Berpisah dari Davin

30.4K 2.1K 79
                                    

Sudah lebih dari tiga pekan, aku tinggal di rumah lama. Rindu dengan Davin? Itu pasti. Namun, mau bagaimana lagi? Inilah konsekuensi yang harus kuterima, karena telah berani mengajukan gugatan cerai pada Mas Ferdi.

Dengan uang yang dimiliki, Mas Ferdi dan Mami bisa membayar dua orang pengacara kondang nan hebat. Sehingga hak asuh Davin jatuh ke tangan mereka. Bahkan para advokat itu mampu memutar balikan fakta yang sesungguhnya.

Dalam kasus perceraian kemarin, para pengacara itu menjadikan Mas Ferdi dan anak-anak sebagai korban. Sedang aku malah menjadi pihak yang bersalah. Mereka menuduh kalau aku tak layak mendapat hak asuh anak, karena telah tega menelantarkan Davin dan Abella dengan ke luar dari rumah tanpa seizin Mas Ferdi.

💔

Jadi waktu itu, selepas memergoki Mas Ferdi dan Nella, aku memang pergi dari rumah. Sekitar sepekan menginap di rumah Evi sang sahabat untuk menjernihkan pikiran yang kalut. Baru setelah merasa tenang, aku pulang dan langsung menggugat cerai Mas Ferdi.

Tentu saja Mas Ferdi menolak mentah-mentah keinginanku untuk bercerai dengannya. Dia dengan segala pesonanya mencoba membujuk agar aku mau memaafkan kesalahan. Namun, aku bergeming. Karena dihianati sampai dua kali itu, rasanya sungguh teramat sakit. Apalagi oleh kawan sendiri. Itu luar biasa perih. Maka aku tetap pada pendirian, yaitu berpisah darinya.

Bahkan dengan gagahnya aku menolak uang santunan dan harta gono-gini yang Mas Ferdi berikan, asal hak asuh kedua anak jatuh ke tangan. Sayang aku kalah dalam sidang. Para pengacara brengsek itu mampu memisahkan aku dengan putra kesayangan.

Terzholimi! Ya ... sungguh aku merasa benar-benar dijahati. Dengan teganya, para pengacara itu menuduhku sebagai seorang istri yang pencemburu berat. Terlalu cinta buta pada Mas Ferdi, sehingga tidak bisa membedakan antara persahabatan dengan perselingkuhan.

Terlalu! Jelas-jelas aku mempergoki Mas Ferdi dan Nella telah berbuat mesum.

Namun, apalah daya. Hingga kini uang tetap menjadi dewa bagi kebanyakan orang. Siapa yang memiliki banyak harta, dia akan mudah memenangkan perkara. Dan aku yang tidak punya uang harus siap menelan pil pahit kekalahan sidang. Dengan merelakan hak asuh Davin jatuh ke tangan Mas Ferdi.

Sungguh sidang perceraian kemarin benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Mediasi yang digagas oleh hakim selalu gagal. Benar-benar alot. Hampir setahun masa terberat itu kujalani. Lalu kini awal babak baru dalam hidup sudah menanti di depan mata. Babak baru menjadi seorang single parent.

Tak terasa air mata kembali menitik bila mengingat semua kejadian pahit itu. Bodoh! Bukankah aku sudah berjanji tidak akan menangis lagi untuk Mas Ferdi.

Dengan secarik tisue kuhapus air mata ini. Lalu mulai memoles muka dan bibir dengan sedikit riasan. Tak mau terlihat sembap, area mata sengaja kuhias secantik mungkin. Karena hari ini aku berencana menemui teman-teman arisan di Star Buck Coffe.

Tadinya enggan dengan acara kumpul-kumpul seperti itu, karena tengah berhemat. Apalagi saldo ATM mulai menipis. Sementara pekerjaan belum juga kudapatkan. Akan tetapi, sejak tadi pagi ponsel terus saja berdering. Teman-teman di WAG mendesak terus agar aku bisa datang. Maka, mau tak mau aku harus memenuhi kemauan mereka. Sekalian minta tolong pada Ria untuk mencarikan pekerjaan. Dari sekian banyak teman di grup arisan, hanya dia yang masih bekerja dan betah melajang.

Jadi dulu, sebelum menikah dengan Mas Ferdi, aku dan Ria sama-sama seorang analis di HSBC kawasan jl. Gatot Subroto, Jakarta. Kemudian setelah menikah dan hamil Davin, aku mengundurkan diri dari situ.

🌷

Setelah merasa cukup manis dengan make-up serta tunik motif kotak-kotak merah, aku telah siap untuk ke luar kamar. Setelah sebelumnya telah mencium kening Abella yang tengah terlelap tidur siang.

Pasca Cerai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang