Enam Belas

2.1K 355 79
                                    

PROMOSI SPIN OFF 'STEP ON ME' SCROLL BAWAH SENDIRI YA!!

Part 16 samasekali gak aku cut ya, awas kalo ada yang protes aku unpublish lagi! 😤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Part 16 samasekali gak aku cut ya, awas kalo ada yang protes aku unpublish lagi! 😤

****

Sebuah bus pariwisata dilengkapi AC, toilet, dan Wifi dua puluh empat jam telah terparkir di halaman depan, siap ngangkut para karyawan buat training di puncak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah bus pariwisata dilengkapi AC, toilet, dan Wifi dua puluh empat jam telah terparkir di halaman depan, siap ngangkut para karyawan buat training di puncak. Sebagai koordinator acara gue dateng paling pagi sendiri. Ngecek semua detail biar gak ada satu pun yang kelewat. Di tengah kesibukan kesana-kemari, tiba-tiba Sandi nyamperin. Et et tumben inisiatif duluan?

"Karin?" Suaranya yang datar dan maskulin menggelitik telinga gue. Kapan sih, Sandi bisa manggil nama gue dengan tepat.

Abaikan, jiwa menel gue keburu bergejolak. "Ya, Pak?" Gue membalas dengan seanggun mungkin.

Sandi berdiri dengan kedua tangannya masuk ke kantong celana. Otot-otot hasil ngegym tiap hari itu nongol dari balik kaos putihnya. Celana denim dan kaca mata item melengkapi fashion minimalisnya hari ini. Tiap hari liat Pak Sandi pake kemeja, terus tiba-tiba sekarang disajikan Sandi versi casual dan boyfriendable banget kayak gini bikin otak gue oleng seketika.

"Em... saya mau nanya." Dia keliatan ragu-ragu gitu. Keliatan dari body languagenya yang gak setenang biasanya.

Di luar kendali, gue langsung nyelekop. "Iya Pak, saya mau!" Teriak gue penuh semangat.

Dia nyureng, gue juga ikutan ngernyit. Lah, kan Pak Sandi belum nanya apa-apa, gue udah kepedean aja.

"Mau.. apa?" Sandi nanya lagi.

Gue tengak-tengok, bingung sendiri jawabnya. "Em... enggak apa-apa, Pak."

"Saya denger kamu tinggal bareng Naira, ya? Selain dia, roomate kamu siapa lagi? sama beberapa roomate ya?" Lelaki itu mulai mengarah ke sebuah topik pembicaraan. Waduh, ngomongin tempat tinggal segala. Apakah dia berkeinginan ngapelin gue.

"Gea, Pak. Tapi mereka gak kenapa-kenapa, kok. Kalau bapak pengen ketemu saya, ya tinggal datang aja." Mulut jahanam gue makin ngaco. "Tapi kalau bapak risih, saya bisa ngusir mereka jauh-jauh, biar kita bisa berdu—"

Step On MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang