Sepuluh

6.4K 1.4K 74
                                    

KIERA membuka mata saat cahaya menyilaukan muncul dari jendela yang gordennya dikuak Alita. Tadi subuh dia memaksakan diri tidur kembali, bukannya menikmati sunrise di tepi pantai karena enggan bertemu dengan Risyad seandainya laki-laki itu joging seperti kemarin.

Semalam, dia menyusul Kiera ke pantai dengan membawa 2 cangkir kopi panas. Tuan rumah yang kelewat ramah. Akibatnya Kiera tidak bisa menolak saat Risyad meminta nomor teleponnya.

Meskipun berharap tidak perlu melakukannya, tetapi memberikan nomor telepon kepada Risyad sebenarnya bukan masalah. Kiera kerap membagikan nomor teleponnya kepada orang yang meminta. Itu memperluas jaringan dan koneksi. Bagus untuk pekerjaan. Hampir semua klien yang menghubungi Kiera mendapatkan nomor teleponnya dari kolega mereka.

Kalaupun prediksi Alita yang mengatakan bahwa Risyad tertarik padanya itu benar, Kiera sudah tahu cara menghadapinya. Ini bukan kali pertama dia berhadapan dengan laki-laki yang mendekatinya. Kiera sudah sangat ahli menolak mereka. Suatu hari nanti, dia mungkin akan menulis buku: 1001 Cara Menolak Pria Secara Halus.

"Tumben malas." Alita duduk di tepi ranjang setelah mematikan lampu. Cahaya matahari sudah menyerbu masuk menerangi ruangan begitu gorden terkuak sempurna. Tidak ada keremangan yang tersisa. Memang sudah siang. "Biasanya lo lebih rajin bangun ketimbang matahari. Tadi mau gue bangunin biar kita sama-sama ke pantai, tapi lo nyenyak banget. Jadi gue tinggal aja. Lagi dapet?"

"Enggak." Kiera menyibak selimut. "Lagi ngumpulin tenaga buat keliling Bali hari ini."

Ini untuk pertama kalinya mereka menghabiskan liburan dengan lebih banyak tinggal di tempat menginap. Biasanya, kamar hotel hanya mereka gunakan untuk beristirahat di malam hari, karena akan berkeliling pada siang hari. Mungkin karena kali ini mereka tinggal di tempat yang menakjubkan, bukan sekadar ruangan persegi yang semua sisinya terdiri dari tembok.

Hari ini mereka bermaksud mengunjungi beberapa tempat yang ada dalam daftar yang mereka sepakati untuk didatangi di Bali, karena besok akan menyebarang ke Lombok seperti yang sudah direncanakan. Dari sana mereka akan langsung pulang ke Jakarta pada hari Rabu.

"Biasanya elo kelebihan bahan bakar. Gue yang susah ngikutin." Alita meletakkan telapak tangannya di dahi Kiera. "Nggak enak badan?"

Kiera menurunkan tangan Alita. "Ada-ada saja," gerutunya. "Baru sekali telat bangun, sudah dituduh sakit."

Alita terkikik. "Yang bikin orang rajin kayak elo itu tiba-tiba malas kan biasanya hanya nggak enak badan saja. Lo mandi deh, Kie. Nggak enak kalau kita yang perempuan malah ditungguin sarapan. Kemarin Risyad dan Tanto juga duluan duduk manis di meja makan, kan?"

"Kita sarapan di luar lagi?" Ternyata menghindari Risyad hanya menunda pertemuan.

"Iya dong. Waktu gue masuk tadi, meja di dekat kolam sudah disiapin."

Kiera bangkit dari ranjang. Dia terkejut saat melihat jam. Ternyata dia tertidur lumayan lama setelah subuh. Dan nyenyak. Kiera tidak ingat kapan terakhir kali tidur senyenyak itu tanpa mimpi yang mengganggu. Mungkin dia harus mempertimbangkan perubahan pola tidur. Biasanya dia memilih terjaga setelah mengalami mimpi buruk, takut monster alam bawah sadarnya itu kembali muncul kalau dia memejamkan mata.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Kiera mengikuti Alita yang sudah lebih dulu siap, keluar kamar.

"Tadi gue ketemu Risyad dan Tanto di pantai," ujar Alita. Mereka berjalan bersisian menuju area kolam renang. "Pantas aja badan mereka bagus gitu. Liburan gini tetap olahraga."

"Itu tandanya mereka belum mengerti arti liburan yang sebenarnya," jawab Kiera iseng. "Harus ada yang memberitahu mereka tahu kalau liburan itu adalah justifikasi untuk meninggalkan rutinitas. Bangun kesiangan, nggak perlu mandi pagi-pagi, nonton film seharian sambil memeluk bungkusan keripik kentang penuh micin, dan minum soda dari botolnya. Itu adalah waktu untuk mengakomodir semua kemalasan. Liburan itu berhasil kalau berat badan bisa naik beberapa kilo. Olahraga? Makhluk apa itu?"

Menanti Hari BergantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang