11. Semalam di Rumah Rudi

7.2K 453 4
                                    

Suara mobil yang terdengar berhenti di garasi rumah, membuat aku terjaga dari tidur. Sesaat melirik jam di dinding. Sudah pukul tujuh malam. Ternyata hampir dua jam aku tertidur. Lumayan ... badan terasa lebih segar. Ketika hendak bangkit berdiri, pintu kamar terbuka. Munculah Rudi beserta putrinya. Lelaki itu segera melempar senyum manis begitu melihatku.

"Aya, bagaimana keadaanmu?" Pria itu menyapa disertai senyuman.

"Sudah baikan. Maaf merepotkan," ucapku merasa tidak enak.

"Tidak ada yang direpotkan. Kami merasa senang kok bisa menolongmu. Iya gak, Key?" Rudi mengerling pada gadis kecilnya.

"Iyup," sahut Keyra riang.

Ayah dan anak lantas tersenyum bersama. Keduanya tampak bahagia walau tanpa ada Nella. Berbeda dengan Davin dan Abella. Kedua anakku tidak bisa tertawa lepas jika aku dan Mas Ferdi berpisah.

"Hey, jangan melamun begitu, Ay!"

"Eh. E---iya."

Aku gelagapan tersadar dari lamunan. Kembali Rudi dan anak tersenyum kecil. Lalu pria itu mendekat.

"Sebaiknya kita makan malam, yuk! Kebetulan aku beli banyak makanan," ajaknya hangat.

Aku hanya menganguk untuk menjawab. Maka kami bertiga pun ke luar kamar. Begitu sampai di meja makan, aku memilih duduk di samping Keyra. Sementara Rudi duduk tepat di hadapan. Sedikit merasa takjub, setelah melihat ada banyak aneka makanan yang tersaji pada meja berbahan kayu jati itu. Tampak ada sepiring ayam bakar, sop buntut, martabak telor, tumis kangkung, dan seloyang pizza yang siap disantap. Aku sendiri sampai menggeleng dibuatnya, saking bingung mau makan yang mana dulu.

"Ayo Aya, makan! Jangan malu-malu begitu! Nanti pingsan lagi lho," tegur Rudi melihatku tak segera mengambil makanan.

Aku mengangguk kecil. Lalu membalikan piring yang terkelungkup di meja. Mengisinya dengan dua centong nasi beserta tumis kangkung sebagai lauknya. Tak lupa sepotong ayam bakar kuambil. Lantas kusodorkan piring itu pada Rudi.

"Makasih," ucap Rudi dengan senyum yang terkulum.

Matanya tak berkedip melihatku. Menjadi jengah dibuatnya. Untuk mengalihkan rasa malu itu, kualihkan dengan menawari Keyra. Menanyakan hendak diambilkan makanan apa.

Gadis kecil itu menunjuk sop buntut dan ayam bakar. Kemudian lekas menyantap makanannya usai menerima piring yang kusorongkan. Aku sendiri hanya mengambil satu centong nasi yang kubasahi dengan sop.

Lalu mungkin karena terburu napsu saat makan, tiba-tiba Keyra tersedak. Bocah cilik berpiyama motif kartun doraemon itu terbatuk-batuk. Refleks aku dan Rudi menyodorkan air putih pada dia. Keyra menatapku dan Rudi secara bergantian. Sembari mengulum senyum, anak itu memilih menerima air putih pemberianku.

"Pelan-pelan makannya, Sayang. Keyra sedang tidak berpuasa seperti Tante Aya kan?"

Aku melirik sekilas pada pria berjanggut tipis itu. Merasa tidak paham dengan maksud omongannya. Rudi sendiri hanya menyeringai kecil melihat aku menatap heran padanya.

"Memang tadi siang Tante Aya sedang puasa?" Keyra berbalik arah bertanya padaku.

"Iya, sudah dua hari. Tapi tidak pernah sahur dan berbuka, makanya jatuh pingsan." Rudi menyambar pertanyaan yang diajukan Keyra untukku.

Mendengar pria itu meledek, aku hanya bisa tertunduk malu. Sebenarnya kesal juga. Namun, tidak mampu berbuat apa-apa untuk membalasnya. Jadi jalan satu-satunya hanya diam seraya menikmati sop buntut itu.

Sepanjang acara makan, Keyra terus saja bercerita tentang aktivitasnya pada sang papa. Sementara Rudi tampak antusias mendengarkannya. Melihat Keyra berceloteh riang, aku jadi teringat Abella. Walaupun Keyra tidak seceriwis Abella, tetapi kedua anak itu setipe. Sama-sama suka berbicara.

Pasca Cerai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang