa sih sebenarnya, gue nggak tahu?"

"Coba tebak lagi, tapi yang bener nebaknya!"

"Alam bukan?"

"Selamat kamu mendapatkan uang tunai sebesar 1 juta rupiah dipotong pajak! Tapi bohong!"

2ADove le storie prendono vita. Scoprilo ora