Tujuh

3.5K 508 114
                                    

Hai genks, mulai part tujuh dan seterusnya aku garapnya berdua sama Cellestinee ya. Cerita ini juga dipublikasi di novel toon dengan judul yang sama tapi dilapaknya Cellestinee ❤ mohon support dan dukungannya.

Setiap laki-laki pasti punya fantasi sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setiap laki-laki pasti punya fantasi sendiri. Terutama soal cewek. Sebut saja Pak Tian, manager keuangan. Orangnya perfeksionis, pekerja keras, dan family man. Gak heran kalau dia sempat mengalami jadi bujang tua sebelum bisa mempersunting istrinya sekarang. Pengacara muda yang nggak cuma cantik, tapi otaknya juga melejit. Atau Wenny, anak magang yang super kalem dan pendiem tapi dapet pacar Rengga, si biang onar nan petakilan. Di kasus lain, ada Doni, bagian pemasaran. Badan boleh bongsor, tapi kecanduan anime sama susu bebelac kardusan. Kriteria idamannya adalah wanita yang cantik, lemah lembut, berjembut lebat, dan keibuan.

Darimana gue bisa tau? Gampang. Karena kerjaan gue tiap hari adalah membaca orang. Bekerja sebagai HRD, gue selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan. Orang mana yang pantes direkrut perusahaan, bagaimana potensi orang itu ke depannya, dan apa yang harus kami lakukan untuk makin mengembangkan potensi mereka. Itu adalah PR yang saban hari gue lakonin. Psikologi orang itu bisa dibaca. Dari cara mereka ngomong, membawa diri, faktor kebiasaan dan juga hobi. Mana bisa gue berada di posisi sekarang kalau gue nggak jago nebak orang?

Tapi sayang, teori gue nggak bisa diaplikasikan pada Pak Sandi. Si Bos keren dengan latar belakang yang mumpuni dan nominal rekening bank yang gak bisa dianggap remeh. Raut wajahnya datar, pelit senyum, gak ketebak, bahkan caranya membawa diri juga sulit diartikan. Layaknya sebuah kertas, dia semacam lembaran kosong kertas HVS. Gue gak bisa membaca apa-apa, cuma putih doang.

Kasarnya Sandi itu ibarat karakter cowok idaman pembaca wattpad, CEO ganteng yang dingin-dingin nyebelin minta dikremus. Sementara gue 'seharusnya' jadi heroine yang sanggup menaklukkan hatinya. Cuma ya, kedua mbak author yang lagi ngegarap cerita gue sekarang seakan gak ridho gitu gue berpasangan dengan Sandi. Tapi gak apa-apa, meski gak dapat restu gue akan tetap maju pantang mundur. Kita lihat saja, drama extraordinary you versi gue bakal digelar disini.

Gue nekat begini karena udah pernah dikecewakan sekali, impian gue dapat suami idaman digagalkan dengan plot twist kalau Sultan ternyata cowok gay, jangan harap gue bakal kecolongan lagi.

Nih, gue udah siap tempur dengan sejuta perencanaan matang. Ibarat orang mau maju perang, bakalan mati konyol kalau gue gak bisa atur siasat dan strategi. Mengenal medan musuh dan menganalisis setiap kemungkinan-kemungkinan. Makanya itu gue butuh data yang akurat dan terpercaya sebelum ngegas demi memperjuangkan masa depan. Gue gak punya banyak waktu lagi. Sebelum tambah tua dan expired, gue kudu bisa jadi Nyonya Sandi, harus.

Seperti yang gue bilang sebelumnya, setiap lelaki -yang normal- pasti punya kriteria cewek idaman. Dari apa yang gue amati dan resapi, kriteria cewek idaman itu berasaskan pada satu hal, law of attraction. Seperti halnya orang padang pasir yang ingin merasakan hidup di negara empat musim, atau orang negara empat musin yang ingin merasakan kehidupan di khatulistiwa, manusia itu serakah, mereka selalu menginginkan apa yang tidak mereka punya. Layaknya jodoh. Kita cenderung tertarik pada orang yang memiliki apa yang tidak kita punyai.

Step On MeWhere stories live. Discover now