42; Eucalyptus

3.5K 736 465
                                    


"Boleh aku memelukmu, Taehyung?"

Kerongkongannya serak dan gersang. Duka serta kenangan dalam kepalan tangannya perlahan luruh dan menguar pergi. Memandang lurus pada iris yang senantiasa membuatnya jatuh, Taehyung telah mengacaukan isi hatinya sendiri dan memupuk harapan dalam kesunyian. Jelas tak bisa menolak, kan? Tetapi sanggupkah ia berada dalam satu rengkuhan yang sama lagi?

"Haruskah?" responsnya layu.

Wanita itu turun dari ranjang, berdiri dan mendekapnya seraya menepuk punggung berkali-kali. "Tak mengapa bila ingin berkeluh kesah lagi, kau boleh datang padaku bila memang sudah tak kuat menahan bebanmu sendirian. Aku juga tak mengerti apa yang membuatmu takut sampai ingin menangis, yang jelas-" Hyoji mendongak, melonggarkan dekapannya. "Kau harus tetap menjadi Taehyung yang kukenal dulu. Lelaki yang membuat Hyora mendapatkan cinta yang sebenarnya. Duka ini akan berakhir, Taehyung. Selama kau memilih jalan yang benar."

Taehyung terikat waktu, ia beku dalam sekon yang tak tergantikan. Kendati tangannya masih terkulai, beban seolah baru saja menguap dalam jiwa Kim Taehyung. Pikirannya kembali mengacak isi kepala dan membuat semuanya jadi kian rumit. Lentera ketulusan yang selalu tersimpan apik dalam hati wanita ini terkadang membuatnya menampari diri sendiri.

Ia menarik bahu Hyoji dan merengkuhnya erat. Merasakan sengatan hangat bersama sembilu menyayati permukaan hatinya. Taehyung tidak tahu apa yang harus ia lakukan, ia merasa terjebak dalam dirinya sendiri. "Kenapa kau mau memelukku, Hyo?"

"Hanya ingin menguatkanmu. Sebagai rasa terima kasihku karena dirimu telah merawat Hyora dengan baik. Lelaki sepertimu tak seharusnya berlarut dalam kesedihan. Dengan memelukmu begini, aku berharap kau bisa merelakan-"

"Andai saja aku bisa menngendalikan dan membuat perasaan seseorang tak mudah hilang. Harapan terkecil yang masih bisa aku gapai mungkin perasaanmu yang tinggal sedikit." Taehyung pupus saat dekapannya diurai. Wanita ini menatapnya dengan berbeda. Membuat ia semakin tak mengerti dengan apa yang ia hadapi kini. "M-maksudku...."

Hyoji memilih langkah mundur, lantas membalikkan badan. Saat memindai punggungnya yang menolak, ia merasakan keasingan kembali menggerogoti labirin hidupnya. Hyoji mungkin tak lagi memiliki rasa yang sama, wanita itu mungkin telah berhasil sepenuhnya dalam misi menghapus rasa. Padahal selama ini Taehyung secara terang-terangan menunjukkan padanya.

"Tidak seharusnya kita larut dalam masa lalu, kan?" Si gadis tampak menunduk. "Aku tidak perlu melakukan apapun untuk membuatmu sadar, kan? Aku pikir kehadiran Jeon Jungkook dalam hidupku mampu membuatmu mengerti kalau kita memang tidak ditakdirkan dalam satu lingkar cinta yang sama."

Terasa pahit dan getir, kepalan tangannya kembali membulat sempurna menggenggam penolakan yang tak ia harapkan. Di sana, Kim Taehyung berdiri dengan postur yang tegap dan batinnya yang layu. Setelah lama dibalut keheningan, Taehyung memberanikan diri tatkala berujar, "Aku pikir kau cukup sanggup untuk mengatakan bahwa kau tidak lagi memiliki perasaan untukku." Tertawa getir. "Nyatanya kau sama sepertiku, matamu tidak bisa membohongiku. Kau masih memiliki sedikit harapan untuk memperbaikinya denganku, kan?"

"Kim Taehyung," responsnya tegas. Menarik napas dan menikmati dadanya dihujani kerikil. "Tolong hargai lelaki yang sedang berjuang untukku. Jangan pernah mencoba membutakan pikiranmu bahwa Jeon Jungkook mutlak suamiku. Tolong...."

Menarik labium pasrah, Kim Taehyung mendekat dan menyentuh pundak si gadis. "Kalau begitu aku pamit." Mengusap pelan, Taehyung lantas melanjutkan. "Jika memang kau begitu menghargai lelaki itu, apapun yang terjadi, aku berharap kau tidak datang menemui Hyora lagi."

***

Selepas kepergian Taehyung sekitar lima menit yang lalu. Rungunya tangkap suara derap yang terasa begitu berat berhenti di hadapannya. Jeon Jungkook membenamkan kedua lengannya di saku celana dengan tatapan dingin yang seolah berniat mengulitinya hidup-hidup. Kalau melihat rahangnya mengeras begini, jelas ada yang mengadu kedatangan Taehyung padanya. Lebih bagus bila mereka tak berpapasan secara kebetulan di koridor rumah sakit.

𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang