langkah pertama

5.7K 844 21
                                    

keesokan paginya sangat canggung, bahkan saat sarapan emma terlalu gugup sampai berwajah mengerikan dihadapan isabella, kalau saja (y/n) tidak mengalihkan perhatiannya sudah pasti akan ketahuan.

hingga saat akan tes harian, (y/n) juga harus menenangkannya lagi agar tetap fokus dan mendapat nilai yang seperti biasanya. mental yang down bisa sangat terlihat dari hasil tes harian. hingga setelah selesai (y/n) sudah ditunggu oleh keduanya dengan tatapan minta penjelasan.

"(y/n)-," emma agak ragu untuk bertanya.

"dari semua sikap mu tentang anak-anak yang pergi, apa benar kau hanya sedih karena tau kalau mereka akan mati?" tanya norman.

(y/n) mengangguk, "ya."

"dari kapan kau mengetahui ini semua?"

"entah lah.."

norman bingung, "apa maksud mu?"

(y/n) tersenyum tipis.. "entahlah.. aku tak tau kapan ini dimulai, tapi aku punya firasat aneh tentang panti ini, kenapa ada ID aneh di leher kita? siapa orang tua asli kita? dan mengapa hanya untuk menjaga anak kecil, harus ada gerbang besar? aku selalu bertanya-tanya akan hal itu, dan tanpa sengaja melihat darah dekat gerbang saat umur ku empat tahun," (y/n) terkekeh mengingat itu, "kalian sedang lucu-lucunya saat itu," perkataan (y/n) terdengar seperti seorang ibu yang mengenang masa kecil anaknya.

baik emma dan norman terkejut, sejak saat itu.. sudah lama sekali, "la-lalu.. tentang monster-monster itu?" tanya emma.

"aku tidak mengira itu monster, awalnya ku pikir itu binatang buas," jawab (y/n) acak.

"lalu apa yang kau maksud dengan 'sembelihan' kemarin malam?" desak norman.

"karena aku pernah mendengar mama dari balik kamar bayi, dia sedang berbicara entah pada siapa dan menyebut tempat ini sebagai 'plant', kalian tau artinya bukan?" jawab (y/n) menyender di tembok.

terdiam sebentar, norman kembali angkat bicara, "tetapi.. kau tetap akan bersama kami keluar bukan?" tanya norman penuh harap.

(y/n) tersenyum meyakinkan, "asalkan kalian bisa mengendalikan diri didepan mama hingga tidak ketahuan itu sudah cukup bagi ku."

emma tersenyum tipis, "rumah nyaman, pakaian yang bersih dan makan teratur.. itu semua untuk menjaga kualitas daging kita, bukan?"

"ku rasa bukan hanya itu saja, kau dengar kemarin bukan? kalau dia bilang tentang 'anak umur enam tahun, kualitas biasa' jadi menurut ku ada lagi yang lebih tinggi," sanggah norman, "seingat ku anak-anak yang selama ini diadopsi selalu berusia diantara enam dan dua belas tahun, jika score ada hubungannya disini, itu berarti conny yang kemarin hanya karena dia memiliki score yang rendah," jelas norman.

"jika score ada hubungannya itu berarti saat umur dua belas tahun adalah saatnya untuk dibawa yang merupakan kualitas tinggi," emma berpikir keras tentang teorinya, "kualitas tinggi, dua belas tahun, tak lama lagi?"

pikiran norman dan emma seakan menyatu, mereka serempak menatap horor (y/n) yang sedang tersenyum sambil menutup matanya.

"mereka pasti membicarakan ku, ya?"

emma langsung panik memegang kedua pundak (y/n), "tidak.. belum ada kepastian kapan kau akan dibawa, masih ada waktu.. sebelum itu terjadi, kita harus segera lari dari sini," ucapnya serius.

(y/n) bisa merasakan tangan emma gemetar. dengan tenang memegang kedua tangan emma hingga gemetarnya hilang, "aku tidak takut.. kau harus menenangkan dirimu sedikit, emma," ucap (y/n) melepaskan kembali tangan emma. bukan bermaksud merusak suasana, "maaf tapi kalian yang bertugas membuat makan siang hari ini, bukan? aku akan siapkan mejanya selagi kalian bekerja, dan jangan lupakan ekspresi kalian saat didepan mama, ya," tambah (y/n) menarik keduanya keluar, "kita bicarakan ini lagi di luar nanti," bisik (y/n) sebelum pergi kearah lain.

intermediary of two world || the promise neverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang