Prolog

32K 2.3K 77
                                    

Ada yang bilang kalau mimpi buruk tak seharusnya menakutkan, karena umurnya dalam memengaruhi pikiran tak panjang. Bagaimanapun mengerikannya, mimpi akan segera terlupa sesaat setelah terjaga.

Alangkah menyenangkan kalau semua orang punya kemampuan serupa untuk melupakan sebuah mimpi. Seandainya alam bawah sadarnya memiliki kapasitas terbatas seperti itu, dia tidak akan terbangun dengan detak jantung yang bertalu-talu, dahi dan punggung berkeringat, serta tangan yang masih gemetar saat menjangkau gelas air minum di atas nakas.

Sekarang, setelah hampir 10 menit sepenuhnya terjaga, dan isi gelasnya telah tandas, adrenalinnya belum sepenuhnya surut.

Tangan yang mengusap kasar tungkainya dan napas berbau alkohol yang berembus di wajahnya masih melekat erat. Tak terasa seperti mimpi.

"Jangan buang-buang energimu untuk berteriak. Kamu nggak lupa kalau ibu kamu sedang keluar kota, kan?" bisikan itu terdengar seiring tangan besar yang bergerak semakin ke atas. "Diam dan nikmati saja. Kamu akan menyukainya seperti ibumu."

Sampai kapan semua ini berakhir? Akankah monster-monster yang menyiksanya saat terlelap akan menghilang suatu saat nanti?

Dia memejamkan mata seraya berusaha mengatur napas. Terapi kecil yang sudah dilatihnya selama bertahun-tahun untuk menenangkan diri. Sering kali membantu, tapi terkadang ketika mimpi itu menggali terlalu jauh ke masa lalu yang sudah berusaha dia kubur dalam, terapi pernapasan terasa sia-sia.

Dan malam ini, monster dalam mimpinya mengaduk sampai ke dasar timbunan kenangannya, tempat semua kepahitan dia sembunyikan.

Dia menyibak selimut dan beranjak dari ranjang. Saatnya untuk secangkir, atau mungkin seteko kopi hitam. Dia terlalu takut untuk tidur kembali.

***

Naskah ini rencananya akan ditayangin sampai kelar di Storial. Jadi untuk yang nggak mau gantung di Wattpad, silakan skip aja. Tunggu aja naskah khusus untuk Wattpad kalau aku udah mulai aktif nulis lagi. Kemaren sempat dilarang dokter mata berinteraksi terlalu sering dengan gadget karena terkena konjutivitis alergi karena radiasi hp dan laptop. Jadi emang belum aktif banget nulis.

Naskah Bang Risyad ini sengaja aku taruh di sini sebagian biar kalau nanti mau beli versi cetaknya (kalau udah kelar ditulis) bisa punya gambaran beneran mau beli atau nggak. Biar nggak merasa beli kucing dalam karung.

Untuk yang pengin ngikutin sampai kelar, bisa baca di storial ya (masih ongoing), tapi mungkin akan masuk premium, dan konsekuensinya adalah ada bab berbayar buat bayar royalti penulis. :)

Selamat berkencan dengan Bang Icad....

Menanti Hari BergantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang